Beranda blog Halaman 31

Bocoran Galaxy Z Fold 7: Lebih Tipis, Kamera Unggulan, Tapi Harga Naik?

Telset.id – Rencana Samsung meluncurkan generasi ketujuh ponsel lipatnya—Galaxy Z Fold 7, Z Flip 7, dan Z Flip 7 FE—di acara Galaxy Unpacked ternyata mundur dari perkiraan sebelumnya. Bocoran terbaru mengindikasikan acara tersebut baru digelar pertengahan Juli 2025, bukan awal bulan seperti yang diisukan sebelumnya.

Menurut tipster ternama @Ricciolo1 di platform X, Samsung sengaja menggeser jadwal untuk memastikan semua penyempurnaan pada Z Fold 7 benar-benar matang. Lantas, apa saja yang diubah dibanding pendahulunya?

Desain Lebih Ramping, Performa Lebih Gesit

Z Fold 7 disebut mengadopsi desain Galaxy Z Fold Special Edition yang sebelumnya hanya beredar di Korea Selatan. Artinya, ketebalannya dipangkas signifikan—hanya 4.9mm saat terbuka (vs 5.6mm pada Z Fold 6) dan 10.6mm saat tertutup (vs 12.1mm). Pengurangan ini bisa jadi pertimbangan menarik bagi pengguna yang mengeluh beratnya generasi sebelumnya.

Soal daya tahan baterai, kapasitas tetap 4.400mAh seperti Z Fold 6. Namun, bocoran menyebut “stamina lebih baik” berkat kombinasi chipset Snapdragon 8 Elite yang lebih efisien dan optimasi One UI 8. Sayangnya, teknologi baterai silicon-karbon berdensitas tinggi belum diimplementasikan.

Kamera Diperbarui, Tapi Harga Makin “Menggigit”

Sektor kamera diklaim mendapat peningkatan, meski detail spesifik masih simpang siur. Ada kemungkinan Samsung mengadopsi sensor 200MP seperti yang diisukan sebelumnya. Namun, kabar kurang menyenangkan datang dari sisi harga—Z Fold 7 diprediksi lebih mahal dari Z Fold 6 yang dibanderol mulai $1.899 (Rp30 jutaan).

Kenaikan harga ini bisa menjadi bumerang mengingat pasar ponsel lipat masih niche. Apalagi jika peningkatan fitur tidak sebanding dengan lonjakan harga. Seperti diketahui, varian 1TB Z Fold 6 sudah mencapai $2.259 (Rp36 jutaan). Kenaikan $50–$100 saja bisa membuat calon pembeli berpikir ulang.

Untuk informasi lebih lengkap seputar warna dan varian penyimpanan Z Fold 7, simak bocoran terbaru di Telset.id. Sementara itu, produksi massal Z Flip 7 dikabarkan sudah dimulai, meski varian tri-fold masih tertunda.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah peningkatan pada Z Fold 7 layak menunggu hingga pertengahan Juli, atau justru membuat Anda mempertimbangkan alternatif lain? Bagikan di kolom komentar!

Vivo X Fold 5: Ponsel Lipat Pertama dengan Ketahanan Ekstrem IPX9

Telset.id – Jika Anda mengira ponsel lipat masih rapuh dan tak siap menghadapi tantangan ekstrem, Vivo X Fold 5 siap mengubah persepsi itu. Bocoran terbaru dari Manajer Produk Vivo Han Boxiao mengungkap, ponsel ini akan menjadi perangkat lipat pertama di dunia dengan sertifikasi ketahanan air IPX9 dan kemampuan bertahan di suhu -30°C – sebuah lompatan besar dari generasi sebelumnya.

Dalam pengumuman resminya, Boxiao menekankan tiga lapis perlindungan unggulan: proteksi air tingkat militer, ketahanan debu IP5X, serta teknologi baterai semi-padat generasi kedua yang tetap berfungsi optimal di cuaca beku. Vivo bahkan telah menguji X Fold 5 dalam ruang bersuhu -20°C selama berjam-jam, dengan hasil semua fitur beroperasi normal.

Revolusi Ketahanan di Dunia Foldable

Tak tanggung-tanggung, Vivo X Fold 5 diklaim tahan terhadap semprotan air panas bertekanan tinggi – sebuah standar yang biasanya hanya dimiliki perangkat industri. Ini menjadikannya satu-satunya ponsel lipat dengan rating IPX9, melampaui pesaing seperti Samsung Galaxy Z Fold7 Ultra yang masih berkutat di IPX8.

Untuk baterai, Vivo menerapkan inovasi solid-state electrolyte yang kini mencakup dari anode hingga katode. Hasilnya? Daya tetap mengalir bahkan di -30°C, solusi sempurna bagi pengguna di negara empat musim atau pecinta aktivitas ekstrem. Teknologi ini merupakan penyempurnaan dari baterai 6.000mAh pada X Fold 3.

