Telset.id, Jakarta – Ada tren baru muncul setelah diluncurkannya iPhone X. Tren yang dimaksud adalah desain smartphone dengan “jidat” atau notch di bagian atas perangkat. Ya, semakin banyak vendor smartphone Android yang kini ramai-ramai tiru iPhone X.
Suka atau tidak suka, Apple harus diakui sebagai inovator di industri smartphone. Raksasa dari Cupertino ini sering menciptakan tren yang kemudian ditiru oleh para pesaingnya. Yang terbaru, desain dengan penempatan notch di bagian atas smartphone.
Anehnya, saat pertama kali iPhone X diluncurkan, cukup banyak orang yang merasa aneh dengan desain notch di bagian atas itu. Tapi “jidat” yang awalnya nampak aneh itu kini justru menjadi tren yang banyak ditiru oleh vendor-vendor ponsel Android.
Sebut saja seperti Leagoo S9, HotWav Symbol 3, bahkan hingga duo Asus ZenFone 5 dan 5Z yang diperkenalkan di acara Mobile World Congress (MWC) 2018 secara terang-terangan mengusung desain yang mirip dengan iPhone X.
[Baca juga: Asus ZenFone 5 Tiru iPhone X, Ini Kata Asus]
Selain mereka, masih ada beberapa vendor Android yang dikabarkan akan juga meluncurkan smartphone bergaya ala iPhone X di tahun ini. Dari informasi yang didapat, Oppo, Vivo, LG, Huawei, dan OnePlus, sudah masuk daftar antrian pengekor desain iPhone X.
Fenomena “jiplak-menjiplak” desain ini cukup menarik, karena terlihat kini para vendor ponsel sudah tak malu-malu lagi meniru atau minimal membuat produk smartphone yang memiliki tampang mirip dengan smartphone yang dibuat oleh para pemain besar, semacam Apple dan Samsung.
Ya, harus diakui, Apple dan Samsung mungkin bisa kita sebut sebagai vendor yang masuk kategori innovator, sementara pemain lainnya masih sebatas mengekor.
Tapi kenapa fenomena jiplak-menjiplak ini semakin marak terjadi di industri smartphone? Dan kenapa sekarang banyak vendor Android yang latah meniru desain iPhone X?
[Baca juga: Latah, Oppo R15 akan “Berjidat” iPhone X]
Menurut gadget enthusiast, Lucky Sebastian, bahwa untuk memiliki ciri khas desain itu tidak mudah. Desain yang sekali dilihat bisa dikenali ini siapa pembuatnya atau dari brand apa.
Hal ini, lanjut Lucky, tidak hanya di industri smartphone yang ruang lingkup desainnya terbatas dari bentuk dasarnya yang kotak, tetapi juga berlaku di bidang lain, seperti desain fashion, otomotif, sepeda, sepeda motor, hingga arsitektur.
“Desain yang kuat akan mempengaruhi desain yang lain dan membuat trend, makanya kita akan melihat misalnya trend mobil di tahun sekarang mirip-mirip bentuk lampu depannya, dan pola kembang velg-nya,” ujar Lucky saat dihubungi tim Telset.id, Jumat (2/3/2018).
“Demikian juga dengan smartphone, (vendor) yang kuat akan membuat trend desain dan mempengaruhi yang lain, dan melahirkan trend kekinian,” sambungnya.
Tetapi, kata Lucky, harus bisa dibedakan antara menjiplak dan terinspirasi. Saat ini bisa dikatakan kebanyakan smartphone China baru sampai taraf menjiplak, dengan hadirnya banyak notch pada bagian depan dan dual–camera dalam posisi vertikal dengan penempatan di tepi
“Hal ini dimungkinkan karena dari awal, kebanyakan dari mereka (smartphone China) tidak memiliki konsep desain yang kuat,” sebut Lucky.
Lebih jauh dia menjelaskan, bahwa pertarungan untuk menghadirkan smartphone dengan spesifikasi tinggi dan harga murah, tentu saja harus memangkas banyak hal yang dianggap tidak perlu. Salah satunya adalah R&D desain.
“Akhirnya ya mereka (smartphone China) akan terbawa angin, kadang ikut Samsung, kadang ikut Apple,” tandasnya.
Lucky menyebutkan, bahwa desain ini walau tampak di bagian luar saja, sebenarnya impact-nya jauh sampai ke bagian dalam. Apa yang kita bentuk di luar, akan berpengaruh kepada penempatan segala komponen di dalam.
Dia pun memberi contoh, sebuah lengkungan tambahan, akan berpengaruh pada penempatan komponen di dalam. Jadi desain ini proses yang panjang, antara tim artistik dan tim part.
“Proses yang panjang itu diulang dan dicoba terus sampai mereka menemukan titik temu terbaik. Tidak semua brand mau melewati tahap ini, apalagi harus melewati banyak test,” jelas Lucky.
Menurut Lucky, ini adalah kebiasaan para “pemain China”. Dulu kita mengenal produk China sebelum smartphone mereka sebesar sekarang sering disebut knock-off atau produk copy-an, dengan harga lebih murah dibanding barang original.
“Lama-lama jadi habit atau kebiasaan. Saat mereka besar, harusnya mereka sudah tidak begini lagi,” ujar penggagas komunitas Gadtorade itu.
“Memang kebiasaan sulit diubah, apalagi jika peraturan di negara mereka (China) belum sampai mengatur hal ini, semua akan mencoba mencari jalan singkat,” sambungnya.
Lalu, apakah meniru desain smartphone yang sedang populer, seperti iPhone X contohnya, akan cukup mendongkrak penjualan?
Sampai satu titik iya, kata Lucky, karena desain yang dikenal akan mudah menarik perhatian, jadi meniru ini bisa membantu penjualan, dibanding membawa bentuk yang tidak dikenal orang.
[Baca juga: Mirip iPhone X, Begini Tampang LG G7]
Desain ini pengaruhnya besar untuk smartphone. Untuk beberapa orang bahkan menjadi aspek terpenting. Biasanya dari survey, kamera akan menjadi pertimbangan utama, kemudian spesifikasi, kemudian desain dan kelengkapan fitur.
Nah, desain copy ini tinggal tergantung dijual ke pasar mana. Saat dijual ke negara maju yang sudah lebih menghargai copyright seperti Amerika, Eropa, kemungkinan mereka tidak akan terlalu suka.
“Tetapi untuk negara kita dan negara-negara berkembang lainnya di Asia, masih akan tetap menarik perhatian,” tutup Lucky. [HBS]