Beranda blog Halaman 82

Alasan Galaxy S25 Edge Jadi Partner Terbaik Para Content Creator

0

Telset.id – Anda pernah merasa smartphone Anda terlalu “biasa” untuk membuat konten berkualitas profesional? Jika iya, kehadiran Galaxy S25 Edge bisa jadi jawaban. Smartphone terbaru dari Samsung ini bukan hanya sekadar penerus seri S, melainkan perangkat andalan baru untuk para content creator, terutama mereka yang menuntut hasil visual setara kamera pro.

Bayangkan, saat banyak ponsel flagship saling beradu angka di atas kertas, Galaxy S25 Edge justru melampaui ekspektasi lewat fitur kamera dan AI terdepan. Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa perangkat ini dirancang khusus agar Anda bisa merekam vlog layaknya film pendek—bahkan hanya lewat genggaman tangan. Lantas, apa yang membuatnya begitu spesial?

Pertama-tama, soal desainnya yang supertipis dan tangguh. Dengan ketebalan hanya 5,8 mm dan bobot 163 gram, Galaxy S25 Edge menawarkan kenyamanan ekstra untuk Anda bawa ke mana saja. Lapisan titanium dan Gorilla Glass Ceramic 2 membuatnya terasa premium dan kuat di genggaman.

Namun, di balik bodi rampingnya, tersimpan kemampuan kamera yang membuat siapa pun penasaran. Kamera utama 200 MP dengan lensa wide serta kamera ultra wide 12 MP sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan membuat konten sehari-hari. Yang paling mencuri perhatian? Fitur Galaxy LOG Video di kamera depan dan belakang.

Galaxy LOG Video dan Galaxy AI: Duo Maut untuk Content Creator

Anda yang sering membuat vlog pasti tahu bahwa log profile memberi ruang lebih dalam mengatur warna dan tone video di tahap editing. Dan di Galaxy S25 Edge, fitur ini bisa diakses baik di kamera depan maupun belakang — fitur langka di kelasnya.

Menurut Samsung, Galaxy LOG Video di Galaxy S25 Edge adalah gebrakan baru untuk S Series. Dengan log profile, Anda bisa memoles warna dan exposure hingga mencapai look cinematic, persis seperti produksi film profesional. Tak perlu repot memakai kamera terpisah; cukup rekam di perangkat ini dan Anda sudah memegang kunci menuju konten premium.

Selain itu, Galaxy S25 Edge membawa Galaxy AI untuk meningkatkan kualitas setiap frame. Algoritma kecerdasan buatan bekerja di belakang layar, memperbaiki noise di kondisi minim cahaya, menyeimbangkan warna, bahkan menyempurnakan skin tone secara real-time. Mau lebih kreatif? Fitur seperti Audio Eraser dan Drawing Assist di Galeri akan membuat Anda bisa memoles konten langsung di smartphone — tanpa perlu aplikasi pihak ketiga.

Performa Gahar untuk Kreasi Tanpa Hambatan

Sebagai perangkat yang lahir untuk pekerja kreatif mobile, Galaxy S25 Edge menggunakan Snapdragon 8 Elite Mobile Platform for Galaxy. Ini adalah chipset kencang dan hemat daya hasil kustomisasi Qualcomm dan Samsung, memastikan Anda bisa membuat dan mengunggah video dalam waktu singkat.

Dukungan vapor chamber baru membuat perangkat tetap dingin bahkan saat Anda memaksimalkan fitur AI dan kamera. Dengan begitu, Anda bisa merekam footage panjang dan mengedit di tempat tanpa khawatir panas berlebih.

Pengalaman Personal, Aman, dan Semakin Pintar

Pengalaman AI di Galaxy S25 Edge juga lebih canggih dan personal. Fitur seperti Now Brief dan Now Bar terintegrasi lebih dalam ke aplikasi sehari-hari Anda. Galaxy AI bisa mempelajari kebiasaan Anda untuk memberi rekomendasi, mulai dari reminder saat Anda mau membuat konten hingga asisten kreatif saat Anda kehabisan ide.

Semua proses AI ini berjalan secara on-device dan dilindungi oleh Samsung Knox Vault. Dengan begitu, data Anda tetap aman dan privat meski digunakan untuk melatih model AI pribadi di dalam perangkat.

Galaxy S25 Edge body tipis 5.8mmJadi, Pantaskah Galaxy S25 Edge untuk Anda?

Bagi Anda yang menjadikan pembuatan konten sebagai bagian dari profesi maupun hobi, Galaxy S25 Edge bukan sekadar smartphone tipis dan cantik. Ini adalah perangkat all-in-one yang menjawab kebutuhan praktis dan kreatif, mulai dari fitur log video di kamera depan dan belakang hingga pengolahan AI untuk konten lebih matang.