Spesifikasi yang Tak Kalah Garang

Di balik ketangguhannya, X Fold 5 tetap mempertahankan spesifikasi flagship. Layar utama 8,03 inci AMOLED dan eksternal 6,53 inci LTPO sama-sama mendukung refresh rate 120Hz. Performa dijamin Snapdragon 8 Gen 3 dengan konfigurasi RAM 16GB dan penyimpanan 512GB.

Untuk fotografi, kolaborasi dengan Zeiss menghasilkan trio kamera belakang: sensor utama 50MP, ultra-wide, dan periskop dengan zoom 3x. Dua kamera selfie 32MP (masing-masing di layar dalam dan luar) melengkapi paket ini. Menurut jadwal rilis, ponsel ini diperkirakan meluncur di China Juli mendatang sebelum menyebar ke pasar global.

Dengan kombinasi ketahanan ekstrem dan spesifikasi mutakhir, Vivo X Fold 5 bukan sekadar evolusi – melainkan revolusi dalam dunia ponsel lipat. Pertanyaannya kini: apakah kompetitor siap menanggapi tantangan ini?

Redmi Pad 2 Meluncur Global, Siap Guncang Pasar Tablet Budget

Telset.id – Xiaomi baru saja menggebrak pasar tablet dengan meluncurkan Redmi Pad 2 secara global, tepat sebelum peluncuran resminya di India pada 18 Juni mendatang. Tablet budget-friendly ini hadir dengan sejumlah peningkatan signifikan dibanding pendahulunya, mulai dari layar yang lebih tajam, baterai lebih besar, hingga chipset baru yang siap mendukung aktivitas harian Anda.

Dengan desain yang ramping dan harga yang terjangkau, Redmi Pad 2 diprediksi akan menjadi pilihan utama bagi para pencari tablet berkualitas tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Tablet ini telah diluncurkan di beberapa negara, termasuk Filipina, Inggris, dan Jerman, dengan dua varian: 6GB RAM + 128GB penyimpanan seharga PHP 10.499 (sekitar Rp16.200) dan 8GB RAM + 256GB penyimpanan seharga PHP 12.999 (sekitar Rp19.300). Warna yang tersedia meliputi abu-abu, biru muda, dan perak. Di India, Redmi Pad 2 akan dijual melalui Amazon, Flipkart, dan Mi.com.

Spesifikasi yang Lebih Tangguh

Redmi Pad 2 menawarkan layar 11 inci beresolusi 2.5K dengan refresh rate 90Hz dan kecerahan 600 nits, sebuah peningkatan dari layar 10.61 inci pada generasi sebelumnya. Tablet ini ditenagai oleh MediaTek Helio G100 Ultra, yang diklaim lebih unggul dari Helio G99 dalam hal multitasking dan performa gaming kasual seperti Asphalt 9.

Salah satu sorotan utama Redmi Pad 2 adalah sistem audio quad speaker dengan dukungan Dolby Atmos, ditambah jack headphone 3.5mm yang kembali hadir setelah absen di Redmi Pad pertama. Baterainya juga ditingkatkan menjadi 9.000mAh dari sebelumnya 8.000mAh, dengan dukungan pengisian daya 18W (meskipun charger 22.5W mungkin disertakan).

Redmi Pad 2 menjalankan Android 15 dengan antarmuka HyperOS 2.0, menawarkan pengalaman yang lebih segar dan lancar dengan fitur seperti Circle to Search. Sayangnya, kamera depan mengalami penurunan dari 8MP menjadi 5MP, sementara kamera belakang tetap 8MP. Tablet ini juga dilengkapi dengan 4G LTE, Wi-Fi, Bluetooth, USB-C, dukungan microSD, dan kompatibilitas stylus, menjadikannya perangkat serbaguna untuk bekerja dan bermain.

Pesaing Baru di Segmen Tablet Budget

Redmi Pad 2 siap bersaing ketat dengan tablet budget lainnya di pasaran, seperti Realme Pad 2. Dengan spesifikasi yang lebih mumpuni dan harga yang kompetitif, tablet ini menjadi pilihan menarik bagi pelajar atau pengguna yang mencari perangkat pendukung produktivitas sehari-hari.

Jika Anda tertarik dengan perkembangan terbaru seputar Redmi Pad 2 atau produk Xiaomi lainnya, jangan lupa bergabung dengan komunitas Telegram kami untuk mendapatkan update instan. Kunjungi juga bagian Berita kami untuk informasi terkini seputar teknologi.

Huawei Siapkan Ponsel Tri-Fold Generasi Kedua dengan Chipset Kirin 9020

Telset.id – Belum genap setahun sejak peluncuran Huawei Mate XT, ponsel lipat tiga pertama di dunia, kabarnya Huawei sudah menyiapkan penerusnya. Bocoran terbaru dari tipster ternama Digital Chat Station di Weibo mengungkap bahwa generasi kedua ponsel tri-fold Huawei akan dirilis pada paruh kedua 2025.

