Beranda blog Halaman 59

Baterai EV Terbaru: 80% Daya dalam 12 Menit, Tahan 500.000 Km!

0

Telset.id – Bayangkan mengisi daya mobil listrik Anda dari 10% ke 80% hanya dalam waktu 12 menit – lebih cepat dari waktu yang dibutuhkan untuk minum kopi pagi. Inilah terobosan terbaru dari ElevenEs, perusahaan asal Serbia yang berhasil menciptakan baterai lithium iron phosphate (LFP) dengan kemampuan pengisian ultra-cepat dan umur pakai ekstra panjang.

Edge574 Blade Cell, demikian nama baterai revolusioner ini, tidak hanya menawarkan pengisian super cepat, tetapi juga menjanjikan siklus hidup setara dengan 500.000 kilometer atau sekitar 310.000 mil. Artinya, baterai ini bisa bertahan selama bertahun-tahun bahkan untuk pengendara yang sangat aktif.

Revolusi Pengisian Cepat Tanpa Kompromi

Baterai ini mampu menambahkan jarak tempuh sekitar 66 kilometer (41 mil) per menit pengisian, atau lebih dari 1 kilometer setiap detiknya. Yang lebih mengesankan, performa ini tetap stabil dalam berbagai kondisi suhu:

  • 12 menit pada suhu 25°C (77°F)
  • 18 menit pada suhu 10°C (50°F)
  • 25 menit pada suhu 0°C (32°F)

Edge574 Blade Cell - Baterai EV dengan pengisian ultra cepat

Perusahaan mengklaim baterai ini bekerja optimal dalam rentang suhu ekstrem dari -30°C (-22°F) hingga 60°C (140°F). Ini menjadi solusi untuk tantangan utama kendaraan listrik di berbagai iklim, seperti yang pernah kami bahas dalam studi tentang performa baterai EV di suhu ekstrem.

Desain Inovatif untuk Masa Depan EV

Edge574 Blade Cell dirancang untuk integrasi fleksibel baik dengan sistem cell-to-pack (CTP) maupun cell-to-body (CTB). Desain ini memaksimalkan pemanfaatan ruang dalam kendaraan, meningkatkan kepadatan energi pada level paket baterai.

Desain Edge574 Blade Cell untuk integrasi optimal pada kendaraan listrik

Perusahaan mencapai peningkatan performa ini melalui beberapa inovasi kunci:

  • Pengurangan resistansi internal sebesar 15%
  • Peningkatan desain mekanik sel
  • Peningkatan material elektroda
  • Formulasi elektrolit baru

Dengan 210 sel bekerja secara optimal, sistem ini mampu mencapai daya pengisian puncak hingga 1 megawatt – membuka peluang baru bagi infrastruktur pengisian yang lebih efisien.

Seperti yang ditunjukkan dalam review teknologi baterai cepat, pengisian ultra-cepat seringkali berkompromi dengan umur baterai. Namun ElevenEs berhasil memecahkan paradigma ini dengan teknologi terbaru mereka.

Dengan semua keunggulan ini, baterai Edge574 Blade Cell siap menjadi game changer dalam industri otomotif listrik, terutama di Eropa yang sedang gencar mengembangkan ekosistem EV yang berkelanjutan.

Realme GT 7 vs GT 7T: 3 Perbedaan Utama yang Wajib Diketahui

Telset.id – Realme baru saja memperluas jajaran GT 7 Series dengan dua varian baru: Realme GT 7 dan Realme GT 7T. Sekilas, kedua smartphone ini terlihat mirip, tetapi ada beberapa perbedaan krusial yang membedakan keduanya. Jika Anda bingung memilih mana yang lebih bernilai, berikut tiga hal utama yang membedakan keduanya.

Desain & Layar: Tipis vs Lebih Tebal dengan Fitur Tambahan

Dari segi desain, Realme GT 7 dan GT 7T hampir identik, tetapi GT 7 memiliki bodi yang lebih ramping dengan ketebalan 8,3mm dibandingkan GT 7T yang mencapai 8,88mm. Perbedaan lain terletak pada layarnya. Realme GT 7 menawarkan layar AMOLED 6,78 inci dengan resolusi 1,5K (2780×1264 piksel), refresh rate 120Hz, touch sampling rate 360Hz, dan kecerahan puncak hingga 6000 nits. Layar ini juga dilengkapi dengan PWM dimming 2600Hz, DC dimming, dan cakupan warna 100% DCI-P3.

Realme-GT-7

Sementara itu, Realme GT 7T juga memiliki panel AMOLED 6,78 inci dengan resolusi 1,5K, refresh rate 120Hz, dan kecerahan puncak 6000 nits. Namun, GT 7T tidak memiliki fitur PWM dimming frekuensi tinggi. Meskipun bukan perbedaan besar, PWM dimming memungkinkan kontrol yang lebih efisien pada layar OLED sekaligus mengurangi ketegangan mata pengguna.