Keunggulannya sebagai smartphone AI-ready membuat Galaxy S25 Edge bukan hanya gawai masa kini, melainkan investasi untuk masa depan. Jika Anda ingin membuat video lebih cinematic dan mudah diolah, perangkat ini layak dipertimbangkan.

Pada akhirnya, di dunia kreator yang makin kompetitif, perangkat yang memudahkan Anda tampil beda akan membuat perbedaan nyata. Dan Galaxy S25 Edge bisa menjadi pintu menuju level baru dalam perjalanan kreatif Anda.

Samsung Galaxy S27 Ultra Bakal Hilangkan S Pen? Bocoran Baru Bikin Geger

Telset.id – Apa jadinya jika Samsung Galaxy Ultra kehilangan salah satu fitur ikoniknya? Bocoran terbaru dari sumber terpercaya mengindikasikan bahwa Galaxy S27 Ultra, yang diperkirakan meluncur awal 2027, mungkin tak lagi menyertakan S Pen bawaan. Kabar ini tentu mengejutkan, mengingat S Pen telah menjadi identitas seri Note dan Ultra selama lebih dari satu dekade.

Menurut leaker asal China, Setsuna Digital, Samsung sedang mempertimbangkan penghapusan slot stylus terintegrasi untuk mengakomodasi prioritas desain baru—entah itu baterai lebih besar atau sistem pendingin yang lebih efisien. Jika rumor ini akurat, Galaxy S27 Ultra bisa mengikuti jejak Galaxy S21 Ultra yang mendukung S Pen tetapi memerlukan casing eksternal untuk penyimpanan. Atau, lebih ekstrem lagi, S Pen mungkin benar-benar dihapus dari paket penjualan.

Mengapa Samsung Berani Ambil Langkah Drastis Ini?

Ini bukan kali pertama Samsung mengurangi porsi S Pen di perangkat flagship-nya. Sebelumnya, Galaxy S25 Ultra sudah datang dengan S Pen yang “diringkas”—hilangnya fitur Bluetooth Air Actions menjadi bukti nyata. Bahkan, kabar terbaru menyebut Galaxy Z Fold7 juga akan kehilangan beberapa fungsi S Pen demi desain yang lebih ramping.

Analisis dari Telset.id menunjukkan bahwa Samsung mungkin sedang memfokuskan kembali S Pen untuk lini tablet, seperti Galaxy Tab S series, yang lebih sesuai dengan penggunaan stylus intensif. Sementara itu, seri smartphone Ultra didorong untuk mengejar spesifikasi hardware lain, seperti kapasitas baterai atau performa gaming, yang lebih diminati pasar mainstream.

Reaksi Penggemar: Antara Kekecewaan dan Penerimaan

Bagi loyalis seri Note, hilangnya S Pen bisa terasa seperti pengkhianatan. “Ini seperti Porsche tanpa mesin belakang,” komentar salah satu pengguna di forum Reddit. Namun, sebagian lain justru menyambut baik perubahan ini jika berarti peningkatan daya tahan baterai atau ruang untuk komponen seperti chipset generasi terbaru.

Menariknya, Samsung sepertinya masih memberi waktu transisi. Galaxy S26 Ultra diprediksi tetap mempertahankan S Pen bawaan, menjadikan S27 Ultra sebagai titik balik potensial. Jika rumor ini benar, langkah Samsung ini bisa menjadi salah satu perubahan desain paling signifikan dalam sejarah seri Galaxy Ultra.

Lantas, apakah keputusan ini bijak? Seperti kasus headphone jack dulu, mungkin hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, satu hal pasti: jika S Pen benar-benar pergi, Samsung harus menawarkan nilai tambah lain yang setara—atau risiko kehilangan segmen pengguna setianya sangat nyata.

Untuk update terkini seputar teknologi, jangan lupa bergabung dengan komunitas Telegram Telset.id atau kunjungi section berita kami. Sumber: Setsuna Digital via Weibo.

Samsung Galaxy Z Flip7 Bocor di Geekbench, Exynos 2500 Siap Guncang Pasar

Telset.id – Samsung kembali membuat gebrakan dengan strategi chipset ganda untuk seri Z-nya. Bocoran terbaru dari Geekbench mengungkap performa awal Galaxy Z Flip7 yang mengusung Exynos 2500, menandai kembalinya chipset buatan Samsung setelah lama absen di lini flagship foldable mereka.

Dilaporkan oleh tipster terpercaya @tarunvats33, Z Flip7 mencetak skor 2.356 (single-core) dan 8.076 (multi-core) dalam tes CPU Geekbench. Angka ini mengungguli Snapdragon 8 Gen 3 di Z Flip6 yang hanya mencapai 2.247 dan 6.857. Namun, masih kalah dari Snapdragon 8 Elite di Z Fold7 yang dikabarkan menembus 3.200 dan 10.000.