Menurut informasi yang beredar, Huawei akan mempertahankan konfigurasi layar yang sama dengan pendahulunya. Artinya, kita masih akan melihat mekanisme lipat multi-panel ala Mate XT yang mampu berubah dari smartphone ke tablet penuh. Namun, perubahan signifikan justru terjadi di bagian dalam.

Ponsel tri-fold baru ini dikabarkan akan ditenagai oleh chipset Kirin terbaru yang dibangun dengan proses N-1 node. Digital Chat Station menyebut kemungkinan besar ini adalah Kirin 9020, penerus logis dari Kirin 9010 yang menghidupkan Mate XT. Upgrade prosesor ini diharapkan bisa membawa peningkatan performa dan efisiensi daya yang lebih baik.

Fokus pada Pengalaman Fotografi

Sektor kamera juga disebut-sebut akan mendapatkan penyegaran. Meski spesifikasi pastinya masih menjadi misteri, bocoran menyebut Huawei sedang berfokus pada peningkatan kemampuan fotografi dan berbagai upgrade periferal untuk seri Mate foldable berikutnya.

Sebagai pengingat, Huawei Mate XT yang diluncurkan September lalu sempat membuat gebrakan dengan faktor bentuknya yang revolusioner. Ini adalah ponsel lipat tiga pertama yang tersedia secara komersil, menawarkan layar OLED fleksibel yang bisa dilipat di dua tempat untuk berubah menjadi tablet berukuran penuh.

Keunggulan Desain Z-Fold

Sementara kebanyakan ponsel lipat di pasaran menggunakan desain engsel tunggal, Huawei melangkah lebih jauh dengan struktur lipat bergaya Z yang memberikan pengguna lebih banyak fleksibilitas dan ruang layar dalam footprint yang relatif kompak.

Tak hanya hardware, Mate XT juga menarik perhatian berkat optimasi software-nya. HarmonyOS beradaptasi dengan mulus antara mode ponsel, tablet, dan tenda, memberikan pengalaman pengguna yang lancar dengan minimal lag atau masalah scaling.

Dikombinasikan dengan daya tahan baterai yang cukup baik dan chipset Kirin 9010 buatan Huawei sendiri, Mate XT terbukti memiliki performa yang lebih tahan lama dan lebih baik dari perkiraan banyak orang.

Dengan rencana peluncuran generasi kedua di 2025, Huawei tampaknya serius ingin mempertahankan posisinya sebagai inovator di pasar ponsel lipat. Persaingan dengan produsen lain seperti Samsung yang juga sedang mengembangkan perangkat fleksibel semakin memanas.

Lantas, apakah Huawei akan mampu mempertahankan keunggulan dengan tri-fold generasi kedua ini? Jawabannya mungkin baru akan kita dapatkan setahun mendatang. Namun satu hal yang pasti, inovasi di dunia ponsel lipat masih terus berlanjut, dan Huawei tampaknya tidak ingin ketinggalan.

Vivo X300 Pro Mini Bocoran: Baterai 7000mAh Bakal Jadi Game Changer?

Telset.id – Jika Anda mengira baterai besar hanya bisa ditemukan di smartphone kelas phablet, bocoran terbaru tentang Vivo X300 Pro Mini siap mengejutkan. Menurut sumber terpercaya, penerus X200 Pro Mini ini dikabarkan akan membawa kapasitas baterai raksasa 7000mAh – lompatan signifikan dari pendahulunya yang “hanya” 5700mAh.

Digital Chat Station, tipster ternama di dunia teknologi, baru-baru ini memicu spekulasi dengan postingan yang telah dihapus. Dalam unggahan tersebut, disebutkan tentang perangkat berlayar 6,3 inci dengan baterai sekitar 7000mAh. Meski tidak menyebut nama Vivo secara eksplisit, semua petunjuk mengarah pada X300 Pro Mini yang sedang dalam pengembangan.

Lalu, seberapa revolusioner angka 7000mAh untuk smartphone berukuran mini? Mari kita lihat konteksnya. Xiaomi dan Realme memang telah mencoba menerapkan baterai berkapasitas serupa, tapi pada perangkat dengan bodi lebih besar. Keberhasilan Vivo memadatkan kapasitas tersebut dalam bodi mini akan menjadi terobosan berarti.

Spesifikasi yang Patut Dinantikan

Meski detail resmi masih minim, kita bisa memperkirakan spesifikasi X300 Pro Mini berdasarkan pendahulunya. X200 Pro Mini hadir dengan layar LTPO AMOLED 6,31 inci yang mendukung 1 miliar warna, HDR10+, dan refresh rate 120Hz. Performa ditopang chipset MediaTek Dimensity 9400 dengan sistem operasi Android 15.