Performa: Flagship vs Upper Mid-Range

Salah satu perbedaan terbesar antara keduanya terletak pada performa. Realme GT 7 dilengkapi dengan chipset MediaTek Dimensity 9400e, yang merupakan versi underclock dari Dimensity 9400. Sementara itu, Realme GT 7T menggunakan chipset Dimensity 8400 MAX. Dimensity 9400e lebih cepat daripada Dimensity 9300+ dan menawarkan performa hampir setara flagship, sedangkan Dimensity 8400 MAX lebih cocok untuk perangkat upper mid-range.

Realme-GT-7T

Kamera: Triple vs Dual Setup

Fotografi juga menjadi area dengan perbedaan signifikan. Realme GT 7 memiliki tiga kamera belakang, sementara GT 7T hanya dua. GT 7 dilengkapi dengan sensor utama Sony IMX906 50MP, lensa ultra-wide 8MP, dan kamera telephoto 50MP dengan zoom optik 2x. Kamera utamanya juga mendukung Dolby Vision dan perekaman 4K60fps. Untuk selfie, GT 7 memiliki kamera 32MP.

Di sisi lain, Realme GT 7T hanya memiliki kamera utama Sony IMX896 50MP dan lensa ultra-wide 8MP. Kamera depannya sama, yaitu 32MP. Dengan demikian, GT 7 menawarkan pengalaman fotografi yang lebih serbaguna, setidaknya di atas kertas.

Realme-GT-7-Dream-Edition

Dengan tiga perbedaan utama ini, wajar jika Realme GT 7 dibanderol dengan harga lebih tinggi, mulai dari 37.999 INR untuk varian 8GB + 256GB. Sementara itu, Realme GT 7T dengan konfigurasi yang sama dijual seharga 34.999 INR. Jika Anda mencari performa flagship dan kamera lebih lengkap, GT 7 adalah pilihan tepat. Namun, jika budget terbatas, GT 7T tetap menawarkan nilai yang solid.

Untuk informasi lebih lanjut tentang seri Realme GT 7, Anda bisa membaca artikel kami sebelumnya tentang peluncuran globalnya.

China Luncurkan Prosesor Hygon C86-5G untuk Kurangi Ketergantungan pada AS

0

Telset.id – Dalam langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi Amerika Serikat, China melalui Hygon dan Sugon telah meluncurkan prosesor Hygon C86-5G yang diklaim memiliki kemampuan dua kali lipat dibandingkan prosesor Intel dan AMD. Prosesor ini menjadi bukti nyata upaya China dalam membangun kemandirian teknologi tinggi di tengah ketegangan geopolitik.

Hygon C86-5G bukan sekadar prosesor biasa. Dengan 128 core dan kemampuan menjalankan 512 thread secara simultan berkat teknologi SMT4, prosesor ini menawarkan peningkatan signifikan dalam hal pemrosesan data. Bandingkan dengan prosesor komersial Intel dan AMD yang umumnya hanya menggunakan SMT2. Tak hanya itu, prosesor ini juga menunjukkan peningkatan 17% dalam instruksi per siklus dibandingkan pendahulunya.

Dari Lisensi AMD Menuju Kemandirian Teknologi

Perjalanan Hygon dimulai pada 2016 ketika perusahaan ini memperoleh lisensi desain Zen pertama AMD dan arsitektur x86-64. Lisensi ini menjadi batu loncatan bagi Hygon untuk mengembangkan seri prosesor Dhyana, yang kemudian diadopsi oleh raksasa teknologi China seperti Tencent. Kini, melalui kolaborasi strategis dengan Sugon, pembangun superkomputer terkemuka China, Hygon telah mencapai tingkat kemandirian yang signifikan.

Merger antara Hygon dan Sugon menciptakan ekosistem komputasi terintegrasi vertikal pertama China yang mampu membangun sistem berkinerja tinggi sepenuhnya dengan teknologi domestik. Langkah ini sejalan dengan strategi besar China untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi AS, terutama di tengah daftar pembatasan ekspor yang semakin ketat.

Kemampuan Teknis yang Mengesankan

Hygon C86-5G tidak hanya unggul dalam jumlah core dan thread. Prosesor ini juga mendukung memori hingga 1TB dan fitur konektivitas modern yang setara dengan prosesor Intel dan AMD terkini. Kemampuan ini membuatnya menjadi kandidat kuat untuk aplikasi superkomputing dan komputasi awan skala besar.

Keberhasilan China dalam mengembangkan prosesor ini menunjukkan bahwa negara tersebut serius dalam membangun kemandirian teknologi. Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, China telah menunjukkan ambisi besarnya di bidang komputasi tinggi, termasuk dengan meluncurkan jaringan superkomputer AI di luar angkasa.

Meskipun demikian, tantangan tetap ada. Seperti yang terjadi pada Nvidia yang berusaha mempertahankan pasar China, pengembangan teknologi tinggi membutuhkan tidak hanya kemampuan desain, tetapi juga ekosistem manufaktur yang matang.

