Beranda blog Halaman 24

Xiaomi Pad 8 Bocor: Snapdragon 8s Gen 4, Layar 144Hz, dan Baterai Besar

0

Telset.id – Siapa sangka, acara peluncuran Xiaomi yang akan datang tak hanya tentang seri Xiaomi 17? Bocoran terbaru mengungkap kejutan lain: Xiaomi Pad 8 siap meramaikan pasar tablet dengan spesifikasi yang bikin penasaran. Tablet ini diprediksi menjadi varian dasar yang lebih terjangkau dibanding Pad 8 Pro, namun tetap menawarkan performa gahar untuk para gamer dan content creator.

Berdasarkan hasil benchmark Geekbench yang bocor, perangkat dengan kode 25097RP43C—diduga kuat sebagai Xiaomi Pad 8—menunjukkan skor single-core sekitar 1.984 dan multi-core mencapai 6.323. Angka ini sedikit lebih rendah dibanding perangkat seperti Poco F7 atau Nothing Phone (3) yang menggunakan chipset sama, Snapdragon 8s Gen 4. Namun, jangan buru-buru meragukannya; ini masih versi pra-rilis, dan optimasi final biasanya membawa peningkatan signifikan.

Xiaomi sendiri sudah mengisyaratkan beberapa spesifikasi kunci. Layarnya berukuran 11,2 inci dengan panel LCD beresolusi 3.2K dan refresh rate 144Hz—sebuah kombinasi yang jelas ditujukan untuk pengalaman visual super smooth, baik untuk gaming atau menonton konten berkualitas tinggi. Baterainya tak kalah mengesankan: 9.200mAh dengan dukungan fast charging 45W. Yang mengejutkan, tablet ini tetap ramping dengan ketebalan hanya 5,75mm dan bobot 485g, hampir menyamai varian Pro.

Desain dan Fitur Pendukung

Dari gambar hands-on yang beredar, Xiaomi Pad 8 mengusung desain minimalis dengan tepian flat dan bezel tipis, konsisten dengan bahasa desain produk Xiaomi terkini. Di sektor kamera, tablet ini dibekali kamera belakang 13MP dan kamera depan 8MP—cukup untuk kebutuhan video call atau dokumentasi sederhana. Empat speaker dan empat mikrophone disertakan untuk pengalaman audio yang imersif, sementara port USB-C 3.2 Gen 1 memastikan transfer data yang cepat.

Di sisi perangkat lunak, Xiaomi Pad 8 diperkirakan akan menjalankan HyperOS 3, yang dioptimalkan untuk integrasi mulus dengan ekosistem produk Xiaomi lainnya. Ini berarti pengguna bisa menikmati sinkronisasi yang lebih baik antara tablet, smartphone, dan perangkat IoT Xiaomi—sebuah nilai tambah bagi yang sudah terinvestasi dalam ekosistem brand ini.

Lantas, bagaimana posisi Xiaomi Pad 8 dibanding pendahulunya? Jika dibandingkan dengan Xiaomi Redmi Pad SE 8.7, jelas ada lompatan signifikan dalam hal performa dan fitur. Snapdragon 8s Gen 4 membawa keunggulan AI dan efisiensi energi yang lebih baik, sementara layar 144Hz menjadi pembeda utama untuk pengalaman gaming. Namun, harga yang lebih terjangkau menjadi senjata utama Pad 8 untuk bersaing di pasar tablet mid-range.

Peluncuran resmi Xiaomi Pad 8 dijadwalkan akhir bulan ini, bersamaan dengan Xiaomi 17 series. Dengan spesifikasi yang sudah terungkap, tablet ini berpotensi menjadi pilihan menarik bagi yang mencari perangkat dengan performa solid tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Apalagi dengan dukungan chipset Snapdragon yang telah terbukti di berbagai perangkat, termasuk yang dibahas dalam bocoran Snapdragon 8 Elite Gen 5.

Jadi, apakah Xiaomi Pad 8 akan menjadi tablet yang worth untuk ditunggu? Jawabannya tergantung pada harga dan ketersediaan fitur secara keseluruhan. Tapi satu hal pasti: dengan kombinasi chipset gahar, layar high-refresh-rate, dan baterai besar, Xiaomi lagi-lagi berhasil membuat kita penasaran.

Bocoran Poco F8 Pro: Snapdragon 8 Gen 5 dan Baterai 7.100mAh

0

Telset.id – Apa yang akan terjadi jika smartphone gaming masa depan tidak hanya mengandalkan chipset terbaru, tetapi juga baterai raksasa dan teknologi layar mutakhir? Bocoran terbaru mengenai Poco F8 Pro mungkin bisa memberikan jawabannya. Perangkat yang disebut-sebut sebagai penerus Poco F7 Pro ini telah muncul di database IMEI, mengindikasikan bahwa persiapan peluncuran sudah dimulai.

Menurut laporan dari XiaomiTime, sebuah perangkat dengan kode model 2510DPC44G telah terdaftar di GSMA’s IMEI database. Yang menarik, belum ada varian India yang terdeteksi, sehingga kemungkinan besar Poco F8 Pro tidak akan diluncurkan di pasar tersebut. Sebagai gantinya, perangkat ini diprediksi akan menjadi versi global dari Redmi K90 yang eksklusif untuk pasar Tiongkok.

Seperti yang kita ketahui, Poco F7 Pro adalah rebrand dari Redmi K80 yang hanya tersedia di Tiongkok. Pola yang sama kemungkinan akan terulang dengan Poco F8 Pro, yang diduga kuat merupakan versi global dari Redmi K90. Hal ini semakin diperkuat dengan munculnya varian China dengan model number 2510DRK44C yang telah mendapatkan sertifikasi 3C, lengkap dengan charger 100W.

POCO F7 Pro

Spesifikasi yang Menggiurkan: Lebih dari Sekadar Chipset

Jika bocoran ini akurat, Poco F8 Pro akan dibekali dengan Snapdragon 8 Gen 5, prosesor flagship terbaru dari Qualcomm yang dijamin memberikan performa gila-gilaan. Namun, yang lebih menarik perhatian adalah baterai berkapasitas 7.100mAh yang diklaim mampu bertahan seharian penuh bahkan dengan penggunaan intensif. Bayangkan, main game berat atau streaming video berjam-jam tanpa harus khawatir kehabisan daya.

Layarnya pun tidak kalah mengesankan: panel OLED LTPS berukuran 6,59 inci dengan resolusi 2K dan refresh rate 120Hz. Untuk keamanan, Poco F8 Pro akan menggunakan sensor sidik jari ultrasonik di bawah layar yang lebih cepat dan akurat dibandingkan sensor optik konvensional. Fitur premium lainnya termasuk dual stereo speakers, metal mid-frame, dan x-axis linear motor untuk feedback haptik yang lebih memuaskan.

Kapan Peluncurannya?

Seri Poco F8 diprediksi akan meluncur secara bertahap. Model Pro dan Ultra kemungkinan akan debut pada awal 2026, sementara varian standar F8 mungkin baru hadir pada kuartal kedua tahun yang sama. Meskipun masih spekulatif, timeline ini sejalan dengan pola peluncuran seri F7 sebelumnya.

Lalu, bagaimana dengan Poco F8 Ultra? Hingga saat ini, belum ada bocoran mengenai perangkat ini di database IMEI. Namun, berdasarkan pola sebelumnya, kemungkinan besar F8 Ultra akan menjadi rebrand dari Redmi K90 Pro yang ditenagai Snapdragon 8 Elite Gen 5.

Dengan spesifikasi yang begitu menjanjikan, apakah Poco F8 Pro akan menjadi penantang serius di pasar smartphone gaming? Mengingat Review Redmi Note 9 Pro: Performa Top di Kelas Menengah menunjukkan bahwa Xiaomi Group konsisten menghadirkan nilai terbaik, harapan masyarakat terhadap Poco F8 Pro tentu sangat tinggi.