Di sektor kamera, kolaborasi Vivo dengan Zeiss menghasilkan triple kamera 50MP – terdiri dari sensor wide dengan OIS, telephoto periskop zoom 3x, dan ultrawide dengan autofocus. Tambahan fitur seperti laser autofocus, lapisan lensa Zeiss T*, dan rekaman 4K membuat paket kamera ini sangat kompetitif.

Pertanyaan besarnya: akankah Vivo mempertahankan semua keunggulan ini sambil menambah kapasitas baterai secara signifikan? Jika iya, X300 Pro Mini berpotensi menjadi salah satu smartphone paling seimbang di kelasnya.

Tantangan Teknis Baterai Besar

Memasang baterai 7000mAh dalam bodi mini bukan tanpa tantangan. Ada pertimbangan ketebalan, berat, dan manajemen panas yang harus diatasi. Vivo mungkin menggunakan teknologi baterai baru atau pengaturan komponen yang lebih efisien untuk mewujudkannya.

Seperti yang pernah kami laporkan dalam Xiaomi Carnival 2024, inovasi baterai menjadi fokus utama produsen smartphone tahun ini. Jika bocoran ini akurat, Vivo jelas tidak ingin ketinggalan dalam perlombaan ini.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah baterai besar lebih penting daripada bodi ultra-tipis? Atau mungkin ada fitur lain yang lebih Anda tunggu dari seri X300 ini? Bagikan pemikiran Anda di kolom komentar.

Meta Aria Gen 2 Resmi Dirilis: Kacamata Riset AI dengan Fitur Revolusioner

Telset.id – Jika Anda berpikir kacamata pintar hanya untuk mengambil foto atau mendengarkan musik, siap-siap terkejut. Meta baru saja mengungkap detail lengkap Aria Gen 2, generasi terbaru kacamata riset mereka yang dirancang khusus untuk pengembangan machine perception, robotika, dan AI kontekstual. Perangkat ini bukan sekadar upgrade minor—ini lompatan besar dari pendahulunya, Aria Gen 1 yang diluncurkan pada 2020.

Dalam industri yang semakin dipenuhi produk seperti kacamata pintar Apple atau XR headset Samsung, Aria Gen 2 hadir dengan proposisi unik: alat bagi peneliti untuk mendorong batas-batas teknologi AI. Lalu, apa saja yang membuatnya istimewa?

Desain yang Lebih Ergonomis dan Fungsional

Meta memastikan Aria Gen 2 tidak hanya canggih, tetapi juga nyaman dipakai. Dengan bobot hanya 74-76 gram—lebih ringan dari kebanyakan smartphone—kacamata ini kini dilengkapi lengan yang bisa dilipat untuk memudahkan penyimpanan. Yang menarik, tersedia delapan opsi ukuran untuk menyesuaikan berbagai bentuk wajah dan kepala. Bandingkan dengan pendahulunya yang hanya menawarkan sedikit fleksibilitas.

Meta Aria Gen 2

Peningkatan Kamera dan Sensor yang Signifikan

Di bagian kamera, Aria Gen 2 kini memiliki empat kamera computer vision, meningkat dari dua pada Gen 1. Sensor global shutter dengan HDR 120 dB (naik dari 70 dB) memastikan performa optimal baik dalam kondisi terang maupun gelap. Overlap stereo juga ditingkatkan dari 35° menjadi 80°, memperbaiki persepsi kedalaman dan pelacakan 3D.

Tak hanya itu, Meta menambahkan beberapa sensor baru:

  • Ambient Light Sensor (ALS) dengan deteksi ultraviolet untuk kontrol eksposur lebih akurat.
  • Contact microphone di bagian nosepad yang menangkap audio lebih jernih di lingkungan bising.
  • Photoplethysmography (PPG) sensor untuk memperkirakan detak jantung pengguna.

Kemampuan On-Device Machine Perception

Inilah jantung Aria Gen 2. Meta memasang coprocessor khusus yang menjalankan algoritma machine perception langsung di perangkat. Beberapa fitur utamanya meliputi:

  • Visual Inertial Odometry (VIO): Melacak pergerakan dalam enam derajat kebebasan.
  • Pelacakan Mata: Memantau arah pandang, kedipan, diameter pupil, dan lainnya.
  • Pelacakan Tangan: Mengikuti pergerakan tangan 3D beserta posisi sendi.

Dengan kemampuan ini, Aria Gen 2 bukan sekadar alat pasif, melainkan mitra aktif bagi peneliti yang ingin mengembangkan AI yang lebih kontekstual dan responsif.

Meta akan membuka pendaftaran untuk Aria Gen 2 akhir tahun ini, sementara versi Gen 1 masih tersedia. Mereka juga akan memamerkan perangkat ini di CVPR 2025 di Nashville bulan Juni mendatang. Bagi yang tertarik dengan perkembangan teknologi wearable, ini adalah salah satu inovasi yang patut diikuti.