Kehadiran Hygon C86-5G ini bisa menjadi titik balik dalam persaingan teknologi global. Dengan kemampuan yang setara bahkan melebihi prosesor komersial Barat, China semakin mendekati tujuan kemandirian teknologinya. Namun, apakah ini akan mengubah peta kekuatan teknologi dunia? Waktu yang akan menjawab.

Samsung XR Headset Bocor di Geekbench, Siap Saingi Apple Vision Pro

Telset.id – Samsung sedang bersiap untuk menggebrak pasar extended reality (XR) dengan headset terbarunya, Project Moohan. Bocoran terbaru dari Geekbench mengungkap spesifikasi gahar yang siap menantang dominasi Apple Vision Pro. Tak hanya itu, dua perangkat XR lainnya, Project Haean dan Project Jinju, juga terendus dengan chipset yang sama kuatnya. Apa saja yang perlu Anda tahu?

Project Moohan, dengan kode model SM-I610, hampir dipastikan menggunakan chipset Qualcomm Snapdragon XR2 Gen 2. Bocoran Geekbench menunjukkan konfigurasi enam core Cortex-A78C—dua berkecepatan 2.36GHz dan empat di 2.05GHz—didukung GPU Adreno 740 yang dioptimalkan khusus untuk aplikasi XR. Dengan RAM 16GB dan sistem operasi Android 14 (diduga Android XR OS), headset ini dirancang untuk pengalaman imersif tanpa lag.

Spesifikasi Gahar untuk Pengalaman XR Mulus

Snapdragon XR2 Gen 2 membawa sejumlah fitur canggih seperti low-latency full-color passthrough (hanya 12ms), dukungan Wi-Fi 7, serta teknologi VR seperti foveated rendering dan Space Warp. Teknologi terakhir ini mampu menggandakan frame rate dengan mengisi frame yang hilang, mengurangi motion sickness dan membuat gerakan lebih responsif. Ini adalah lompatan besar dari generasi sebelumnya, seperti yang dibahas dalam pengumuman kolaborasi Samsung-Google.

Project Haean dan Jinju: Smart Glasses dengan Kekuatan Penuh

Yang mengejutkan, perangkat lain dengan kode SM-I130—diduga Project Haean atau Jinju—juga muncul di Geekbench dengan spesifikasi serupa: Snapdragon XR2 Gen 2, 16GB RAM, dan Android 14. Padahal, perangkat ini diperkirakan berbentuk kacamata XR yang ramping, seperti kabar sebelumnya. Jika benar, Samsung sedang mengejar performa tinggi dalam bentuk yang minimalis, tantangan teknis yang tidak main-main.

Kapan semua ini akan dirilis? Meski belum ada tanggal pasti, rumor mengarah ke acara Unpacked Samsung di pertengahan 2024, di mana headset ini mungkin berbagi panggung dengan seri Galaxy foldable baru. Dengan dukungan platform Android XR dari Google, Project Moohan berpotensi menjadi pesaing serius bagi Apple Vision Pro, terutama di segmen harga yang lebih terjangkau.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah Samsung bisa mengimbangi Apple di pasar XR yang semakin panas? Pantau terus perkembangan terbaru di Telset.id untuk info terkini seputar teknologi mutakhir.

Valve Buka Instalasi SteamOS untuk Handheld Windows, Begini Caranya

0

Telset.id – Valve secara resmi merilis panduan instalasi SteamOS untuk perangkat handheld berbasis Windows. Langkah ini membuka peluang bagi pengguna perangkat seperti Lenovo Legion Go dan ASUS ROG Ally untuk beralih ke sistem operasi khusus game tersebut.

Menurut dokumentasi resmi Valve, saat ini hanya Lenovo Legion Go S yang mendapat dukungan penuh dengan lisensi “Powered by SteamOS”. Untuk perangkat lain, instalasi masih bersifat eksperimental. “Kami ingin memberi lebih banyak pilihan kepada komunitas,” jelas juru bicara Valve dalam pernyataannya.

Migrasi ke SteamOS menawarkan beberapa keunggulan, terutama dalam hal efisiensi daya dan antarmuka yang dioptimalkan untuk kontroler. Berbeda dengan Windows yang dirancang untuk PC desktop, SteamOS dibangun khusus untuk pengalaman gaming portabel.

Persiapan Instalasi SteamOS

Proses instalasi membutuhkan dua komponen utama: gambar pemulihan SteamOS dan USB drive berkapasitas minimal 8GB. Gambar resmi tersedia di situs Steam dengan ukuran sekitar 3GB.

Valve merekomendasikan Rufus untuk pengguna Windows atau Balena Etcher untuk Mac/Linux dalam mempersiapkan media instalasi. “Pastikan data di USB drive sudah dicadangkan, karena proses ini akan menghapus semua konten,” peringatkan dokumentasi tersebut.

Langkah-Langkah Kritis

Sebelum instalasi, pengguna harus menonaktifkan fitur Secure Boot di BIOS perangkat. Proses ini bervariasi tergantung merek handheld. Untuk Legion Go dan ROG Ally, Valve menyediakan panduan khusus di situsnya.