Namun, satu hal yang patut diingat: meskipun bocoran ini terdengar meyakinkan, kita harus tetap menunggu konfirmasi resmi dari Poco. Apalagi mengingat dinamika pasar smartphone yang bisa berubah dengan cepat. Tapi, jika semua spekulasi ini terbukti benar, Poco F8 Pro bukan sekadar upgrade biasa—ini adalah lompatan signifikan yang bisa mengubah cara kita memandang smartphone gaming.

Jadi, siapkah Anda menyambut kehadiran Poco F8 Pro? Atau justru lebih tertarik dengan varian Ultra yang kabarnya lebih ganas? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!

Harga Xbox Naik Lagi, Gamer Indonesia Harus Siap-Siap Merana?

0

Telset.id – Sudah siap merogoh kocek lebih dalam untuk bermain game di konsol Xbox? Microsoft baru saja mengumumkan kenaikan harga untuk seluruh lini konsol Xbox mereka, dan ini bukan kali pertama terjadi tahun ini. Dengan kenaikan minimal $50 per unit, apakah masih ada alasan untuk membeli Xbox di tengah gempuran harga yang kian tak terkendali?

Dalam pengumuman resmi di halaman dukungannya, Microsoft menyalahkan “lingkungan makroekonomi” saat ini sebagai penyebab utama kenaikan harga. Bagi yang mengikuti perkembangan teknologi, frasa ini adalah eufimisme yang cukup jelas mengarah pada kebijakan tarif impor yang diterapkan pemerintahan Trump. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel sebelumnya, kebijakan ini memang telah memukul keras industri gadget secara global.

Kenaikan harga ini efektif mulai 3 Oktober 2025. Xbox Series S dengan penyimpanan 512GB akan melonjak dari $350 menjadi $400. Sementara itu, Xbox Series X edisi digital naik dari $550 menjadi $600. Bagi yang masih menginginkan drive disk, harganya sekarang $650, naik dari $600. Bahkan edisi khusus Xbox Series X Galaxy Black dengan SSD 2TB yang sebelumnya $730 kini dibanderol $800.

Xbox Series X 1

Ini adalah kali kedua Xbox menaikkan harga dalam setahun terakhir. Sony pun tak ketinggalan, telah menaikkan harga PlayStation 5 pada Agustus lalu. PlayStation 5 edisi digital sekarang seharga $500, sementara PlayStation 5 Pro tanpa drive disk meminta $750 dari konsumen. Nintendo juga ikut menaikkan harga untuk konsol Switch original serta controller dan aksesori Switch 2, meski belum menyentuh konsol Switch 2 itu sendiri.

Yang menarik, Microsoft sebenarnya sudah mencoba menaikkan harga game menjadi $80 per judul. Namun, mereka akhirnya mengurungkan niat tersebut untuk rilis Outer Worlds 2, yang akan dijual seharga $70. Spekulasi beredar bahwa jumlah preorder yang mengecewakan memaksa Microsoft untuk berkompromi dengan harga yang lebih masuk akal.

Dampak Jangka Panjang bagi Industri Game

Analisis dari firma riset Ampere menunjukkan tren yang mengkhawatirkan: semakin sedikit anak muda yang membeli hardware game. Salah satu penyebab utamanya tentu saja harga konsol yang kian melambung. Meski konsol masih menghasilkan keuntungan bagi Sony dan Microsoft, total penjualan Xbox dan PS5 jauh lebih rendah dibanding generasi konsol sebelumnya.

Mat Piscatella, analis industri game, melaporkan bahwa penjualan unit hardware game telah menurun sejak 2023 ke titik terendah sejak awal pandemi covid. Situasi ini memperparah kekhawatiran bahwa industri konsol game sedang menuju titik jenuh, dimana harga menjadi penghalang utama bagi konsumen baru.

Microsoft sendiri tampaknya menyadari tantangan ini. Seperti yang kami laporkan dalam artikel tentang masa depan Xbox, perusahaan telah beralih fokus dari hardware game ke model langganan Game Pass yang sedang mengalami penurunan. Meski Microsoft berjanji memiliki konsol Xbox baru dalam pengembangan, mesin game yang lebih powerful tersebut mungkin belum akan hadir setidaknya hingga setahun mendatang.

Masa Depan Xbox di Tengah Persaingan Ketat

Dengan eksklusivitas game yang kian memudar—kebanyakan game yang dulu eksklusif Xbox sekarang juga hadir di konsol lain dan PC—alasan untuk membeli Xbox semakin sedikit. Pada peluncurannya, Xbox Series X adalah konsol yang stellar dengan harga $500. Namun, ini adalah generasi konsol pertama dalam ingatan baru-baru ini dimana harga perangkat tidak mengalami depresiasi seiring waktu.

Divisi game Microsoft saat ini mengandalkan handheld PC Asus ROG Xbox Ally untuk bertahan hingga akhir tahun. Namun, baik Asus maupun Microsoft menolak mengungkapkan berapa harga perangkat tersebut. Dengan kenaikan harga terbaru ini, masa depan ambisi hardware Microsoft tidak terlihat cerah.

Bagi gamer Indonesia, kenaikan harga ini tentu akan berdampak signifikan. Mengingat konsol Xbox harus diimpor, harga retail di tanah air kemungkinan akan mengalami kenaikan yang lebih besar lagi akibat faktor bea masuk dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Seperti yang terjadi dalam perkembangan pasar game terkini, konsumen Indonesia mungkin harus mempertimbangkan ulang pilihan gaming mereka.

Di tengah tekanan ekonomi global dimana banyak orang khawatir tidak mampu membeli kebutuhan pokok, konsol game berusia 5 tahun dengan harga yang terus membumbung mungkin menjadi prioritas terakhir dalam daftar belanja. Pertanyaannya: sampai kapan konsumen akan terus menerima kenaikan harga tanpa mendapatkan nilai tambah yang sepadan?

Xiaomi 17 Series Rilis September? Bocoran Chipset dan Magic Back Screen!

0

Telset.id – Apa yang terjadi jika Xiaomi melewatkan satu angka dalam penamaan seri andalannya? Itulah pertanyaan yang mungkin sedang Anda pikirkan setelah presiden Xiaomi, Lu Weibing, mengumumkan akan mengadakan livestream khusus untuk menjawab teka-teki mengapa perusahaan memutuskan melompat dari Xiaomi 15 langsung ke Xiaomi 17. Lebih menarik lagi, sumber industri yang dekat dengan perkembangan terbaru mengungkapkan bahwa seri Xiaomi 17 kemungkinan besar akan meluncur di China pada 30 September mendatang.

Meskipun belum dikonfirmasi secara resmi, Xiaomi telah mulai memberikan kode melalui berbagai teaser yang mengisyaratkan kehadiran Xiaomi 17 Pro series. Ini tentu membuat para penggemar dan pengamat teknologi semakin penasaran. Apakah keputusan melompati angka 16 sekadar strategi pemasaran, atau ada alasan teknis yang lebih mendalam? Mari kita selidiki bersama.

Berdasarkan bocoran yang beredar, Xiaomi 17 series akan terdiri dari tiga model: Xiaomi 17, 17 Pro, dan 17 Pro Max. Sayangnya, informasi mengenai varian standar masih sangat terbatas. Namun, kabar baiknya adalah kita sudah mendapatkan gambaran cukup jelas tentang kedua model Pro. Keduanya dipastikan akan ditenagai oleh Snapdragon 8 Elite Gen 5 dari Qualcomm—sebuah chipset yang dijanjikan memiliki dua core performa berkecepatan 4.61 GHz dan enam core efisiensi pada 3.63 GHz.