Xiaomi XRING O1: Chipset Flagship yang Terganjal Larangan AS

Telset.id – Xiaomi baru saja memamerkan kekuatan chipset XRING O1 buatannya sendiri, dan hasilnya sungguh mengejutkan. Dalam tes Geekbench 6, chipset ini bahkan mengungguli Snapdragon 8 Elite dari Qualcomm, baik dalam performa single-core maupun multi-core. Namun, di balik kesuksesan ini, ada badai besar yang mengancam masa depan pengembangan chipset Xiaomi.

XRING O1 dirancang dari nol dengan konfigurasi CPU 10-core dan diproduksi menggunakan proses 3nm TSMC. Ini adalah pencapaian luar biasa untuk chipset mobile pertama Xiaomi. Namun, perusahaan mungkin akan terjebak pada node ini untuk waktu yang lama. Penyebabnya? Larangan ekspor alat EDA (Electronic Design Automation) dari AS ke China.

Dampak Larangan EDA pada Industri Chip China

Pemerintah AS secara resmi memblokir ekspor alat EDA canggih ke China. EDA adalah tulang punggung desain chip modern, digunakan untuk simulasi, verifikasi, dan optimasi sirkuit terintegrasi kompleks. Yang lebih krusial, alat ini diperlukan untuk merancang struktur GAAFET (Gate All Around Field Effect Transistor).

Karena proses 2nm TSMC adalah produk GAA, larangan alat EDA ini juga berarti larangan tidak langsung terhadap penggunaan node 2nm. Ini menjadi pukulan telak bagi Xiaomi dan perusahaan China lainnya yang mengandalkan TSMC untuk produksi chipset mereka.

Masa Depan XRING dan Upaya Mandiri China

Dengan hambatan ini, lineup XRING kemungkinan besar akan tetap menggunakan proses ‘N3E’ 3nm untuk waktu yang cukup lama. Xiaomi bukan satu-satunya yang terkena dampak. Lenovo, yang juga dikabarkan sedang mengembangkan chipset sendiri, akan merasakan tekanan yang sama.

Situasi ini mengingatkan pada jalan yang harus ditempuh Huawei sejak sanksi AS dimulai pada 2019. Namun, tidak semua berita buruk untuk China. Dengan alat EDA asing tidak tersedia, kini ada dorongan besar untuk mengembangkan alternatif domestik.

Huawei telah berinvestasi dalam platform EDA sendiri dan mendukung pemain lokal seperti Empyrean untuk mengisi kekosongan ini. Langkah ini bisa menjadi titik balik bagi industri semikonduktor China untuk benar-benar mandiri.

Bagi Xiaomi, meski terhambat dalam pengembangan node yang lebih kecil, XRING O1 tetap menjadi bukti kemampuan mereka dalam merancang chipset flagship. Seperti terlihat pada Xiaomi 15S Pro vs 15 Pro, chipset ini sudah memberikan performa yang mengesankan di perangkat flagship mereka.

Pertanyaan besarnya sekarang: apakah China bisa dengan cepat mengembangkan solusi EDA mandiri sebelum tertinggal terlalu jauh dalam perlombaan teknologi chipset? Jawabannya akan menentukan masa depan tidak hanya bagi Xiaomi, tetapi seluruh industri teknologi China.

Ant International Luncurkan Alipay+ GenAI Cockpit, Revolusi Layanan Keuangan Berbasis AI

Telset.id – Jika Anda mengira transformasi keuangan digital hanya tentang blockchain dan mobile banking, bersiaplah untuk terkejut. Ant International, raksasa solusi pembayaran digital asal Singapura, baru saja meluncurkan Alipay+ GenAI Cockpit—platform AI-as-a-Service (AIaaS) yang menjanjikan lompatan besar dalam layanan finansial berbasis kecerdasan artifisial. Platform ini akan mulai diadopsi klien fintech di Asia Tenggara dan Asia Selatan mulai Juni 2025.

Dalam industri yang sedang demam AI, Ant International mengambil pendekatan berbeda. Alih-alih sekadar mengintegrasikan chatbot generik, mereka membangun sistem “agentic AI” yang dirancang khusus untuk kompleksitas sektor keuangan. Bayangkan asisten virtual yang tak hanya menjawab pertanyaan pelanggan, tetapi juga mengelola pembayaran lintas negara, mendeteksi penipuan real-time, hingga menyusun strategi loyalitas—semua dengan intervensi manusia minimal.

Tiga Pilar Strategi AI yang Membedakan

Alipay+ GenAI Cockpit berdiri di atas tiga fondasi utama. Pertama, keamanan AI yang menjadi sorotan kritis mengingat 22% bisnis global telah mengalami penipuan berbasis AI. Ant International mengklaim telah menekan kerugian akibat fraud hingga 95% lebih rendah dari rata-rata industri berkat kerangka kerja AI SHIELD—teknologi yang menggabungkan 100 model pengenalan dan 600.000 leksikon risiko.

