Telset.id, Jakarta  – Aplikasi yang mengendalikan drone buatan China, yang digunakan oleh beberapa pasukan polisi Amerika Serikat, ternyata punya kelemahan keamanan. Usut punya usut, aplikasi drone ini memungkinkan informasi pribadi pengguna dieksploitasi.
Pakar keamanan menyebut, aplikasi perangkat Android  yang digunakan untuk mengoperasikan drone buatan Da Jiang Innovations itu mengumpulkan sejumlah besar data pribadi yang dapat jatuh ke tangan pejabat Partai Komunis China.
Menurut laporan New York Post, seperti dikutip Telset.id, Jumat (24/7/2020), Pentagon telah melarang penggunaan drone DJI karena “kerentanan siber”. Departemen Dalam Negeri AS bahkan telah menurunkan armada perangkat.
{Baca juga: Drone Bawah Air Berburu Harta Karun di Dasar Laut}
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS memperingatkan polisi bahwa pesawat pengintai yang dibuat oleh DJI “berisiko” memiliki data pribadi. Cybersecurity dan Infrastructure Security Agency pun sudah menyatakan keprihatinannya.
Sekadar informasi, DJI adalah pembuat drone komersial paling top di dunia. Perusahaan kondang asal China tersebut meminjamkan pesawat ke departemen kepolisian AS untuk memantau penduduk selama pandemi virus corona.
Direktur CISA, Christopher Krebs, menyatakan bahwa setiap informasi yang dikumpulkan oleh drone DJI harus dianggap berisiko dan dilindungi dari pengungkapan yang tidak disengaja. Mereka tidak merekomendasikan penggunaannya.
{Baca juga: Warga Singapura Selundupkan Narkoba ke Malaysia Pakai Drone}
“Departemen tidak dianjurkan menggunakan drone DJI yang disumbangkan untuk operasi penegakan hukum non-Covid-19 yang melibatkan pengumpulan segala informasi sensitif,” demikian tulis Christopher kepada komite AS.
NYPD menggunakan setidaknya 14 drone yang dibuat oleh DJI. Pada 7 April 2020, Elizabeth, NJ, menulis di Facebook akan menggunakan drone DJI pinjaman untuk melakukan pertemuan sosial di tengah situasi wabah virus corona.