Setelah boot dari USB drive, pengguna akan menemukan opsi “Wipe Device & Install SteamOS”. Valve menekankan bahwa langkah ini akan menghapus seluruh data di perangkat. “Ini titik tanpa kembali. Pastikan semua data penting sudah dicadangkan,” tegas mereka.

Menariknya, meski belum didukung resmi, beberapa fitur unik seperti kontroler detachable Legion Go tetap berfungsi baik di SteamOS. Pengguna melaporkan pengalaman bermain Hades II yang lancar tanpa lag input.

Meski menjanjikan, pengguna perlu memperhatikan kompatibilitas game. Beberapa judul yang membutuhkan anti-cheat seperti Destiny 2 mungkin tidak berjalan optimal. Valve menyarankan pengecekan di ProtonDB sebelum migrasi.

Langkah Valve ini dinilai sebagai terobosan penting di industri gaming portabel. Dengan semakin banyaknya pilihan hardware, pengguna kini memiliki fleksibilitas lebih dalam memilih sistem operasi untuk perangkat mereka.

TSMC Desak AS Bebaskan Tarif Impor Chip, Investasi USD 165 Miliar di Arizona Terancam

Telset.id – TSMC, raksasa chipmaker asal Taiwan, sedang mengangkat suara keras menentang rencana tarif baru Amerika Serikat yang bisa menggagalkan investasi senilai USD 165 miliar di Arizona. Dalam langkah berani, perusahaan ini mendesak Departemen Perdagangan AS untuk menjaga impor chip bebas bea.

Melalui surat resmi yang dikirim pada 5 Mei oleh anak perusahaannya di Arizona, TSMC memaparkan argumen kuat menentang penerapan tarif Section 232 untuk impor semikonduktor. Langkah ini bukan tanpa alasan—TSMC saat ini tengah membangun tiga pabrik wafer senilai USD 65 miliar di Phoenix. Satu pabrik sudah beroperasi, yang kedua hampir selesai, dan yang ketiga baru saja memulai konstruksi.

Tak berhenti di situ, TSMC telah berkomitmen menanamkan tambahan USD 100 miliar untuk tiga pabrik lagi, dua fasilitas advanced packaging, dan pusat penelitian & pengembangan. Total investasinya mencapai angka fantastis: USD 165 miliar. Jika keenam pabrik beroperasi penuh, Arizona diprediksi akan memproduksi 100.000 wafer per bulan—sekitar 30% dari kapasitas TSMC untuk chip canggih berukuran 2-nanometer dan lebih kecil.

Dampak Ekonomi vs Ancaman Tarif

TSMC memperkirakan proyek ini bisa memicu aktivitas ekonomi senilai USD 200 miliar dan menciptakan puluhan ribu lapangan kerja. Namun, ada satu masalah besar: tarif impor. Perusahaan memperingatkan bahwa bea masuk baru akan menaikkan harga produk akhir seperti ponsel dan komputer, yang pada gilirannya bisa menekan permintaan chip.

“Ini akan menyulitkan justifikasi ekspansi di Arizona,” tulis TSMC dalam suratnya. Terlebih lagi, AS tidak memproduksi banyak peralatan dan material khusus yang dibutuhkan TSMC. Solusinya? Perusahaan meminta akses bebas bea bagi perusahaan dengan produksi chip besar di AS untuk menjaga kelancaran rantai pasokan.

Latar Belakang Politik yang Panas

Desakan TSMC ini muncul di tengah penyelesaian laporan Section 232 oleh Departemen Perdagangan AS, yang dijadwalkan rampung tak lama setelah 26 Mei. Situasi semakin memanas dengan pernyataan mantan Presiden Donald Trump yang mengancam akan mengenakan tarif hingga 100% untuk chip Taiwan, dengan tuduhan bahwa Taiwan “mencuri” bisnis AS.

TSMC tak tinggal diam. Perusahaan ini menegaskan bahwa rencana Arizona—dan ambisi AS dalam produksi chip—sangat bergantung pada penghindaran tarif tersebut. Seperti yang terjadi pada NVIDIA yang juga memindahkan produksi chip AI ke AS, tarif bisa menjadi bumerang bagi industri teknologi global.

Dengan tarif tinggi, bukan hanya TSMC yang terancam. Perusahaan seperti MediaTek juga dipaksa menyusun strategi baru untuk menghadapi kebijakan AS. Bahkan, industri gaming pun bisa terkena imbas, seperti Nintendo Switch 2 yang dikabarkan akan menggunakan chip Samsung sebagai alternatif.

Pertanyaannya sekarang: bisakah AS menyeimbangkan kebijakan perdagangan dengan ambisi semikonduktornya? Jawabannya akan menentukan masa depan industri teknologi—dan mungkin juga dompet Anda saat membeli gadget berikutnya.

Anthropic Buka Fitur Web Search dan Uji Beta Mode Suara untuk Claude AI

0

Telset.id – Anthropic membuka fitur web search untuk semua pengguna Claude AI, termasuk yang menggunakan versi gratis. Fitur ini sebelumnya hanya tersedia untuk pelanggan berbayar sejak diluncurkan pada Maret 2024. Menurut perusahaan, kemampuan pencarian web memungkinkan Claude memberikan respons lebih akurat berdasarkan informasi terbaru dari internet.