Kedua, keahlian fintech spesifik. Platform ini mengintegrasikan 20 model LLM, termasuk Falcon Time-Series-Transformer FX Model besutan Ant, dengan basis pengetahuan industri seperti regulasi transfer bank dan kebijakan sengketa. “Ini bukan AI umum yang dipaksa masuk ke sektor keuangan, tapi AI yang dibesarkan untuk fintech sejak awal,” jelas Jiangming Yang, Chief Innovation Officer Ant International.

Antom Copilot: Agen AI Pertama untuk Bisnis Fintech

Salah satu produk unggulan yang dikembangkan melalui platform ini adalah Antom Copilot—agen AI pertama di dunia yang khusus membantu pelaku usaha meningkatkan konversi bisnis. Dari mengintegrasikan metode pembayaran, merekomendasikan saluran optimal, hingga menyelesaikan dokumen onboarding, semua bisa dilakukan dengan perintah bahasa alami. “Ini seperti memiliki staf keuangan yang tak pernah tidur dan terus belajar,” tambah Yang.

Ketiga, dukungan platform menyeluruh. Alipay+ GenAI Cockpit menawarkan fleksibilitas implementasi baik di cloud publik (melalui kemitraan dengan Google Cloud) maupun lingkungan on-premise. Fitur Model Context Protocol (MCP)-nya memungkinkan organisasi membangun server AI khusus sesuai kebutuhan.

Peluncuran ini sejalan dengan tren transformasi digital di Indonesia yang mencapai 91% perusahaan. Namun, Ant International memberi penekanan ekstra pada aspek keamanan—sebuah pelajaran berharga dari maraknya serangan deepfake di sektor finansial.

Dengan klien pertama yang akan go-live tahun depan, apakah Alipay+ GenAI Cockpit akan menjadi standar baru layanan keuangan AI-native? Jawabannya mungkin terletak pada seberapa baik mereka menjalankan janji “agentic AI”—sistem yang tak hanya otomatis, tapi juga adaptif dan terus berevolusi.

Snapdragon 8s Gen 4 vs 8 Gen 2: Mana yang Lebih Kencang?

Telset.id – Jika Anda sedang mencari chipset terbaik untuk smartphone flagship, dua nama yang mungkin muncul adalah Snapdragon 8s Gen 4 dan Snapdragon 8 Gen 2. Keduanya berasal dari keluarga yang sama, tetapi dengan jarak rilis yang cukup jauh. Mana yang lebih unggul? Mari kita bedah secara mendalam.

Snapdragon 8s Gen 4 adalah anggota terbaru dari keluarga “Snapdragon 8”, menawarkan performa flagship dengan harga yang lebih terjangkau. Sementara itu, Snapdragon 8 Gen 2 adalah chipset flagship tahun 2022 yang masih tangguh hingga sekarang. Meskipun keduanya menggunakan proses manufaktur 4nm TSMC, ada perbedaan signifikan dalam arsitektur dan fitur.

Perbandingan Spesifikasi Teknis

Mari mulai dengan melihat lembar spesifikasi kedua chipset ini:

  • CPU: Snapdragon 8s Gen 4 menggunakan 1x Cortex-X4 dan 7x Cortex-A720, sedangkan 8 Gen 2 memiliki 1x Cortex-X3, 4x Cortex-A715, dan 3x Cortex-A510.
  • GPU: Adreno 825 pada 8s Gen 4 vs Adreno 740 pada 8 Gen 2.
  • Kamera: 8s Gen 4 mendukung hingga 320MP, sementara 8 Gen 2 hanya 200MP.
  • Konektivitas: 8 Gen 2 unggul dengan kecepatan unduh 5G hingga 10Gbps, sedangkan 8s Gen 4 hanya 4.2Gbps.

Snapdragon 8s Gen 4 vs 8 Gen 2 - Geekbench comparison

Benchmark: Siapa yang Lebih Cepat?

Dalam tes AnTuTu, Snapdragon 8s Gen 4 mencetak skor 2.050.881, mengungguli 8 Gen 2 yang hanya mencapai 1.609.763. Peningkatan signifikan terlihat di GPU (39% lebih cepat) dan memori (34% lebih baik).

Snapdragon 8s Gen 4 vs 8 Gen 2 - AnTuTu comparison

Di Geekbench 6, keduanya hampir setara dalam single-core, tetapi 8s Gen 4 unggul 25% di multi-core. Ini menjadikannya pilihan ideal untuk multitasking dan aplikasi berat.

Performa AI dan Gaming

Snapdragon 8s Gen 4 membawa peningkatan besar dalam AI dengan Hexagon NPU yang 44% lebih cepat. Kedua chipset mendukung ray tracing, tetapi Adreno 825 di 8s Gen 4 memberikan pengalaman gaming yang lebih mulus.