Bocoran Xiaomi 17 Series

Hasil benchmark awal dari Geekbench juga telah beredar, menunjukkan skor single-core sebesar 3.096 dan multi-core mencapai 9.382. Angka-angka ini tidak hanya menjanjikan performa tangguh untuk penggunaan sehari-hari, tetapi juga pengalaman gaming yang mulus dan responsif. Dengan kombinasi RAM 16GB dan sistem operasi HyperOS 3 berbasis Android 16, Xiaomi 17 series siap menjadi penantang serius di pasar smartphone flagship.

Salah satu fitur yang paling banyak dibicarakan adalah kembalinya layar belakang, yang sekarang disebut “Magic Back Screen”. Fitur ini menggantikan pulau kamera dengan strip persegi panjang yang mengelilingi lensa dan berfungsi sebagai layar sekunder. Anda dapat mengustomisasinya dengan tampilan jam, avatar, atau bahkan GIF. Selain itu, Magic Back Screen juga berperan sebagai viewfinder untuk selfie, panel kontrol smart home, dan berbagai pintasan kontekstual lainnya.

Xiaomi 17 Pro

Di sektor kamera, Xiaomi 17 Pro diprediksi akan membawa sistem triple 50MP dengan lensa utama ber-apertur f/1.67, ultra-wide, dan telephoto dengan zoom optikal 5x pada aperture f/3.0. Sementara itu, versi Pro Max akan menawarkan lensa zoom yang sedikit lebih terang dengan aperture f/2.6. Seperti pendahulunya, kolaborasi dengan Leica tetap dipertahankan untuk memastikan kualitas hasil foto yang memukau.

Lalu, bagaimana dengan jadwal peluncurannya? Jika bocoran mengenai rilis September akurat, maka Xiaomi mungkin sedang mempersiapkan kejutan besar akhir tahun ini. Mengingat jadwal rollout HyperOS 3 yang dimulai Oktober, sangat mungkin Xiaomi 17 series menjadi perangkat pertama yang menjalankan sistem operasi terbaru tersebut. Ini bisa menjadi strategi yang cerdas untuk memaksimalkan momentum peluncuran.

Namun, jangan lupa bahwa Xiaomi juga masih memiliki kartu lain di lini mid-range. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel mengenai Xiaomi 15T dan 15T Pro, perusahaan ini tampaknya tidak ingin melewatkan segmen mana pun. Bahkan, bocoran Xiaomi 15T di Geekbench menunjukkan bahwa perangkat ini akan datang dengan Dimensity 8400 dan Android 15—spesifikasi yang cukup solid untuk kelasnya.

Jadi, apakah Xiaomi 17 series layak ditunggu? Jawabannya adalah iya. Dengan kombinasi chipset terbaru, fitur inovatif seperti Magic Back Screen, dan kolaborasi kamera bersama Leica, seri ini berpotensi menjadi salah satu flagship terbaik tahun ini. Tentu, kita masih harus menunggu konfirmasi resmi mengenai tanggal peluncuran dan detail harga. Tapi, jika Anda mencari smartphone dengan performa top dan fitur unik, Xiaomi 17 series patut masuk dalam daftar pertimbangan.

Sementara menunggu pengumuman resmi dari Xiaomi, tidak ada salahnya untuk terus mengikuti perkembangan terbaru melalui saluran komunikasi mereka. Siapa tahu, livestream yang dijadwalkan hari ini akan membawa kejutan yang tidak terduga. Bagaimana pendapat Anda? Apakah lompatan penamaan dari 15 ke 17 adalah langkah yang tepat, atau justru membingungkan? Mari berdiskusi di kolom komentar.

Review Samsung Galaxy Z Fold7: Lipatan Semakin Tipis, Fitur Semakin Pintar

0

Telset.id – Setelah beberapa tahun belakangan terlihat tidak membawa perubahan di sektor desain, Samsung akhirnya kembali membuktikan dominasinya lewat Samsung Galaxy Z Fold7. Smartphone lipat ini membawa sejumlah peningkatan yang signifikan mulai dari sektor desain, layar, kamera, performa serta fitur AI ala Samsung, yaitu Galaxy AI.

Dibanding generasi sebelumnya, HP lipat terbaru  ini hadir lebih tipis, lebih ringan, dengan kamera utama yang jauh lebih canggih berbekal sensor 200 MP. Bahkan, layar luar dan dalam kini dibuat lebih besar, memberi pengalaman visual yang lebih lega.

Secara fisik, Galaxy Z Fold7 memiliki dimensi 158.4 x 143.2 x 4.2 mm dengan bobot hanya 215 gram. Materialnya juga lebih premium, memadukan Gorilla Glass Victus 2, Gorilla Glass Ceramic 2, serta rangka Advanced Armor Aluminum yang meningkatkan ketahanan perangkat.

Untuk dapur pacu, Samsung menyematkan Snapdragon 8 Elite (3nm) yang ditemani RAM hingga 16 GB dan penyimpanan internal mencapai 1 TB. Sistem operasinya pun sudah Android 16 dengan One UI 8, lengkap dengan dukungan pembaruan hingga tujuh tahun.

Kombinasi spesifikasi tersebut membuat perangkat ini bukan hanya unggul di sisi inovasi desain, tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan pengguna yang ingin smartphone gaming, multitasking, hingga fotografi tingkat tinggi dalam satu perangkat. Namun tentu saja, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan, mulai dari absennya S Pen hingga baterai yang kapasitasnya masih sama seperti generasi sebelumnya. Maka bagaimana pengalaman menggunakannya? mari simak review Samsung Galaxy Z Fold7

Desain Samsung Galaxy Z Fold7

Review Samsung Galaxy Z Fold7
Desain Samsung Galaxy Z Fold7

Dari sisi desain, Samsung Galaxy Z Fold7 adalah lompatan besar. Bobot yang berkurang 24 gram dibanding generasi sebelumnya serta ketebalan hanya 4.2 mm saat dibuka membuatnya terasa seperti smartphone reguler, meski memiliki panel lipat di dalamnya.

Hinge baru dengan teknologi Armor FlexHinge didesain lebih ramping dan kuat, meminimalkan tekanan pada layar, sekaligus membuat lipatan lebih rata meski tetap terlihat samar.

Samsung Galaxy Z Fold7
Desain Samsung Galaxy Z Fold7

Material yang digunakan memberikan kesan kokoh sekaligus mewah. Gorilla Glass Victus 2 melindungi bagian belakang, Gorilla Glass Ceramic 2 melapisi layar luar, sementara rangka aluminium diperkuat dengan Advanced Armor Aluminum. Samsung juga menyertakan ketahanan IP48 yang menjamin perlindungan terhadap debu dan air, meski tidak setangguh perangkat rugged.

Namun, ada beberapa kompromi. Kamera bump kini lebih menonjol akibat bodi yang lebih tipis, membuat perangkat sedikit goyah saat diletakkan di permukaan rata. Meski begitu, dari sisi estetika, Fold7 hadir dalam varian warna Blue Shadow, Silver Shadow, Jet Black, dan Mint yang semuanya tampak elegan.

Samsung Galaxy Z Fold7
Desain Samsung Galaxy Z Fold7

Dan, yang paling penting dari bagian desainnya adalah ketika masuk ke saku celana form-nya terasa seperti ponsel standar di pasaran, bukan ponsel lipat. Sehingga ketika dimasukkan ke saku kita bisa lebih leluasa untuk berkegiatan.

Layar Samsung Galaxy Z Fold7

Samsung Galaxy Z Fold7
Layar Samsung Galaxy Z Fold7

Samsung membekali Galaxy Z Fold7 dengan layar lipat utama berukuran 8,0 inci berpanel Dynamic LTPO AMOLED 2X, mendukung refresh rate 120Hz, HDR10+, dan tingkat kecerahan puncak hingga 2600 nit. Resolusinya 1968 x 2184 piksel dengan aspek rasio unik 9.99:9, menghasilkan kepadatan piksel 368 ppi. Panel ini juga diperkuat lapisan titanium dan kaca ultra-tipis yang lebih tebal 50% untuk memastikan durabilitas lebih baik.