Perbandingan Skor Geekbench Galaxy Z Flip7 vs Z Flip6

Arsitektur Exynos 2500: 10-Core dengan Konfigurasi Unik

Chipset anyar Samsung ini mengemas:

  • 1 core Cortex-X925 (3.3GHz) sebagai prime core
  • 2 core Cortex-A725 (2.75GHz) untuk performa tinggi
  • 5 core A725 tambahan (2.36GHz) sebagai kluster efisiensi
  • 2 core Cortex-A520 (1.8GHz) khusus tugas ringan

Ditemani 12GB RAM dan GPU Xclipse 950, kombinasi ini menjanjikan lompatan signifikan dalam multitasking dan gaming. Namun, tantangan terbesarnya adalah manajemen panas di bodi lipat yang kompak.

Lini Produk Terpecah: Strategi Berisiko?

Samsung memisahkan jalur chipset antara Z Flip7 (Exynos) dan Z Fold7 (Snapdragon). Keputusan ini menuai pro-kontra:

Di satu sisi, diversifikasi pasokan mengurangi ketergantungan pada Qualcomm. Di sisi lain, konsumen mungkin kecewa jika menemui ketimpangan performa antara kedua varian. Apalagi mengingat rekam jejak Exynos sebelumnya yang kerap bermasalah dengan efisiensi daya.

Fitur unggulan Z Flip7 termasuk:

  • Layar cover 4 inci (diduga edge-to-edge)
  • One UI 8 berbasis Android 16
  • Dukungan konektivitas satelit

Seperti diungkap dalam artikel sebelumnya, semua keunggulan ini harus diimbangi dengan optimasi thermal yang matang. Performa benchmark hanyalah awal – ujian sebenarnya adalah ketahanan dalam pemakaian sehari-hari.

Peluncuran resmi diprediksi Juli mendatang. Dengan harga yang mungkin lebih kompetitif berkat penggunaan chipset in-house, Z Flip7 berpotensi menjadi penantang serius di pasar ponsel lipat premium. Namun, apakah Samsung sudah belajar dari kesalahan Exynos generasi sebelumnya? Jawabannya akan terungkap dalam beberapa bulan ke depan.

Redmi Gaming Controller Bocoran: Desain Modular dan Fitur Cloud Gaming

Telset.id – Jika Anda penggemar game mobile, bersiaplah untuk menyambut aksesori baru dari Xiaomi. Bocoran terbaru mengungkap Redmi Gaming Controller, perangkat yang dirancang untuk meningkatkan pengalaman gaming di tablet dan smartphone. Kontroler ini pertama kali diperlihatkan dalam video demo oleh Bao Xiao Li, manajer produk divisi kamera Xiaomi.

Dalam video singkat tersebut, kontroler terlihat dipasangkan dengan tablet Redmi K Pad yang belum dirilis. Yang menarik, demo tersebut menampilkan permainan Black Myth: Wukong yang dijalankan melalui cloud gaming. Ini menunjukkan bahwa kontroler ini tidak hanya untuk game lokal, tetapi juga siap mendukung tren gaming masa depan.

Fitur Kustomisasi Lengkap

Video tersebut mengkonfirmasi beberapa fitur penting. Kontroler ini memiliki antarmuka pengaturan khusus, kemungkinan berupa aplikasi terpisah, yang memungkinkan pengguna menyesuaikan berbagai aspek seperti:

  • Mode pemetaan tombol
  • Sensitivitas joystick
  • Respons trigger
  • Tingkat getaran
  • Efek pencahayaan
  • Penugasan tombol

Tak hanya itu, kontroler ini juga mendukung pembaruan firmware dan memiliki fitur reset pabrik. Bahkan ada bagian khusus untuk menguji setiap tombol secara individual – fitur yang biasanya hanya ditemukan di kontroler premium.

Desain Modular Tanpa Kabel

Dari segi desain, Redmi Gaming Controller menawarkan fleksibilitas tinggi. Kontroler ini bisa digunakan dalam mode gabungan maupun terpisah, dengan bagian kiri dan kanan yang dapat dilepas. Setiap bagian menampilkan status baterai secara independen, solusi cerdas untuk memantau daya saat bermain marathon.

Yang cukup mengejutkan, tidak terlihat port USB pada unit yang ditunjukkan dalam video. Ini mengindikasikan bahwa kontroler ini mungkin hanya mendukung koneksi Bluetooth, tanpa opsi untuk bermain secara kabel. Keputusan desain ini mungkin untuk menjaga kesan minimalis, tapi bisa menjadi pertimbangan bagi gamer yang mengutamakan latency rendah.