Namun, 8 Gen 2 masih unggul dalam rekaman video, mendukung 8K/30fps dibandingkan 4K/60fps pada 8s Gen 4. Jika Anda seorang kreator konten, ini bisa menjadi pertimbangan penting.

Kesimpulan: Mana yang Harus Dipilih?

Snapdragon 8s Gen 4 jelas lebih unggul dalam performa mentah, efisiensi, dan fitur AI. Namun, 8 Gen 2 masih relevan dengan keunggulan di konektivitas 5G dan dukungan rekaman 8K.

Jika Anda mengutamakan performa terbaik, 8s Gen 4 adalah pilihan tepat. Tetapi jika budget terbatas, smartphone dengan 8 Gen 2 yang didiskon tetap bisa menjadi opsi solid. Seperti yang pernah kami bahas dalam perbandingan Oppo Find X3 Pro vs Samsung Galaxy S21 Ultra, chipset bukan satu-satunya faktor penentu pengalaman pengguna.

Bocoran Resmi! Warna dan Spesifikasi Galaxy Z Fold 7, Z Flip 7, dan Z Flip 7 FE

Telset.id – Samsung baru saja memulai kampanye teaser untuk seri foldable terbarunya, dan seperti biasa, bocoran pun mulai bermunculan. Kali ini, informasi terbaru mengungkapkan opsi warna dan penyimpanan untuk tiga dari empat ponsel lipat yang akan datang: Galaxy Z Fold 7, Galaxy Z Flip 7, dan varian baru, Galaxy Z Flip 7 FE.

Menurut bocoran tersebut, Galaxy Z Fold 7 akan menjadi yang paling beragam di antara ketiganya. Ponsel ini akan hadir dalam tiga konfigurasi RAM dan penyimpanan: 12GB RAM dengan 256GB atau 512GB penyimpanan, serta varian tertinggi dengan 16GB RAM dan 1TB penyimpanan. Dari segi warna, Z Fold 7 dikabarkan akan tersedia dalam pilihan Silver Shadow, Blue Shadow, Jetblack, dan Coralred.

Sementara itu, Galaxy Z Flip 7 akan menawarkan tiga opsi memori: 8GB + 128GB sebagai varian dasar, diikuti oleh 12GB + 256GB dan 12GB + 512GB. Untuk warna, ponsel ini hanya akan hadir dalam dua pilihan: Blue Shadow dan White Black. Namun, yang menarik perhatian adalah kehadiran Galaxy Z Flip 7 FE, varian yang lebih terjangkau dari Flip 7 standar. FE ini hanya akan tersedia dalam dua konfigurasi (8GB + 128GB atau 8GB + 256GB) dan dua warna: Black atau White.

Galaxy Z Fold 7 Ultra: Varian Tertipis Samsung?

Meskipun bocoran ini tidak menyebutkan Galaxy Z Fold 7 Ultra secara langsung, teaser yang dibagikan Samsung diduga mengarah ke model premium ini. Kabarnya, Z Fold 7 Ultra akan lebih tipis dibandingkan pendahulunya, Galaxy Z Fold 6 (5.6mm) dan bahkan varian Special Edition (4.6mm). Jika rumor ini benar, Z Fold 7 Ultra akan menjadi ponsel lipat tertipis yang pernah dibuat Samsung.

Sejauh ini, belum ada konfirmasi resmi dari Samsung mengenai tanggal peluncuran. Namun, dengan kampanye teaser yang sudah dimulai, kemungkinan besar pengumuman resmi tidak akan lama lagi. Untuk update harian seputar produk Samsung, pastikan Anda mengunjungi bagian Gizmo kami.

Dengan berbagai varian dan pilihan yang ditawarkan, Samsung tampaknya ingin memperluas jangkauan pasar foldable mereka. Mulai dari model premium seperti Z Fold 7 Ultra hingga varian FE yang lebih terjangkau, strategi ini bisa menjadi langkah cerdas untuk menarik lebih banyak konsumen.

iPhone 17 dan iPhone 17 Air Bakal Hadir dengan Layar 120Hz, Apa Artinya?

Telset.id – Jika Anda termasuk yang kecewa dengan layar 60Hz di iPhone 16 standar, bersiaplah untuk kabar menggembirakan. Bocoran terbaru mengindikasikan Apple akhirnya akan meningkatkan refresh rate layar untuk lini iPhone non-Pro mereka tahun depan.

Setelah bertahun-tahun “mengunci” layar 120Hz hanya untuk model Pro, Apple dikabarkan akan membawa pengalaman visual yang lebih mulus ke iPhone 17 dan iPhone 17 Air. Namun, seperti biasa dengan Apple, ada sedikit catatan yang perlu diperhatikan.