Selain itu, Anthropic juga memulai uji beta mode suara di aplikasi mobile Claude. Fitur ini memungkinkan pengguna berinteraksi dengan AI melalui percakapan alami, melengkapi fitur dikte yang sudah ada. Claude akan memiliki lima pilihan suara dan dapat memberikan transkrip lengkap serta ringkasan percakapan.

“Menghubungkan Claude ke web memastikan jawaban yang diberikan selalu relevan dengan perkembangan terkini,” jelas Anthropic dalam pengumuman resminya. Fitur web search telah aktif mulai hari ini untuk seluruh pengguna.

Perkembangan Terbaru Claude AI

Bulan Mei menjadi periode sibuk bagi Anthropic. Perusahaan baru saja meluncurkan dua model AI terbaru pekan lalu, yaitu Opus 4 dan Sonnet 4. Opus 4 dirancang untuk pemrograman dengan kemampuan menjalankan beberapa alat secara paralel, sementara Sonnet 4 adalah model hybrid yang dapat menangani pertanyaan sederhana hingga kompleks.

Mode suara yang sedang diuji beta saat ini menggunakan Sonnet 4 sebagai default. Anthropic belum mengumumkan kapan fitur ini akan dirilis secara resmi, tetapi pengguna dapat mencobanya terlebih dahulu melalui aplikasi mobile Claude.

Sebelumnya, Anthropic juga mengonfirmasi bahwa Claude AI memiliki kode moral yang ketat untuk memastikan keamanan pengguna. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kekhawatiran publik terkait potensi risiko kecerdasan buatan.

Dengan tambahan fitur web search dan mode suara, Claude semakin bersaing ketat dengan chatbot AI lain seperti ChatGPT dan Gemini. Pengguna kini bisa mengakses informasi terbaru tanpa harus beralih ke mesin pencari eksternal.

Anthropic juga diketahui sedang bereksperimen dengan kemampuan AI dalam berbagai bidang, termasuk interaksi dengan dunia game. Uji coba ini menunjukkan potensi Claude untuk beradaptasi di berbagai skenario.

Sementara itu, model Opus 4 sempat menjadi perbincangan setelah muncul laporan bahwa AI ini dapat memberikan respons defensif ketika dihadapkan pada ancaman pemadaman.

Kehadiran fitur-fitur baru ini memperkuat posisi Claude sebagai salah satu chatbot AI paling inovatif di pasaran. Anthropic terus berkomitmen meningkatkan pengalaman pengguna dengan pembaruan yang lebih intuitif dan fungsional.

Great Wall Motor Luncurkan Haval Raptor ICE, Hadir dengan Fitur Off-Road Tangguh

0

Telset.id – Great Wall Motor (GWM) resmi meluncurkan varian bensin (ICE) dari Haval Raptor pada 27 Mei 2024. Sebelumnya, hanya varian plug-in hybrid (PHEV) yang tersedia di pasaran dengan harga mulai dari 165.800 hingga 192.800 yuan (sekitar Rp 372 juta hingga Rp 433 juta).

Haval Raptor ICE hadir dalam dua ukuran dengan wheelbase 2.738 mm dan ban berukuran 245/60 R18 serta 255/60 R19. SUV ini menawarkan lima pilihan warna eksterior: hijau, dua varian abu-abu, hitam, dan putih.

Haval Raptor ICE tampak depan dengan desain grille vertikal

Desain eksterior tetap mempertahankan bentuk kotak yang khas seperti varian PHEV, lengkap dengan gagang pintu tradisional dan rak atap. Bagian depan menampilkan grille baru dengan dekorasi vertikal yang dipadukan dengan lampu depan persegi panjang, terinspirasi dari sambungan mortise dan tenon dalam arsitektur tradisional Tiongkok.

Untuk lampu belakang, Haval Raptor ICE menggunakan lampu longitudinal baru yang terdiri dari 300 LED merah 628 nm. Sebagai SUV off-road, mobil ini memiliki sudut pendekatan 25°, sudut keberangkatan 32°, jarak ground clearance minimal 223 mm (tanpa beban), kedalaman maksimal saat menerjang air 580 mm, dan kapasitas derek 1.600 kg.

Interior Haval Raptor ICE dengan dashboard modern

Dari segi performa, Haval Raptor ICE ditenagai mesin 2.0T yang dipadukan dengan transmisi 9DCT dan sistem penggerak empat roda cerdas serta differential lock mekanis elektronik di bagian belakang. Mesin ini menghasilkan tenaga maksimal 175 kW (235 hp) dan torsi puncak 385 Nm.

Kapasitas tangki bahan bakar mencapai 60 liter dengan konsumsi bahan bakar WLTC 8,65 liter per 100 km. Akselerasi 0-100 km/jam dapat dicapai dalam 8,1 detik. SUV ini juga mendukung sembilan mode berkendara berbeda.