Pengalaman menonton film atau bermain game di layar ini terasa luar biasa berkat reproduksi warna yang kaya, kontras tinggi, dan kecerahan luar biasa, bahkan di bawah sinar matahari langsung. Dukungan refresh rate adaptif membuat navigasi terasa mulus sekaligus lebih hemat daya.

Untuk refresh rate yang tinggi juga sangat membantu saya yang suka bermain game kompetitif. Ini berdampak kepada sentuhan yang semakin mulus ketika kita sedang push rank di game seperti Mobile legends.

Samsung Galaxy Z Fold7
Layar Samsung Galaxy Z Fold7

Selain itu, layar luar juga mendapatkan peningkatan, kini berukuran 6,5 inci dengan resolusi 1080 x 2520 piksel dan rasio aspek yang lebih nyaman digunakan seperti ponsel biasa. Panel AMOLED ini sama-sama mendukung refresh rate 120Hz, sehingga saat perangkat dilipat, pengalaman penggunaan sehari-hari tetap terasa natural.

Kelemahannya, tingkat kecerahan layar luar sedikit lebih rendah dibandingkan Fold6, meski begitu, layar luarnya masih cukup untuk penggunaan luar ruangan dengan menampilkan konten di layar yang masih bisa dilihat mata.

Performa Samsung Galaxy Z Fold7

Samsung Galaxy Z Fold7
Performa Samsung Galaxy Z Fold7

Dapur pacu Snapdragon 8 Elite for Galaxy yang digunakan di Galaxy Z Fold7 menjadikannya salah satu smartphone lipat dengan performa paling bertenaga saat ini. Chipset ini mengusung dua inti Prime Oryon V2 Phoenix L berkecepatan hingga 4.47 GHz, enam inti performa 3.53 GHz, serta GPU Adreno 830 yang berjalan pada 1200 MHz.

Dalam penggunaan sehari-hari, perangkat ini sanggup melahap berbagai aplikasi berat, multitasking dengan mode split-screen, hingga penggunaan produktivitas yang intensif tanpa hambatan.

Samsung Galaxy Z Fold7
Review Samsung Galaxy Z Fold7

Meskipun, skor benchmark memang sedikit di bawah smartphone candy bar flagship karena adanya pembatasan panas, tetapi pengalaman nyata tetap sangat mulus. Sebagai gambaran ponsel ini berhasil mendapatkan skor AnTuTu 1.841.870 poin.

Samsung Galaxy Z Fold7
Performa Samsung Galaxy Z Fold7

Bagi gamer, Galaxy Z Fold7 menawarkan keunggulan nyata. Dukungan refresh rate tinggi hingga 120Hz membuat judul-judul populer seperti Genshin Impact, PUBG Mobile, atau Call of Duty: Mobile berjalan dengan grafis halus dan stabil.

Meski begitu, ada sedikit throttling saat sesi gaming panjang, meski suhu perangkat masih terjaga sehingga tetap nyaman digenggam. Tetapi, yang paling penting untuk saya jika berbicara soal gaming adalah Samsung Galaxy Z Fold7 ini punya layar utama yang lega, sehingga bermain game sangat leluasa dan punya jangkauan pandangan yang lebih luas dibanding ponsel standar.

Kamera Samsung Galaxy Z Fold7

Samsung Galaxy Z Fold7
Kamera Samsung Galaxy Z Fold7

Sektor kamera menjadi salah satu daya tarik terbesar di review Samsung Galaxy Z Fold7 ini. Kamera utama 200 MP ISOCELL HP2 yang sama dengan Galaxy S25 Ultra memberikan kualitas foto jauh lebih baik dibanding generasi sebelumnya. Hasil foto siang hari tajam dengan dynamic range luas, sementara pemrosesan warna kini lebih natural.

Selain itu, tersedia kamera telefoto 10 MP dengan OIS dan zoom optik 3x, serta kamera ultrawide 12 MP yang kini mendukung autofocus. Kamera telefotonya terasa biasa saja dengan detail yang masih bisa menampilkan objek, sedangkan kamera ultrawidenya termasuk sudah bagus untuk mengabadikan momen.

Kamera selfie juga tidak kalah menarik. Baik kamera cover maupun kamera dalam kini sama-sama beresolusi 10 MP, dengan lensa ultrawide di kamera dalam untuk bidang pandang lebih luas. Meski hasil low-light masih kalah dari flagship konvensional, mode malam cukup membantu memperbaiki detail dan warna.

Video juga mendapat peningkatan, dengan dukungan hingga 8K 30fps, 4K 120fps, serta fitur 10-bit HDR dan HDR10+. Kualitas video juga cukup oke jika dipakai untuk membuat video konser dengan hasil suara yang jernih dan kualitas video yang baik, hasil videonya sangat layak untuk diunggah ke media sosial.

Soal fitur di bagian kamera, Samsung juga sudah memperkuatnya dengan Galaxy AI yang bisa dimanfaatkan untuk menambah objek dengan menggambar suatu objek secara kasar melalui Sketch to Image, menghapus objek yang mengganggu dengan Object Eraser, mengkomposisikan ulang gambar. Sedangkan, di bagian video kini punya fitur Audio Eraser yang bisa menghilangkan noise yang mengganggu suara utama dari sebuah video.

Baterai Samsung Galaxy Z Fold7

Samsung Galaxy Z Fold7
Baterai Samsung Galaxy Z Fold7

Meski lebih tipis dan ringan, Galaxy Z Fold7 tetap membawa baterai berkapasitas 4400 mAh. Kapasitas ini cukup memadai untuk penggunaan sehari-hari, termasuk multitasking dan gaming ringan. Dalam pengujian, perangkat mampu bertahan mulai dari jam 9 pagi hingga jam 7 malam di kisaran 20% penggunaan aktif dengan layar utama, sementara layar cover memberikan daya tahan sedikit lebih lama.

Soal pengisian daya, HP lipat ini di dukung dukungan 25W wired charging dan 15W wireless charging, Fold7 kalah cepat dibanding banyak kompetitor yang sudah menawarkan 45W hingga 100W. Butuh sekitar 1 jam untuk mengisi penuh baterai Samsung Galaxy Z Fold7 yang kami review ini.

Menariknya, Samsung memperkuat fitur Galaxy Z Fold7 dengan fitur proteksi baterai seperti opsi membatasi pengisian hingga 80–90% untuk menjaga umur baterai dalam jangka panjang. Hal ini mungkin terdengar sepele karena baterai tidak terisi penuh hingga 100%, tapi fitur ini mampu membantu kesehatan baterai untuk jangka waktu yang panjang, sehingga pengguna bisa mendapatkan baterai yang lebih awet dalam waktu yang lama.

Fitur dan Sistem Operasi Samsung Galaxy Z Fold7

Samsung Galaxy Z Fold7
Baterai Samsung Galaxy Z Fold7

Samsung Galaxy Z Fold7 menjadi perangkat pertama yang hadir dengan Android 16 melalui antarmuka One UI 8.0. Sistem ini membawa sejumlah fitur baru, terutama yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI). 

Salah satunya Galaxy AI yang kini dioptimalkan untuk layar besar, memungkinkan multitasking lebih fleksibel dengan drag-and-drop, floating windows, hingga resizable snippets. Fitur Galaxy AI antara lain Circle to Search, Writing Assist, Photo Assist AI, Wallpaper Generative Edit, Circle to Search, Gemini AI, Now Brief, Now Bar, Transcript Assist, Interpreter, Audio Eraser, Image Eraser dan Instant Slow-mo.

Bisa disimpulkan bahwa Samsung menawarkan seabrek fitur AI di perangkat ini. Jika kalian merasa fitur AI ini hanya sekadar gimmick saja, menurut saya hal itu lebih dari sekadar gimmick. Karena saya sangat merasakan fungsi dari berbagai fitur AI baik dari hal kecil seperti penasaran dengan barang tertentu, kita hanya perlu membuat lingkaran dan mengetahui barang tersebut.