Perubahan Signifikan untuk Pengalaman Pengguna

Refresh rate 120Hz berarti layar dapat memperbarui gambar 120 kali per detik, dua kali lipat dari standar 60Hz. Ini menghasilkan animasi yang lebih halus, scrolling yang lebih responsif, dan pengalaman gaming yang lebih imersif. Sebuah lompatan besar bagi pengguna yang selama ini harus merogoh kocek lebih dalam hanya untuk mendapatkan fitur ini di model Pro.

Namun, menurut sumber terpercaya, meski keduanya akan menawarkan refresh rate 120Hz, teknologi ProMotion yang memungkinkan refresh rate adaptif (1-120Hz) tetap akan menjadi eksklusif untuk model Pro. Seperti dilaporkan dalam bocoran sebelumnya, perbedaan hardware antara varian standar dan Pro memang sengaja dipertahankan Apple.

Dampak pada Baterai dan Performa

Tanpa ProMotion, layar iPhone 17 standar akan terus menyala pada 120Hz secara konstan, berbeda dengan model Pro yang bisa menurunkan refresh rate hingga 1Hz saat menampilkan konten statis. Ini berarti potensi konsumsi baterai yang lebih tinggi, meski Apple kemungkinan akan mengimbanginya dengan optimasi software.

Kabar ini muncul di tengah kekhawatiran Tim Cook tentang inventori iPhone 17, menunjukkan bahwa Apple mungkin sedang mempertimbangkan strategi baru untuk meningkatkan daya tarik model standar mereka. Apalagi dengan rencana peluncuran iPhone 17e yang lebih terjangkau, membedakan fitur antara berbagai model menjadi semakin penting.

Meski masih sebatas rumor, langkah ini bisa menjadi titik balik bagi Apple dalam menyikapi kritik tentang pembatasan fitur yang dianggap sudah seharusnya menjadi standar di smartphone premium. Bagaimana menurut Anda? Apakah layar 120Hz sudah seharusnya menjadi fitur wajib di semua smartphone flagship?

LG UltraFine 40WT95UF: Monitor 5K2K Pertama dengan Thunderbolt 5

Telset.id – LG kembali mengejutkan industri teknologi dengan meluncurkan UltraFine 40WT95UF, monitor ultra-lebar 40 inci yang menjadi yang pertama di dunia mengusung konektivitas Thunderbolt 5. Monitor ini dirancang khusus untuk profesional di bidang finansial, IT, dan kreatif yang membutuhkan performa tinggi dengan desain minimalis.

Dengan resolusi 5120×2160 (5K2K) dan panel IPS Black berkelengkungan 2500R, UltraFine 40WT95UF menawarkan pengalaman visual yang memukau. LG mengklaim monitor ini telah dikalibrasi pabrik untuk akurasi warna yang sempurna, mencakup 99% DCI-P3 color gamut dan sertifikasi VESA DisplayHDR 600. Tak hanya itu, refresh rate 120Hz dan dukungan AMD FreeSync Premium membuatnya cocok untuk multitasking berat maupun konten dinamis.

LG UltraFine 40WT95UF

Thunderbolt 5: Revolusi Konektivitas

Keunggulan utama monitor ini terletak pada dukungan Thunderbolt 5 dengan bandwidth 80Gbps dua arah. Teknologi ini memungkinkan pengguna menghubungkan beberapa monitor 4K, transfer file besar, dan mengisi daya perangkat hingga 96W—semua melalui satu kabel. Fitur ini selaras dengan tren Thunderbolt 5 yang menjanjikan kecepatan transfer data hingga 80Gbps.

Port yang tersedia sangat lengkap: dua Thunderbolt 5, satu USB-C upstream, empat USB-C downstream, dua USB-A, dual HDMI, DisplayPort 2.1, dan port Ethernet RJ45. LG juga menyertakan software OnScreen Control dan Dual Controller untuk manajemen multitasking, plus KVM built-in yang memungkinkan kontrol dua PC dengan satu set keyboard-mouse.

Desain Ergonomis untuk Produktivitas

LG tidak mengabaikan aspek kenyamanan. Stand-nya bisa diatur tinggi, miring, dan diputar, dilengkapi sensor cahaya ambient untuk penyesuaian otomatis kecerahan dan suhu warna. Monitor ini juga memiliki speaker dual 10W dan fitur Picture-in-Picture/Picture-by-Picture untuk menampilkan konten dari beberapa sumber sekaligus.

LG UltraFine 40WT95UF

Meski belum mengumumkan harga, LG menargetkan pasar enterprise dan B2B dengan solusi all-in-one ini. Kehadiran UltraFine 40WT95UF memperkuat persaingan di segmen monitor premium, bersaing dengan laptop performa tinggi seperti Acer Swift Edge 14 AI.

Dengan kombinasi resolusi ultra-lebar, konektivitas mutakhir, dan fitur produktivitas, LG UltraFine 40WT95UF siap menjadi pusat kendali bagi profesional modern yang menolak kompromi.