Kontroler ini pertama kali diisyaratkan dalam acara “Lu Weibing Live Chatting about Xiaomi New Products” pada 18 Juni lalu. Saat itu, Xiaomi mengungkap bahwa perangkat ini hadir dengan skema warna putih-abu-abu dan desain split dengan bayonet atas-bawah yang bisa ditarik.

Kompatibilitas Luas

Yang membuat kontroler ini semakin menarik adalah kompatibilitasnya. Selain smartphone dan tablet, ketika disatukan dalam bentuk utuh, kontroler ini diklaim bisa terhubung dengan konsol Xbox. Sayangnya, detail tentang fitur ini masih sangat minim.

Sayangnya, Xiaomi belum memberikan informasi resmi tentang tanggal rilis atau harga, baik untuk kontroler ini maupun tablet Redmi K Pad yang menyertainya. Namun, mengingat demo yang sudah beredar, kemungkinan besar peluncurannya tidak akan lama lagi.

Bagi Anda yang tertarik dengan perkembangan produk gaming terbaru, pastikan untuk mengikuti update harian di Telset.id. Kami akan memberikan informasi terbaru segera setelah Xiaomi mengumumkan detail resminya.

Xiaomi Siap Luncurkan YU7, Mix Flip 2, dan Deretan Gadget Baru pada 26 Juni

Telset.id – Xiaomi akhirnya menghentikan teka-teki yang selama ini menggantung di benak para penggemarnya. Setelah beberapa pekan mengumbar bocoran, perusahaan asal Tiongkok ini secara resmi mengumumkan tanggal peluncuran untuk sejumlah perangkat anyarnya. Mark your calendar: 26 Juni 2024 akan menjadi hari besar bagi ekosistem “Human x Car x Home” Xiaomi.

Acara yang digadang-gadang sebagai momen penting bagi Xiaomi ini tak hanya akan menghadirkan smartphone flagship. Mereka akan memperkenalkan mobil listrik pertama mereka, YU7, yang diklaim sebagai SUV mid-to-large size dengan performa menggetarkan. Tak ketinggalan, deretan gadget seperti Mix Flip 2, Pad 7S Pro, hingga perangkat wearable berbasis AI siap memanjakan para tech enthusiast.

Xiaomi YU7 SUV dan perangkat baru

YU7: Mobil Listrik yang Siap Menggebrak

Xiaomi YU7 bukan sekadar mobil listrik biasa. Dengan panjang bodi 4999mm dan wheelbase 3000mm, SUV ini menawarkan ruang kabin yang lapang. Yang menarik, Xiaomi menyediakan hingga sembilan pilihan warna untuk memenuhi selera berbagai kalangan.

Varian dasar YU7 mengusung motor tunggal di bagian belakang dengan baterai LFP 96.3kWh yang mampu menempuh jarak 835km (standar CLTC). Akselerasi 0-100km/jam dicapai dalam 5.88 detik – angka yang cukup impresif untuk segmennya. Bagi yang menginginkan performa lebih ganas, varian Pro dan Max menawarkan konfigurasi dual-motor AWD dengan output masing-masing 365kW dan 508kW. Varian Max bahkan bisa melesat dari 0-100km/jam hanya dalam 3.23 detik berkat baterai NMC 101.7kWh.

Mix Flip 2: Satu-satunya Smartphone Lipat Xiaomi Tahun Ini

Bagi penggemar smartphone lipat, Mix Flip 2 layak ditunggu. Sebagai satu-satunya ponsel lipat Xiaomi tahun ini, perangkat ini akan ditenagai Snapdragon 8 Elite chipset – prosesor flagship terbaru Qualcomm yang menjanjikan performa gahar.

Xiaomi tampaknya serius bersaing di segmen ponsel lipat premium. Meski belum mengungkap detail spesifikasi lebih lanjut, kehadiran chipset terbaru ini menunjukkan ambisi mereka untuk menyaingi Samsung Galaxy Z Flip series.

Redmi K80 Ultra, K Pad launch date

Redmi K80 Ultra dan K Pad: Duo Gaming yang Menjanjikan

Lini Redmi tak ketinggalan menghadirkan terobosan baru. Redmi K80 Ultra akan menjadi smartphone gaming andalan dengan Dimensity 9400 Plus chipset di dalamnya. Sementara itu, Redmi K Pad hadir sebagai tablet gaming kompak pertama Xiaomi yang juga mengusung chipset sama.

Menurut bocoran dari tipster ternama Digital Chat Station, acara 26 Juni nanti juga akan menghadirkan beberapa produk menarik lainnya seperti Xiaomi AI Glasses, Open Earphones Pro, Band 10 fitness tracker, Watch S4 (41mm), dan sebuah produk misterius yang dijuluki “one more thing”.