Bagian interior mengalami penyegaran dengan kemudi berbentuk flat-bottom baru, panel instrumen LCD 12,3 inci, layar kontrol tengah 14,6 inci, dan konsol tengah yang disederhanakan tanpa tuas persneling besar. Sistem operasi kendaraan menggunakan Coffee OS 3.0 dari GWM, sedangkan sistem audio 10-speaker ditingkatkan dengan teknologi Coffee AI Sound.

Bagian belakang Haval Raptor ICE dengan lampu longitudinal

Fitur keselamatan mencakup kemampuan bantuan mengemudi tingkat 2 seperti pengereman darurat otomatis, pengenalan rambu lalu lintas, cruise control adaptif, dan peringatan tabrakan belakang. Volume bagasi standar mencapai 586 liter yang dapat diperluas hingga 1.404 liter ketika kursi belakang dilipat. Tambahan kapasitas penyimpanan 2,7 liter tersedia di kotak eksternal belakang.

Pintu depan dan belakang dilengkapi dengan tempat minum adjustable berbentuk tali dengan diameter maksimal 90 mm dan tinggi tali 120 mm. Peluncuran Haval Raptor ICE ini memperkuat posisi GWM di segmen SUV off-road yang semakin kompetitif.

Seperti Chery yang baru-baru ini memamerkan 53 model di Shanghai Auto Show, GWM terus memperluas jangkauan produknya untuk bersaing di pasar global. SUV off-road seperti Haval Raptor juga semakin populer di kalangan penggemar game balap off-road seperti Asphalt Xtreme yang kini tersedia di berbagai platform.

WhatsApp Resmi Hadir di iPad dengan Pengalaman Native yang Lebih Baik

0

Telset.id – Setelah bertahun-tahun menunggu, pengguna iPad akhirnya bisa bernapas lega. WhatsApp secara resmi meluncurkan aplikasi native untuk iPad, menghadirkan pengalaman berkomunikasi yang lebih mulus dan optimal di perangkat tablet Apple ini. Kabar gembira ini diumumkan langsung melalui akun Twitter resmi WhatsApp pada 27 Mei 2025.

Kehadiran WhatsApp versi iPad ini menandai akhir dari era kerja-rumahan (workaround) yang selama ini harus dilakukan pengguna, seperti mengandalkan antarmuka web atau aplikasi yang tidak dioptimalkan. Seperti yang pernah kami laporkan sebelumnya di artikel ini, pengembangan aplikasi ini memang sudah lama dinantikan.

Images showing WhatsApp running on iPad

Desain Dua Kolom yang Lebih Efisien

Aplikasi WhatsApp untuk iPad hadir dengan desain dua kolom yang memanfaatkan layar tablet yang lebih luas. Di sisi kiri, pengguna dapat melihat daftar percakapan mereka, sementara sisi kanan menampilkan percakapan yang sedang aktif. Desain ini tidak hanya lebih efisien tetapi juga meningkatkan kemampuan multitasking pengguna.

Fitur ini sejalan dengan tren pengoptimalan aplikasi untuk perangkat tablet yang semakin populer. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel sebelumnya, pengguna memang menginginkan pengalaman yang lebih baik dibanding sekadar versi smartphone yang diperbesar.

Dukungan Penuh Fitur iPadOS

WhatsApp untuk iPad tidak hanya sekadar porting dari versi smartphone. Aplikasi ini benar-benar memanfaatkan kemampuan penuh iPadOS, termasuk:

  • Split View: Menggunakan WhatsApp bersamaan dengan aplikasi lain
  • Slide Over: Mengakses WhatsApp secara cepat tanpa meninggalkan aplikasi utama
  • Picture in Picture: Tetap bisa melihat panggilan video sambil menggunakan aplikasi lain

Masih Perlu Smartphone untuk Login

Meskipun menjadi aplikasi native, WhatsApp untuk iPad masih berfungsi sebagai perangkat terkait (linked device). Artinya, pengguna tetap membutuhkan smartphone dengan akun WhatsApp aktif untuk bisa login ke versi iPad. Proses login dilakukan dengan memindai kode QR yang muncul di layar iPad menggunakan aplikasi WhatsApp di smartphone.

Meski demikian, kehadiran aplikasi native ini tetap menjadi lompatan besar dibandingkan opsi sebelumnya. Pengguna tidak perlu lagi bergantung pada browser atau aplikasi pihak ketiga yang kurang optimal. Fitur-fitur seperti penyimpanan draft pesan pun tetap tersedia dalam versi iPad ini.

Meta finally gives iPad users better messaging experience with a native WhatsApp app

Peluncuran WhatsApp untuk iPad ini juga membuka harapan baru bagi pengguna tablet Apple. Dengan Meta sebagai perusahaan induk yang mulai memperhatikan platform iPad, apakah Instagram native akan menyusul? Kabar terakhir memang menunjukkan bahwa aplikasi Instagram untuk iPad sedang dalam pengembangan, meski belum ada konfirmasi resmi.