Foto kalian banyak objek yang tidak diinginkan? AI eraser di Generative Edit akan menghilangkan objek itu. Video dengan noise yang sangat mengganggu? Audio Eraser akan menghapus noise tersebut. Jika, kalian sedang berpergian ke luar negeri, Transcript Assist juga sangat membantu kita untuk berkomunikasi dengan orang asing.

Selain itu, sebagai seseorang yang suka bermain game, Circle to Search kini juga bisa digunakan dalam game, sehingga pengguna bisa mencari informasi terkait item atau karakter tanpa menutup permainan. 

Di sisi lain, dukungan Samsung DeX tetap tersedia, menjadikan Fold7 bisa berfungsi sebagai pengganti laptop untuk produktivitas. Selain itu, fitur keamanan biometrik, konektivitas Wi-Fi 7, Bluetooth 5.4, NFC, dan UWB juga tersedia lengkap.

Kesimpulan

Samsung Galaxy Z Fold7
Samsung Galaxy Z Fold7

Secara keseluruhan, dari review Samsung Galaxy Z Fold7 menunjukkan bahwa Samsung berhasil membawa smartphone lipat ini ke level yang lebih matang. Desain yang lebih tipis dan ringan, layar AMOLED besar dengan refresh rate tinggi, serta kamera utama 200 MP membuatnya unggul dibanding pendahulunya. Performanya pun tangguh berkat Snapdragon 8 Elite, meski ada throttling saat sesi gaming panjang.

Tak berhenti di situ, seabrek fitur AI di Galaxy Z Fold7 ini pun terasa sangat bermanfaat untuk mempermudah penggunanya melakukan berbagai kegiatan yang sederhana hingga yang terasa esensial.

Di sisi lain, kecepatan charging yang memakan sekitar 1 jam mungkin menjadi kelemahan ponsel ini. Namun, kelebihannya jauh lebih dominan, terutama dengan dukungan software panjang hingga tujuh tahun dan fitur AI yang semakin cerdas.

Galaxy Z Fold7 adalah perangkat untuk mereka yang menginginkan kombinasi smartphone flagship dengan produktivitas tinggi sekaligus pengalaman hiburan yang maksimal. Bagi pengguna yang mencari perangkat serba bisa dan tidak keberatan dengan harga premium, Galaxy Z Fold7 adalah salah satu foldable terbaik yang bisa dipilih saat ini. 

Untuk harganya, Samsung Galaxy Z Fold7 ini dibanderol mulai dari Rp28.499.000 untuk varian memori RAM 12/256GB. Lengkap sudah review ini, semoga ini bisa membantu kalian yang penasaran terhadap HP lipat ini, atau sedang mencari prefrensi untuk ponsel baru.

Neuralink Uji Coba Terjemahkan Pikiran Jadi Teks Oktober Ini

0

Telset.id – Bayangkan Anda bisa mengetik pesan atau berbicara dengan AI hanya dengan memikirkannya. Bukan lagi sekadar mimpi di film fiksi ilmiah, Neuralink—perusahaan milik Elon Musk—siap memulai uji klinis baru di AS pada Oktober mendatang untuk mewujudkannya. Teknologi implan otak ini dirancang untuk menerjemahkan pikiran menjadi teks, khususnya membantu mereka dengan gangguan bicara berkomunikasi lebih lancar.

Presiden Neuralink, DJ Seo, dalam pernyataannya pekan ini mengungkapkan, “Jika Anda membayangkan mengucapkan sesuatu, kami akan dapat menangkapnya.” Teknologi ini bekerja dengan membaca sinyal dari korteks bicara pengguna, memotong proses perantara seperti gerakan fisik atau suara, sehingga kecepatan komunikasi bisa jauh lebih tinggi. Ini bukan hanya tentang mengetik virtual, tetapi tentang mentransfer pikiran langsung ke dunia digital.

Neuralink telah mendapatkan izin eksperimental dari FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan AS) untuk studi ini. Perusahaan ini adalah salah satu pelopor dalam pengembangan antarmuka otak-komputer (BCI), yang memungkinkan pasien mengendalikan komputer hanya dengan pikiran. Sebelumnya, Neuralink telah melakukan lima uji klinis lainnya, termasuk di Kanada, Inggris, dan Uni Emirat Arab. Salah satu tonggak pentingnya adalah implan chip pertama ke otak manusia yang berhasil dilakukan awal tahun ini.

Ilustrasi teknologi implan otak Neuralink yang terhubung ke perangkat komputer

Namun, ambisi Neuralink tidak berhenti di situ. DJ Seo memberikan gambaran yang lebih futuristik: dalam tiga hingga empat tahun ke depan, mereka membayangkan orang yang sehat secara medis akan menggunakan Neuralink. Bayangkan berbicara dengan model AI terbaru pada kecepatan pikiran, bahkan lebih cepat dari ucapan biasa, dan menerima balasan informasi melalui perangkat seperti AirPods. Ini seperti menutup loop komunikasi manusia-mesin secara sempurna.

Meski terdengar revolusioner, rencana jangka panjang Neuralink menuai kekhawatiran. Sebagai perusahaan komersial dengan mayoritas saham dipegang Elon Musk—figur yang tak lepas dari kontroversi politik dan teknologi—apakah kita siap menyerahkan sebagian kemanusiaan kita kepada mesin? Kita telah melihat dampak negatif dari kecanduan smartphone, algoritma media sosial, hingga isu bunuh diri yang diduga dipicu AI. Implan otak konsumen mengingatkan kita pada narasi gelap dalam karya fiksi ilmiah seperti “Neuromancer”, Borg di “Star Trek”, atau cyberware di “Cyberpunk 2077”.

Neuralink bukan satu-satunya pemain di bidang BCI. Persaingan dengan perusahaan seperti Synchron dan bahkan startup baru yang didukung Sam Altman dari OpenAI menunjukkan betapa panasnya lomba teknologi ini. Sam Altman dan OpenAI disebut sedang menyiapkan startup BCI baru untuk bersaing langsung dengan Neuralink. Ini membuktikan bahwa antarmuka otak-komputer bukan lagi sekadar eksperimen, tetapi sudah menjadi medan pertempuran teknologi berikutnya.

A Neuralink patient sits, watching a laptop connected to their thoughts.

Lalu, bagaimana masa depan Neuralink dan teknologi serupa? Di satu sisi, kemajuan ini bisa menjadi berkah bagi mereka yang terkendala komunikasi akibat kondisi medis. Di sisi lain, membayangkan implan otak digunakan oleh masyarakat umum membuka pintu bagi pertanyaan etis dan sosial yang kompleks. Apakah kita akan sampai pada titik di mana teknologi membantu tanpa menghilangkan esensi kemanusiaan kita? Atau justru sebaliknya?

Neuralink telah membuka pendaftaran untuk implan chip ke otak manusia, menandakan bahwa langkah mereka semakin serius. Oktober nanti akan menjadi momen penting untuk mengamati sejauh mana teknologi ini bisa diandalkan—dan seberapa siap kita menerimanya.

Jadi, apa pendapat Anda? Apakah Neuralink akan menjadi lompatan besar dalam sejarah teknologi, atau justru cerita peringatan tentang batasan yang tidak boleh kita langgar? Bagaimanapun, satu hal pasti: masa depan sudah ada di depan mata, dan ia datang lebih cepat dari yang kita kira.

Kesepakatan TikTok Masih Misterius Meski AS-China Dekat Deal

0

Telset.id – Jika Anda berpikir drama TikTok akan segera berakhir dengan kesepakatan gemilang antara AS dan China, mungkin Anda perlu menahan napas lebih lama lagi. Meskipun kedua negara adidaya itu dikabarkan semakin mendekati titik temu, realitas di lapangan justru menunjukkan bahwa jalan menuju “penyelamatan” TikTok masih dipenuhi kabut tebal ketidakpastian.