Dengan spektrum produk yang begitu luas, Xiaomi jelas sedang memperkuat posisinya sebagai pemain utama di ekosistem teknologi terintegrasi. Mulai dari kendaraan listrik, perangkat mobile, hingga wearable berbasis AI – semuanya akan terhubung dalam ekosistem “Human x Car x Home” mereka.

Bagi Anda yang penasaran dengan detail lengkap semua produk ini, pastikan untuk mengikuti liputan eksklusif Telset.id pada tanggal peluncurannya nanti. Siapa tahu, salah satu perangkat ini bisa menjadi gadget idaman Anda di paruh kedua tahun 2024.

Huawei Mate XT 2 Bakal Rilis September dengan Teknologi Satelit

Telset.id – Jika Anda mengira lini ponsel lipat Huawei sudah mencapai puncak inovasinya, bersiaplah untuk terkejut. Bocoran terbaru mengindikasikan Huawei Mate XT 2, penerus seri tri-foldable premium, akan meluncur September mendatang dengan sejumlah peningkatan signifikan.

Menurut tipster ternama Smart Pikachu, perangkat ini sedang menjalani uji internal dengan dukungan konektivitas satelit—fitur yang sebelumnya hanya tersedia di flagship Huawei seperti Mate 60 Pro dan perangkat Apple tertentu. Teknologi ini memungkinkan pengiriman pesan darurat atau akses internet dasar di area terpencil, sebuah lompatan besar dalam hal ketahanan komunikasi.

Huawei Mate XT

Spesifikasi yang Lebih Tangguh

Tak hanya soal konektivitas, Mate XT 2 dikabarkan akan membawa peningkatan di tiga area kritis: chipset, sistem kamera, dan material layar. Sumber yang sama menyebutkan penggunaan teknologi Ultra-Flexible Glass (UFG) untuk meningkatkan daya tahan layar lipat—isu krusial di perangkat foldable generasi awal.

Sebagai pembanding, pendahulunya—Huawei Mate XT—telah mencatat penjualan lebih dari 400.000 unit sejak peluncuran September 2023. Angka ini tidak kecil untuk segmen ultra-premium, mengingat harganya yang berkisar Rp30 jutaan. Spesifikasinya termasuk layar 10,2 inci dengan ketebalan hanya 3,6mm, triple kamera (50MP + 13MP + lensa periskop), serta konfigurasi RAM 16GB/penyimpanan 1TB.

Persaingan dengan Samsung

Peluncuran Mate XT 2 ini tidak akan berjalan tanpa tantangan. Samsung dikabarkan sedang mempersiapkan pesaing langsung dengan kode nama Q7M, yang muncul di database GSMA IMEI dengan nomor model SM-F9680 (China) dan SM-F968N (Korea). Bedanya, raksasa asal Korea Selatan ini baru akan meluncurkannya pada Oktober 2025.

Lalu, mana yang lebih menarik? Huawei dengan teknologi satelit dan pengalaman foldable-nya, atau Samsung yang mungkin membawa keunggulan layar Dynamic AMOLED? Jawabannya mungkin terletak pada bagaimana kedua perusahaan ini menyeimbangkan inovasi dengan harga.

Untuk update teknologi terkini, pastikan Anda mengunjungi section Gizmo Telset.id atau bergabung dengan komunitas Telegram kami. Siapa tahu, mungkin minggu depan akan ada bocoran spesifikasi resmi yang lebih menggemparkan!

Elon Musk Kembali ke Medan Perang Budaya, Klaim “Woke Sudah Mati”

0

Telset.id – Elon Musk kembali memicu kontroversi dengan menyatakan bahwa gerakan “woke” telah mati. Pernyataan ini ia sampaikan melalui platform X (sebelumnya Twitter) pada 21 Juni 2025, yang langsung viral dengan lebih dari 35 juta views. Musk, yang baru saja mengalami ketegangan politik dengan Donald Trump, tampaknya berusaha memperkuat kembali hubungannya dengan basis pendukung konservatif.

Dalam cuitannya, Musk menulis, “Baby, what happened to Woke?” dan menjawab sendiri, “Dead, my darling, Woke is dead.” Ungkapan ini disambut antusias oleh pengguna konservatif, sementara kritikus menilai Musk hanya mencari perhatian setelah reputasinya terguncang. Beberapa bahkan menudingnya sebagai anti-LGBT, meski chatbot Grok milik X membantah klaim tersebut.

Dampak pada Bisnis Musk

Pernyataan Musk ini muncul di tengah tantangan bisnis yang dihadapi perusahaannya. Tesla, misalnya, mencatat penurunan penjualan sebesar 13% dan laba bersih anjlok 71% pada kuartal pertama 2025. Sahamnya juga turun lebih dari 20% sejak Januari. Musk sebelumnya sempat memfokuskan diri pada pengembangan produk baru Tesla, termasuk robotaxi yang akan diluncurkan 22 Juni di Austin, Texas. Namun, politik dan perang budaya tetap menjadi prioritasnya.