Bagi Anda pengguna iPad yang sudah lama menunggu kehadiran WhatsApp native, aplikasi ini sudah tersedia di App Store. Bagaimana pengalaman Anda menggunakan WhatsApp versi baru ini? Apakah sudah memenuhi ekspektasi atau masih ada yang kurang? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar.

Nothing Phone (3a) Hadir dengan Fitur Baru untuk Kreator

0

Telset.id – Nothing, startup asal Inggris, meluncurkan smartphone terbarunya, Nothing Phone (3a), dengan fokus pada pengguna kreatif. Pendiri Nothing, Carl Pei, mengungkapkan bahwa perusahaan ingin menghadirkan kembali kegembiraan dalam teknologi yang mungkin telah hilang di industri smartphone saat ini.

Nothing Phone (3a) dilengkapi dengan fitur “Essential Space” yang dirancang khusus untuk membantu kreator menyimpan dan mengatur ide-ide mereka. Pei menjelaskan bahwa sebagai startup, Nothing mengandalkan kreativitas untuk bersaing dengan raksasa industri seperti Apple dan Samsung. “Kami tidak memiliki skala industri besar, tapi kami punya kreativitas,” ujarnya dalam wawancara dengan WIRED.

Selain fitur baru, Nothing Phone (3a) tetap mempertahankan desain khasnya dengan panel belakang transparan dan “Glyph Interface” yang menggunakan LED untuk notifikasi. Pei menegaskan bahwa Nothing ingin membuat teknologi terasa “menyenangkan” kembali, sesuatu yang menurutnya hilang dari perusahaan-perusahaan besar yang kini lebih fokus pada korporasi.

Strategi Nothing di Tengah Persaingan Ketat

Meski masih kecil dengan pangsa pasar global sekitar 0,1%, Nothing mencatat pertumbuhan bisnis hingga 150% tahun lalu. Pei mengakui bahwa tantangan utama adalah menjaga inovasi di tengah industri yang stagnan. “Kami harus berbeda, atau kami tidak akan bertahan,” tegasnya.

Dalam menghadapi tren AI, Pei menyatakan bahwa Nothing tidak ingin sekadar mengejar hype. “AI hanyalah alat untuk menciptakan produk yang lebih baik, bukan sekadar cerita besar,” katanya. Ia mencontohkan bagaimana Apple dulu sukses dengan iPod karena fokus pada pengalaman pengguna, bukan sekadar teknologi hard drive-nya.

Masa Depan Smartphone: Hanya Satu Aplikasi?

Pei memprediksi bahwa dalam 7-10 tahun ke depan, smartphone mungkin hanya akan memiliki satu aplikasi: sistem operasi itu sendiri. “OS akan mengenali pengguna dengan baik dan menawarkan solusi otomatis,” ujarnya. Namun, ia menekankan pentingnya privasi dan transparansi dalam pengelolaan data.

Nothing juga terus berekspansi ke produk lain, seperti earbuds dan smartwatch di bawah sub-brand CMF. Pei berharap perusahaan dapat memberikan inspirasi positif di tengah ketidakpastian global. “Kami ingin mengembalikan kegembiraan dalam teknologi,” tutupnya.

Trump Media Kumpulkan $2,5 Miliar untuk Bitcoin Treasury

0

Telset.id – Trump Media and Technology Group (TMTG), perusahaan publik yang dimiliki mantan Presiden AS Donald Trump dan keluarganya, berhasil mengumpulkan dana sebesar $2,5 miliar untuk membangun “bitcoin treasury”. Langkah ini menandai ekspansi besar-besaran TMTG ke pasar kripto.

Pada Senin (27/5/2024), TMTG sempat membantah laporan Financial Times tentang rencana akumulasi bitcoin. Namun, sehari kemudian, perusahaan mengonfirmasi kesepakatan penjualan saham senilai $1,5 miliar dan utang tambahan $1 miliar. Dana tersebut akan dialokasikan untuk membeli bitcoin dalam jumlah besar.

“Kami memandang bitcoin sebagai instrumen puncak kebebasan finansial. Sekarang, Trump Media akan memegang kripto sebagai bagian penting dari aset kami,” ujar CEO TMTG Devin Nunes dalam pernyataan resmi.

Strategi Bisnis Keluarga Trump di Dunia Kripto

Langkah TMTG ini merupakan bagian dari strategi keluarga Trump yang agresif di industri kripto. Sejak awal tahun, Donald Trump dan istrinya Melania meluncurkan koin kripto pribadi yang menambah nilai kekayaan mereka secara signifikan.

TMTG juga telah meluncurkan divisi fintech Truth.Fi bekerja sama dengan Crypto.com untuk menawarkan produk investasi kripto. Sementara itu, putra Trump, Eric Trump dan Donald Trump Jr., mendirikan perusahaan pertambangan bitcoin bernama American Bitcoin yang berencana go public.

“Jika melihat sejarah bisnis Donald Trump, ia membawa pemasaran dan audiens siap pakai sebagai nilai tukar,” kata Austin Campbell, profesor di NYU Stern School of Business.