Pada Jumat lalu, Presiden Donald Trump justru menambah kebingungan dengan pernyataannya yang kontradiktif. Melalui unggahan di Truth Social, dia menyatakan bahwa dirinya dan Presiden Xi Jinping telah “membuat kemajuan” mengenai “persetujuan Kesepakatan TikTok”. Bahkan, Trump menyebut bahwa dia “menghargai persetujuan TikTok”. Namun, ketika berbicara dengan reporter di Oval Office, seperti dilaporkan Reuters, Trump menyatakan bahwa dia “telah menyetujui kesepakatan TikTok”.

Di sisi lain, media pemerintah China melaporkan percakapan tersebut dengan narasi yang sama sekali berbeda. Menurut The New York Times, Xi menyampaikan bahwa pemerintah China “menghormati keinginan perusahaan yang bersangkutan dan senang melihat negosiasi bisnis yang sesuai dengan aturan pasar serta solusi yang sesuai dengan hukum dan regulasi China serta mempertimbangkan kepentingan kedua belah pihak”.

Donald Trump dan Xi Jinping dalam pembicaraan mengenai masa depan TikTok

ByteDance sebagai pemilik TikTok pun tidak banyak membantu memperjelas situasi. Dalam pernyataannya, mereka menyampaikan: “Kami berterima kasih kepada Presiden Xi Jinping dan Presiden Donald J. Trump atas upaya mereka untuk mempertahankan TikTok di Amerika Serikat. ByteDance akan bekerja sesuai dengan hukum yang berlaku untuk memastikan TikTok tetap tersedia bagi pengguna Amerika melalui TikTok AS.”

Laporan minggu ini memang menunjukkan bahwa kedua belah pihak telah mencapai tahap akhir negosiasi. Syarat-syarat yang diusulkan reportedly mencakup aplikasi baru untuk pengguna TikTok AS yang akan terus menggunakan teknologi ByteDance untuk algoritmanya, kontrol investor AS, dan pembayaran miliaran dolar untuk pemerintahan Trump. Namun, kapan semua ini akan diresmikan masih menjadi teka-teki.

Trump juga memberikan perpanjangan waktu keempat untuk larangan penuh terhadap TikTok, sehingga kedua belah pihak kini memiliki waktu hingga Desember untuk menyelesaikan masalah ini. Keputusan ini menunjukkan bahwa meskipun ada optimisme dari kedua sisi, masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sebelum kesepakatan final dapat diumumkan.

Perkembangan terbaru ini mengingatkan kita pada perpanjangan waktu sebelumnya yang diberikan Trump kepada TikTok, yang menunjukkan pola yang konsisten dari administrasi AS dalam menangani kasus sensitif ini. Apakah ini strategi negosiasi atau sekadar penundaan karena ketidaksiapan? Hanya waktu yang akan menjawab.

Yang jelas, nasib 100 juta lebih pengguna TikTok di AS masih menggantung. Platform yang telah menjadi rumah bagi kreativitas dan hibiran ini terus berinovasi dengan fitur-fitur baru, seperti fitur untuk penulis lagu dan fitur meditasi untuk remaja, menunjukkan komitmennya untuk tetap relevan di tengah ketidakpastian regulasi.

Pertanyaan besarnya: Akankah kedua negara superpower ini benar-benar menemukan common ground, atau apakah ini hanya permainan diplomasi yang akan berakhir dengan kekecewaan? Dengan deadline Desember yang semakin mendekat, semua mata tertuju pada bagaimana kelanjutan dari negosiasi yang disebut-sebut sebagai salah yang paling rumit dalam sejarah teknologi modern ini.

Bocoran Snapdragon 8 Elite Gen 5: Performa Gahar, AI Lebih Cerdas

0

Telset.id – Bayangkan sebuah chipset yang tidak hanya mengungguli pendahulunya, tetapi juga siap menantang dominasi Apple dalam hal performa. Itulah yang dijanjikan oleh Snapdragon 8 Elite Gen 5, penerus Snapdragon 8 Elite yang akan segera diluncurkan Qualcomm. Dengan kurang dari seminggu menuju peluncuran resmi, berbagai bocoran dan benchmark telah mengungkapkan potensi luar biasa dari flagship terbaru ini. Apakah ini akhirnya menjadi momen di mana Android benar-benar menyamai—atau bahkan melampaui—iPhone dalam hal kekuatan pemrosesan?

Qualcomm tampaknya tidak main-main dengan generasi kelima chipset andalannya. Meski masih menggunakan proses 3nm dari TSMC, teknologi N3P yang ditingkatkan menjanjikan peningkatan performa sebesar 5% pada konsumsi daya yang sama. Ini bukan sekadar upgrade inkremental, melainkan lompatan signifikan yang mungkin akan mengubah lanskap smartphone premium tahun 2025. Bagi Anda yang selalu menantikan inovasi terbaru, Snapdragon 8 Elite Gen 5 layak untuk ditunggu.

Yang menarik, Qualcomm memilih nama yang cukup tidak biasa: Snapdragon 8 Elite Gen 5. Alih-alih menggunakan nama yang lebih sederhana seperti Snapdragon 8 Elite 2, perusahaan mempertahankan skema penamaan yang konsisten dengan generasi sebelumnya. Sebenarnya, ini adalah generasi kelima dalam seri Snapdragon 8, dimulai dari 8 Gen 1, 8 Gen 2, 8 Gen 3, lalu Snapdragon 8 Elite (generasi keempat), dan sekarang Snapdragon 8 Elite Gen 5. Memang agak membingungkan, tapi setidaknya sekarang kita tahu di mana posisinya.

Spesifikasi dan Peningkatan Utama

Snapdragon 8 Elite Gen 5 tetap mempertahankan konfigurasi CPU “2+6”, tetapi dengan peningkatan clock speed dan cache yang lebih besar. Dua core Oryon custom akan berjalan pada 3.63 GHz, sementara enam core Oryon lainnya mencapai 4.61 GHz. Namun, Samsung dikabarkan sedang mempersiapkan versi “for Galaxy” dengan clock speed yang lebih tinggi—dua core pada 4.74 GHz dan enam core pada 3.63 GHz. Ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara Qualcomm dan Samsung masih berlanjut dengan baik.

Salah satu peningkatan terbesar datang dari segi cache. Snapdragon 8 Elite Gen 5 akan memiliki cache total 32MB (16MB L2 dan 16MB L3), meningkat dari 24MB pada pendahulunya. Peningkatan cache ini tidak hanya membantu dalam multitasking, tetapi juga dalam menjalankan aplikasi berat dan game AAA. GPU Adreno 840 juga ditingkatkan dengan clock speed 1.20 GHz, dibandingkan Adreno 830 pada Snapdragon 8 Elite yang hanya 1.10 GHz.

Snapdragon 8 Elite Gen 5

Yang paling menarik adalah kemampuan AI-nya. Beberapa rumor menyebutkan bahwa NPU pada Snapdragon 8 Elite Gen 5 mampu mencapai kecepatan pemrosesan hingga 100 TOPS. Jika ini benar, chipset ini akan memiliki kecepatan AI yang lebih tinggi daripada kebanyakan chip notebook kelas menengah. Ini membuka peluang untuk fitur AI yang lebih canggih, seperti pemrosesan bahasa alami yang lebih responsif, pengenalan gambar yang lebih akurat, dan bahkan kemampuan generative AI on-device.

Benchmark: Bukti Nyata Peningkatan Performa

Benchmark Geekbench 6.4 dari Xiaomi 17 Pro yang menggunakan Snapdragon 8 Elite Gen 5 menunjukkan skor single-core 3.831 dan multi-core 11.525. Ini adalah peningkatan signifikan dibandingkan Snapdragon 8 Elite yang hanya mencapai 3.179 (single-core) dan 10.114 (multi-core). Meskipun Apple A18 Pro masih unggul dalam single-core dengan skor 3.461, Snapdragon 8 Elite Gen 5 berhasil membalikkan keadaan dalam multi-core, di mana A18 Pro hanya mencetak 8.546.