Konflik Pribadi dan Politik

Perang Musk melawan “woke” juga bersifat pribadi. Ia menyalahkan budaya progresif karena menjauhkan anak transgender-nya darinya. Pada Maret 2025, ia bahkan menyebut anaknya, Xavier, “meninggal karena virus pikiran woke.” Sejak mengambil alih X, Musk mengubah platform tersebut menjadi sarana kritik terhadap DEI (Diversity, Equity, Inclusion), identitas gender, dan kebenaran politik.

Dukungan finansial Musk kepada Trump senilai $290 juta dalam Pemilu 2024 sempat memperkuat aliansinya dengan sayap kanan. Namun, hubungan mereka retak setelah Musk berselisih dengan Trump secara terbuka. Kini, dengan menyerang “wokeisme,” Musk berusaha merebut kembali simpati basis MAGA.

Apakah strateginya berhasil? Masih belum jelas. Tapi satu hal pasti: selama progresivisme dianggap musuh bersama, Musk akan terus menjadikan perang budaya sebagai medan pertempuran utamanya. Baca juga bagaimana Starlink untung besar dari kebijakan Trump.

Waymo Digugat Atas Kecelakaan yang Lukai Pesepeda di San Francisco

0

Telset.id – Waymo, perusahaan robotaxi milik Google, menghadapi gugatan hukum setelah salah satu kendaraannya tanpa pengemudi menyebabkan seorang pesepeda terluka di San Francisco. Penggugat, Jenifer Hanki, mengklaim sistem “Safe Exit” pada mobil otonom itu gagal berfungsi dengan baik.

Menurut laporan San Francisco Chronicle, kecelakaan terjadi pada Februari 2024 ketika seorang penumpang Waymo membuka pintu dan menabrak Hanki yang sedang bersepeda. Insiden ini mengakibatkan cedera otak dan tulang belakang pada korban.

Dalam dokumen pengadilan California, Hanki menyatakan bahwa robotaxi tersebut berhenti secara ilegal di jalur sepeda. Sistem tidak memberi peringatan kepada penumpang tentang keberadaan pesepeda yang melintas. Akibatnya, Hanki terlempar ke udara dan menabrak mobil Waymo kedua yang juga masuk ke jalur sepeda.

“Tidak seperti Uber, Lyft, atau taksi biasa yang memiliki pengemudi manusia, sistem Waymo jelas gagal,” kata Hanki dalam pernyataannya. “Tidak ada peringatan apapun dari mobil yang diparkir secara ilegal ini.”

Dua penumpang yang baru pertama kali naik Waymo dikabarkan bingung dengan situasi tersebut dan tidak tahu cara melaporkan insiden. Mereka akhirnya pergi meninggalkan lokasi, sementara warga sekitar memanggilkan ambulans untuk Hanki yang berusia 26 tahun itu.

Hanki mengaku menderita cedera otak, kerusakan tulang belakang, dan jaringan lunak. Sejak kejadian itu, ia tidak bisa bekerja dan takut untuk kembali bersepeda. Meski tidak sepenuhnya menentang teknologi kendaraan otonom, Hanki menyayangkan “celah akuntabilitas” dalam operasi Waymo.

Perusahaan yang merupakan bagian dari Alphabet ini terus memperluas operasinya ke Los Angeles dan Austin, Texas, meski menghadapi berbagai kontroversi. Waymo bahkan berencana masuk ke New York City, sementara kasus seperti ini masih terus terjadi.

Insiden terbaru ini menambah daftar masalah yang dihadapi kendaraan otonom. Sebelumnya, Tesla juga disebut akan meluncurkan robotaxi pada Juni mendatang, sementara startup Inggris Wayve sedang menguji teknologi serupa.

Di tengah perkembangan pesat industri kendaraan otonom, kasus ini mempertanyakan kesiapan teknologi tersebut dalam menangani situasi kompleks di jalan raya. Seperti BYD yang berencana memasang sistem self-driving di semua mobilnya, tantangan keamanan tetap menjadi perhatian utama.

Startup AI Pano Raup Rp 700 Miliar untuk Deteksi Dini Kebakaran Hutan

0

Telset.id – Startup berbasis kecerdasan buatan (AI) asal San Francisco, Pano, berhasil mengumpulkan pendanaan Seri B senilai USD 44 juta atau sekitar Rp 700 miliar. Dana ini akan digunakan untuk mengembangkan teknologi deteksi dini kebakaran hutan menggunakan kamera yang terhubung dengan model bahasa besar (LLM).