Persaingan dengan Perusahaan Bitcoin Lain

TMTG kini bersaing dengan perusahaan serupa yang mengumpulkan bitcoin sebagai aset utama. MicroStrategy, pelopor strategi ini, telah mengakumulasi bitcoin senilai $63 miliar.

“MicroStrategy adalah perusahaan publik pertama yang mengakuisisi bitcoin besar-besaran. Sahamnya menjadi yang terbaik performanya sejak saat itu,” jelas Bill Papanastasiou dari KBW.

Keberhasilan TMTG dan American Bitcoin akan bergantung pada kemampuan keluarga Trump mempertahankan daya tarik merek mereka di mata publik dan investor.

Vivo X200 Ultra vs Xiaomi 15 Ultra vs Oppo Find X8 Ultra: Uji Kamera Flagship 2025

Telset.id – Di tengah persaingan ketat smartphone flagship 2025, tiga raksasa asal Tiongkok—Vivo, Xiaomi, dan Oppo—menghadirkan varian Ultra dengan klaim kamera terbaik. Namun, mana yang benar-benar unggul dalam menangkap momen? Kami menguji langsung Vivo X200 Ultra, Xiaomi 15 Ultra, dan Oppo Find X8 Ultra dalam berbagai kondisi pemotretan.

Perbedaan pendekatan ketiga vendor ini sudah terlihat dari konfigurasi kamera. Xiaomi dan Oppo mengandalkan empat lensa bawaan, sementara Vivo memilih tiga lensa utama plus modul kamera eksternal seharga $233. Untuk uji yang adil, kami fokus pada kemampuan kamera bawaan tanpa aksesori tambahan.

Telephoto: Pertarungan Zoom Optik vs Digital

Di segmen telephoto, Xiaomi 15 Ultra dan Oppo Find X8 Ultra membawa dua lensa telephoto, sedangkan Vivo X200 Ultra mengandalkan satu lensa 200MP dengan focal length 85mm yang mengandalkan crop digital untuk zoom lebih jauh. Pada pengujian low-light, Vivo memang sedikit tertinggal karena aperture dan sensor yang lebih kecil.

Perbandingan hasil zoom telephoto Vivo X200 Ultra vs Xiaomi 15 Ultra vs Oppo Find X8 Ultra

Namun hasilnya cukup mengejutkan. Pada focal length 135mm, meski menggunakan crop digital, Vivo justru menghasilkan gambar paling tajam dengan keseimbangan brightness yang baik. “Xiaomi masih bermasalah dengan area shadow yang terlalu gelap, sementara Oppo meski menggunakan lensa native, sharpness-nya justru sedikit di bawah Vivo,” jelas tim penguji kami.

Main Camera: Keunggulan Native 35mm Vivo

Vivo mengambil pendekatan unik dengan lensa utama 35mm f/1.7, berbeda dengan pesaingnya yang menggunakan 23mm yang bisa di-crop ke 28mm atau 35mm. Ini memberi keuntungan signifikan saat memotret di focal length 35mm—Vivo menggunakan seluruh area sensor, sementara yang lain harus crop.

Perbandingan hasil main camera Vivo X200 Ultra vs Xiaomi 15 Ultra vs Oppo Find X8 Ultra

Pada golden hour, keunggulan Vivo semakin terlihat. “Warna yang dihasilkan sangat natural, mendekati apa yang mata manusia lihat,” catat penguji. Xiaomi cenderung over-exposed dengan dynamic range yang kurang baik, sementara Oppo meski lebih natural masih bermasalah dengan flare.

Ultra-Wide: Pertarungan 14mm vs 15mm

Vivo menawarkan sudut pandang sedikit lebih lebar (14mm vs 15mm pesaing). Meski hanya beda 1mm, perbedaan sudut pandang cukup signifikan seperti terlihat pada foto bangunan. Namun dalam hal detail, ketiganya berimbang dengan aperture dan resolusi yang setara.

Perbandingan hasil ultra-wide Vivo X200 Ultra vs Xiaomi 15 Ultra vs Oppo Find X8 Ultra

Di kondisi low-light, performa ketiganya kurang memuaskan. Xiaomi yang mengandalkan crop digital mengalami penurunan kualitas gambar, sementara Vivo bermasalah dengan white balance yang terlalu dingin dan filter oversaturasi yang membuat gambar terlihat “kotor”.

Lalu mana yang terbaik? Jawabannya tergantung kebutuhan Anda. Vivo unggul di fotografi low-light dan natural color, Oppo paling balanced untuk berbagai kondisi, sementara Xiaomi menawarkan detail dan bokeh yang memukau meski kadang terlalu agresif dalam processing.

Seperti dibahas dalam review kamera Realme 9 Pro+, spesifikasi di atas kertas tak selalu mencerminkan hasil akhir. Ketiga flagship ini membuktikan bahwa pilihan kamera smartphone kini lebih tentang gaya dan preferensi pribadi daripada sekadar angka megapixel.