Xiaomi 17 Pro (Snapdragon 8 Elite Gen 5) Geekbench score

Di AnTuTu, Snapdragon 8 Elite Gen 5 dikabarkan mencapai sekitar 4.4 juta poin pada versi 11. Angka ini menunjukkan bahwa chipset ini tidak hanya unggul dalam CPU, tetapi juga dalam GPU, memori, dan UX. Dengan performa seperti ini, tidak heran jika Xiaomi 17 Pro diprediksi menjadi salah satu smartphone paling powerful di tahun 2025.

Lalu, bagaimana dengan persaingan dengan MediaTek? Snapdragon 8 Elite Gen 5 vs Dimensity 9500 diprediksi akan menjadi pertarungan sengit tahun depan. Sementara Qualcomm fokus pada peningkatan performa dan efisiensi, MediaTek juga tidak tinggal diam dengan inovasi terbarunya.

Peluncuran dan Device Pertama

Qualcomm akan secara resmi meluncurkan Snapdragon 8 Elite Gen 5 pada Snapdragon Summit 23 September mendatang. Selain chipset flagship ini, Qualcomm juga mungkin akan memperkenalkan Snapdragon 8 Gen 5 yang sedikit lebih rendah spesifikasinya, serta varian yang lebih terjangkau pada pertengahan 2026.

Xiaomi diprediksi menjadi brand pertama yang merilis smartphone dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5, kemungkinan besar Xiaomi 17 Pro. Xiaomi 17 Series telah dikonfirmasi dan siap bersaing dengan iPhone 17. Dengan dukungan chipset sepowerful ini, Xiaomi mungkin akan memberikan pengalaman pengguna yang sangat mulus dan responsif.

Tidak hanya Xiaomi, Samsung juga dipastikan akan menggunakan chipset ini untuk seri Galaxy S26. Dengan versi “for Galaxy” yang memiliki clock speed lebih tinggi, Samsung mungkin akan kembali memimpin dalam hal performa di dunia Android.

Jadi, apakah Snapdragon 8 Elite Gen 5 layak ditunggu? Jawabannya adalah ya. Dengan peningkatan performa, efisiensi, dan kemampuan AI yang signifikan, chipset ini tidak hanya menjanjikan pengalaman smartphone yang lebih baik, tetapi juga membuka pintu untuk inovasi baru dalam dunia mobile. Kita tinggal menunggu pengumuman resminya pada 23 September mendatang.

Jadwal Rollout HyperOS 3 Xiaomi: Mulai Oktober 2025!

0

Telset.id – Apakah Anda salah satu pengguna setia Xiaomi yang sudah tidak sabar menantikan kehadiran HyperOS 3? Kabar gembira datang dari raksasa teknologi asal Tiongkok ini. Setelah meluncurkan HyperOS 3 di China bulan lalu, Xiaomi kini telah memperluas program beta ke banyak perangkat, memberikan lebih banyak pengguna kesempatan untuk mencicipi software terbarunya lebih awal.

Yang lebih menarik, Xiaomi baru saja mengungkap rencana lengkap rollout versi stabil HyperOS 3. Rollout stabil akan dimulai bulan depan dengan seri Xiaomi 15, menandai babak baru dalam ekosistem software perusahaan. Namun, perlu diingat bahwa HyperOS 3 saat ini hanya dirilis di China, dan jadwal rollout ini hanya berlaku untuk wilayah tersebut.

Rollout stabil HyperOS 3 dimulai pertengahan Oktober, tetapi pada akhir bulan tersebut, Xiaomi berencana merilis update terbaru ini ke puluhan perangkat. Tidak hanya smartphone flagship, tetapi juga tablet high-end, smartphone Redmi, televisi, dan jam tangan Xiaomi. Rencana rollout akan secara bertahap mencakup lebih banyak perangkat dalam bulan-bulan mendatang dan dijadwalkan selesai pada Januari 2026.

Jadwal Rollout Stabil HyperOS 3 Xiaomi

Mari kita bahas lebih detail jadwal rollout yang telah diumumkan Xiaomi. Pada Oktober 2025, tepatnya sebelum 15 Oktober, perangkat pertama yang akan menerima HyperOS 3 stabil adalah Xiaomi 15 Ultra, Xiaomi 15S Pro, Xiaomi 15 Pro, Xiaomi 15, Redmi K80 Pro, dan Redmi K80 Supreme Edition. Menjelang akhir Oktober, giliran Xiaomi MIX Flip 2, Xiaomi Civi 5 Pro, berbagai model Xiaomi Pad, Redmi K80, Redmi Turbo 4 Pro, Redmi Turbo 4, Redmi K Pad, serta seri televisi dan jam tangan Xiaomi terbaru.

November 2025 akan menyusul dengan lebih banyak perangkat ikonik. Sebelum 15 November, HyperOS 3 stabil akan datang ke Xiaomi 14 Ultra (termasuk edisi Titanium), Xiaomi 14 Pro, Xiaomi 14, Xiaomi MIX Fold 4, Xiaomi MIX Flip, Xiaomi Civi 4 Pro, Xiaomi Pad 6S Pro 12.4, dan berbagai model Redmi K70. Menjelang akhir November, Redmi TV X 2025 Series, Redmi Monitor G Pro 27U, dan Xiaomi Smart Band 10 akan menyusul.

Desember 2025 menjadi bulan yang cukup padat dengan kehadiran HyperOS 3 stabil di perangkat seperti Xiaomi MIX Fold 3, seri Xiaomi 13, Xiaomi Pad 6 Pro, Xiaomi Pad 6 Max 14, berbagai model Redmi K60, seri Redmi Note terbaru, serta wearable devices seperti Redmi Watch 5 dan Xiaomi Smart Band 9 Pro. Sedangkan Januari 2026 akan menutup rollout dengan perangkat seperti Xiaomi MIX Fold 2, seri Xiaomi 12S dan Xiaomi 12, Xiaomi Civi 3 dan Civi 2, serta berbagai model Redmi dan produk TV.

Bagi Anda yang penasaran dengan fitur-fitur baru yang dibawa HyperOS 3, update ini disebut-sebut membawa peningkatan signifikan dalam hal AI integration, performance optimization, dan user experience. Seperti yang pernah kami bahas dalam artikel sebelumnya, HyperOS 3 menawarkan lebih dari sekadar pembaruan kosmetik.

Namun, tidak semua perangkat Xiaomi akan mendapatkan pembaruan ini. Seperti yang diungkap dalam laporan terpisah, beberapa model populer justru tidak akan menerima HyperOS 3. Keputusan ini sejalan dengan strategi Xiaomi yang lebih fokus pada pengembangan software terbaru, seperti yang terlihat dari penghentian dukungan untuk 9 smartphone mereka.

Lalu bagaimana dengan pengguna di luar China? Xiaomi kemungkinan akan mengumumkan rencana rollout untuk region lain pada peluncuran global HyperOS 3 yang dijadwalkan pada 24 September mendatang. Setelah peluncuran global, Xiaomi kemungkinan akan segera mulai merollout update beta untuk region lainnya.

Jika Anda ingin menjadi salah satu beta tester HyperOS 3, pastikan untuk mempersiapkan perangkat Anda dan mengikuti panduan instalasi yang benar. Menjadi bagian dari program beta memberikan kesempatan untuk mengalami fitur-fitur terbaru sebelum orang lain, meskipun dengan risiko stability yang mungkin masih perlu diperbaiki.

Dengan jadwal yang begitu komprehensif dan terencana, Xiaomi menunjukkan komitmennya dalam memberikan pengalaman software terbaik kepada pengguna. Rollout bertahap selama beberapa bulan ke depan memastikan bahwa setiap perangkat mendapatkan perhatian dan optimasi yang sesuai dengan spesifikasinya.