Menurut laporan Wall Street Journal, total pendanaan Pano kini mencapai USD 81 juta setelah sebelumnya meraih USD 37 juta. Perusahaan yang didirikan pada 2019 ini juga mengantongi kontrak pemerintah senilai lebih dari USD 100 juta dengan berbagai lembaga darurat, perusahaan utilitas, serta pemerintah daerah di AS, Kanada, dan Australia.

Sonia Kastner, salah satu pendiri Pano, mengungkapkan inspirasi bisnisnya dari perusahaan teknologi persenjataan yang bermitra dengan pemerintah. “Kami perlu meniru model itu di sektor penanggulangan kebakaran hutan,” ujarnya. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa kebakaran hutan kini tak hanya menjadi ancaman bencana, tetapi juga peluang bisnis yang menggiurkan.

Teknologi Pano dan Tantangannya

Pano mengklaim mampu mendeteksi asap kebakaran di siang hari dan tanda panas di malam hari di area terpencil yang luas. Sistem ini kemudian mengirim peringatan dini kepada petugas pemadam kebakaran.

Namun, teknologi ini masih menghadapi kendala dalam membedakan kebakaran asli dengan awan, debu, atau pembakaran terkendali. Kesalahan deteksi ini membuat peran manusia tetap krusial dalam proses verifikasi. Kritikus menyebut Pano lebih mirip jaringan CCTV berbayar daripada solusi AI otomatis.

Trend Kemitraan Publik-Swasta

Keberhasilan Pano mencerminkan tren yang lebih luas dalam outsourcing layanan publik ke perusahaan swasta. Dulu, AS memiliki jaringan menara pengawas kebakaran yang dikelola Civilian Conservation Corps. Kini, sistem itu digantikan oleh berbagai startup berbasis satelit dan model berlangganan “Drones as a Service”.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan kritis: Bagaimana jika Pano bangkrut atau menaikkan harga layanannya? Siapa yang bertanggung jawab jika sistem ini gagal mendeteksi kebakaran atau melanggar privasi masyarakat terpencil?

Di tengah upaya pemerintahan Trump yang semakin gencar menyerahkan layanan darurat kepada perusahaan teknologi, Pano mungkin hanya salah satu dari banyak startup AI aneh yang akan bermunculan. Seperti Apple yang sedang mempertimbangkan akuisisi startup AI, gelombang investasi di sektor ini terus mengalir deras.

Booming startup AI memang tak terbendung. Pada kuartal pertama 2025 saja, startup AI menyerap USD 52 miliar atau 41% dari total investasi modal ventura global. OpenAI bahkan memecahkan rekor dengan pendanaan USD 40 miliar. Seperti startup AI China yang masuk daftar hitam AS, Pano harus membuktikan bahwa teknologi mereka benar-benar bermanfaat, bukan sekadar permainan finansial.

OpenAI dan Microsoft di Ambang Konflik, Masa Depan AI Terancam

0

Telset.id – Kemitraan strategis antara OpenAI dan Microsoft berada di ujung tanduk akibat negosiasi yang alot terkait transformasi OpenAI menjadi entitas profit. Menurut laporan Financial Times, Microsoft siap mundur jika kesepakatan baru tidak tercapai, mengancam masa depan pengembangan AI generatif seperti ChatGPT.

Insider yang diwawancarai FT mengungkapkan, kedua perusahaan telah menggelar pertemuan harian untuk menyelesaikan perselisihan. Microsoft menuntut peningkatan pembagian pendapatan dari 20% menjadi 49% sebagai kompensasi investasi besar-besarnya. Sementara itu, OpenAI menghadapi dilema hukum dalam peralihan statusnya dari nirlaba ke profit-oriented.

“Kami memiliki kemitraan jangka panjang yang produktif dan telah menghadirkan alat AI luar biasa untuk semua,” bunyi pernyataan bersama OpenAI-Microsoft kepada Wall Street Journal. Namun, pernyataan diplomatik ini menutupi ketegangan yang memanas hingga memicu opsi radikal: gugatan hukum OpenAI atas dugaan praktik anti-persaingan Microsoft.

Dampak ke Industri AI

Konflik ini berpotensi mengganggu ekosistem AI global. Microsoft telah mengintegrasikan teknologi OpenAI ke seluruh produknya, mulai dari Azure hingga Office 365. Jika kerjasama putus, perusahaan seperti OpenAI yang sedang mengembangkan fitur login ChatGPT mungkin harus mencari model bisnis baru.

Analis memprediksi, ketegangan ini juga mempengaruhi proyek Apple Intelligence yang sedang bermasalah, mengingat Microsoft dan Apple bersaing ketat di pasar AI. Sementara itu, Elon Musk sebagai salah satu pendiri OpenAI awal mungkin akan memanfaatkan situasi ini untuk memperkuat posisi xAI.

Nasib kolaborasi OpenAI-Microsoft diperkirakan akan jelas dalam beberapa minggu ke depan. Hasilnya akan menentukan peta persaingan AI di antara raksasa teknologi seperti Google, Meta, dan Amazon.

AI+ Tunda Peluncuran Smartphone Pertamanya ke Juli 2025

0

Telset.id – AI+, merek smartphone di bawah naungan NxtQuantum Shift Technologies yang dipimpin mantan CEO Realme India Madhav Sheth, menunda peluncuran smartphone pertamanya dari akhir Juni ke Juli 2025. Informasi ini terungkap melalui laman e-commerce Flipkart yang juga memamerkan gambar dua model smartphone beserta varian warnanya.

Flipkart memperlihatkan salah satu model dengan lima pilihan warna dan kamera belakang ganda. Tulisan pada modul kamera mengkonfirmasi sensor utama 50MP. Model kedua mirip dengan desain AI+ Nova 2 5G yang sebelumnya bocor, dengan bodi ramping, tombol power aksen merah, dan dukungan dual SIM. Madhav Sheth membagikan gambar yang menampilkan semua opsi warna untuk model ini.

Menurut pernyataan resmi AI+, smartphone ini dirancang untuk “kinerja responsif” dengan bobot ringan. Brand ini juga menekankan aspek privasi dan keamanan, menyatakan bahwa NxtQuantum OS pada perangkat mereka “auditable, sesuai kebijakan, dan tunduk pada hukum India.” Data pengguna disimpan di server Google Cloud yang disetujui MeitY di India.

Eksklusif di Flipkart dan Rencana Produk Pendamping

AI+ mengonfirmasi bahwa smartphone mereka akan dijual eksklusif melalui Flipkart di India. Selain smartphone, brand ini juga berencana meluncurkan smartwatch dengan TWS earphone built-in bernama “wearbuds Watch 3”, yang kemungkinan dirilis bersamaan dengan smartphone.

Peluncuran AI+ ini terjadi di tengah persaingan ketat pasar smartphone India, di mana brand seperti Oppo dan vivo terus memperkuat posisi mereka dengan seri mid-range. Keunikan AI+ terletak pada penekanan privasi, mirip dengan isu yang pernah diangkat dalam kasus smartphone Korut, meski dengan pendekatan yang lebih transparan.

Apple Pertimbangkan Akuisisi Startup AI Perplexity untuk Perkuat Siri

0

Telset.id – Apple dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi startup kecerdasan buatan (AI) Perplexity AI. Langkah ini bertujuan mengembangkan mesin pencari berbasis AI sekaligus memperluas talenta di bidang teknologi tersebut.

Menurut laporan Bloomberg yang dilansir Engadget, Kepala Divisi Merger dan Akuisisi Apple Adrian Perica telah membahas rencana ini bersama Eddy Cue, Senior Vice President Layanan Apple, serta sejumlah eksekutif kunci lainnya. Pembicaraan masih dalam tahap awal, dan Apple belum mengajukan penawaran resmi kepada Perplexity.

Selain akuisisi, Apple juga mempertimbangkan opsi lain seperti kemitraan strategis dengan Perplexity. Alternatif lainnya adalah mengembangkan mesin pencari AI berbasis teknologi Perplexity dan mengintegrasikannya ke dalam asisten virtual Siri.

Latar Belakang dan Pertemuan Apple-Perplexity

Bloomberg mencatat bahwa Apple telah beberapa kali bertemu dengan Perplexity dalam beberapa bulan terakhir. Pada Mei lalu, Eddy Cue mengungkapkan dalam kesaksian pengadilan kasus antimonopoli Google Search bahwa Apple mendiskusikan integrasi Safari dengan Perplexity.

Hal ini menarik perhatian karena Apple memiliki perjanjian bernilai miliaran dolar dengan Google untuk menjadikan mesin pencari Google sebagai default di iPhone. Perjanjian ini menghasilkan pendapatan hingga 18 miliar dolar AS pada 2021.

Jika regulator memaksa Apple mengakhiri kemitraan dengan Google, akuisisi Perplexity bisa menjadi solusi untuk mengembangkan mesin pencari mandiri dengan lebih cepat.

Percepatan Pengembangan AI Apple

Apple saat ini agresif merekrut talenta AI baru, termasuk bersaing dengan Meta untuk merekrut Daniel Gross, pendiri startup Safe Superintelligence Inc. Akuisisi Perplexity akan memperkuat upaya Apple mengejar ketertinggalan di sektor AI.

Apple memiliki sejarah panjang dalam mengakuisisi startup teknologi. Sebelumnya, mereka mengakuisisi Asaii untuk bersaing dengan Spotify dan startup AR untuk pengembangan kacamata pintar.

Jika akuisisi Perplexity terjadi, ini akan menjadi langkah strategis Apple dalam memperkuat ekosistem AI-nya, terutama untuk Siri dan mesin pencari alternatif.