Jadi, apakah perangkat Xiaomi Anda termasuk dalam daftar penerima HyperOS 3? Bagaimana persiapan Anda menyambut update besar ini? Bagikan anticipasi Anda di kolom komentar!

realme Next AI: Inovasi AI Camera, Productivity, dan Gaming untuk Anak Muda

0

Telset.id – Jika Anda mengira kecerdasan buatan di smartphone hanya sekadar fitur tambahan, realme punya jawaban yang bakal bikin Anda berpikir ulang. Di tengah gempuran tren AI yang semakin masif, realme justru memilih pendekatan yang lebih personal, relevan, dan—yang paling penting—nyata digunakan oleh anak muda sehari-hari.

Brand yang dikenal sebagai “Pilihannya Anak Muda” ini tidak hanya ikut-ikutan meramaikan euforia AI, tetapi secara serius membangun ekosistem inovasi melalui tiga pilar utama: AI Camera, AI Productivity, dan AI Gaming. Apa yang membuat pendekatan realme berbeda? Mereka tidak sekadar menempelkan label “AI” pada fitur biasa, tetapi benar-benar mendalami kebutuhan generasi muda dan menjawabnya dengan solusi yang fungsional dan menyenangkan.

Sejak awal, realme punya visi yang jelas: “AI for Everyone”. Artinya, kecerdasan buatan tidak hanya dinikmati oleh pengguna flagship, tetapi juga merambah ke berbagai segmen harga. Ini bukan sekadar jargon marketing, melainkan komitmen nyata yang terlihat dari portofolio produk mereka sepanjang tahun ini.

AI Camera: Lebih Dari Sekadar Jepretan Biasa

Di era di mana setiap momen bisa jadi konten, realme paham betul bahwa anak muda butuh kamera yang bukan hanya tajam, tetapi juga cerdas. Fitur andalan seperti AI Eraser telah menjadi favorit banyak orang karena kemampuannya menghapus objek tak diinginkan dalam sekejap. Tapi realme tidak berhenti di situ.

Mereka menghadirkan rangkaian fitur canggih seperti AI Ultra Clarity yang tersedia bahkan di lini terjangkau seperti C Series, AI Landscape untuk pemandangan yang lebih hidup, AI Travel Snap Mode yang memudahkan Anda mengambil gambar saat bepergian, hingga AI Glare Remover yang mengatasi masalah silau secara otomatis. Bahkan, fitur AI Sketch to Image memungkinkan Anda mengubah sketsa sederhana menjadi gambar utuh—sesuatu yang dulu hanya bisa dibayangkan.

Semua fitur ini terintegrasi dalam AI Editor di aplikasi Galeri, membuat pengeditan foto menjadi lebih intuitif dan—yang paling penting—menyenangkan. Ini bukan lagi soal teknologi yang rumit, tetapi bagaimana AI bisa menjadi teman kreatif bagi anak muda.

AI Productivity: Kerja Jadi Lebih Cepat dan Pintar

Bagaimana jika AI tidak hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga mempermudah hidup? realme menjawabnya dengan kategori AI Productivity yang dirancang khusus untuk generasi muda yang serba cepat dan multitasking.

Inovasi dimulai dari AI SmartLoop yang memungkinkan Anda berbagi konten ke aplikasi lain hanya dengan drag and drop—fitur yang debut di realme GT 6 dan langsung menarik perhatian. Lalu hadir AI Summary untuk meringkas dokumen panjang, AI Recording Summary yang membantu Anda mengambil intisari dari rekaman meeting, hingga AI Writer yang membantu menyusun teks dengan lebih efisien.

Namun, yang paling menarik adalah AI Planner—fitur pertama di industri yang memungkinkan Anda menambahkan jadwal ke kalender hanya dengan mengetuk dua kali bagian belakang smartphone. Bayangkan, tidak perlu lagi membuka aplikasi kalender dan mengetik manual. Cukup ketuk, dan jadwal langsung tersimpan. Inilah yang disebut inovasi yang benar-benar menyentuh pain point pengguna.

Fitur seperti AI Circle to Search juga memudahkan Anda mencari informasi tanpa harus meninggalkan aplikasi yang sedang dibuka. Ini bukan sekadar teknologi canggih, tetapi solusi praktis yang membuat produktivitas sehari-hari menjadi lebih smooth.

AI Gaming: Pengalaman Main Game yang Lebih Hidup

Bagi anak muda, gaming bukan sekadar hiburan, tetapi juga bagian dari gaya hidup dan sosialisasi. realme melihat peluang ini dan menghadirkan AI Gaming yang tidak hanya meningkatkan performa, tetapi juga menciptakan pengalaman bermain yang lebih imersif.

Fitur seperti AI Motion Control dan AI Ultra Touch Control bahkan dikustomisasi bersama pemain profesional seperti tim RRQ dan kreator gaming Jess No Limit. Jadi, bukan sekadar fitur biasa, tetapi hasil kolaborasi dengan orang-orang yang benar-benar memahami dunia gaming.

Yang paling menggemparkan adalah kehadiran AI Gaming Coach yang debut di realme GT 7. Fitur ini memungkinkan Anda memilih voice pack dari pemain RRQ atau Jess No Limit, sehingga Anda bisa mendapatkan panduan langsung selama permainan. Bayangkan, seolah-olah Anda didampingi oleh pemain profesional saat bermain—pengalaman yang belum pernah ada sebelumnya di industri smartphone.

Ini membuktikan bahwa realme tidak hanya fokus pada hardware, tetapi juga pada pengalaman pengguna yang holistik. Mereka paham bahwa gaming adalah tentang lebih dari sekadar FPS dan grafis—tentang emosi, interaksi, dan kebanggaan.

Menurut Krisva Angnieszca, Public Relations Lead realme Indonesia, “realme percaya bahwa kecerdasan buatan bukan hanya sekadar tren, tetapi solusi nyata untuk meningkatkan kreativitas, produktivitas, dan gaya hidup anak muda.”

Dan komitmen ini tidak berhenti di sini. realme telah mengisyaratkan akan menghadirkan fitur AI terbaru dalam waktu dekat, yang akan semakin memperluas kemampuan smartphone dalam mendukung kehidupan anak muda. Apa lagi yang akan mereka hadirkan? Mungkin AI yang bisa memprediksi kebutuhan kita sebelum kita sendiri menyadarinya? Atau fitur kolaborasi yang lebih canggih? Kita tunggu saja.

Sementara itu, bagi Anda yang penasaran dengan inovasi terbaru realme, jangan lupa untuk mengunjungi artikel tentang baterai 15.000mAh mereka yang bisa membuat Anda menonton video hingga 50 jam nonstop. Atau, jika Anda tertarik dengan inovasi lain di luar smartphone, Realme Air Purifier juga layak untuk disimak.

Yang pasti, realme tidak main-main dengan AI. Mereka tidak hanya ikut arus, tetapi menjadi pemimpin yang menciptakan arus tersebut. Dan bagi anak muda, itu artinya lebih banyak kemudahan, lebih banyak kreativitas, dan tentu saja—lebih banyak kesenangan.

Nothing Ear 3 Meluncuran dengan Super Mic dan Desain Premium di Harga Rp3 Jutaan

0

Telset.id – Bayangkan Anda sedang menelepon di tengah keramaian, tapi suara Anda terdengar jernih seperti sedang berbicara di ruang kedap suara. Itulah janji yang dibawa Nothing dengan peluncuran terbaru mereka: Ear 3. Dengan harga $179 atau sekitar Rp3 jutaan, earbuds premium ini tidak hanya menawarkan desain yang lebih elegan, tetapi juga fitur unik bernama Super Mic yang siap mengubah cara Anda berkomunikasi.

Nothing Ear 3 hadir dengan sentuhan aluminium pada bagian tertentu, baik di earbuds maupun casing-nya. Desain yang sedikit direvisi ini tidak hanya membuatnya terlihat lebih mewah, tetapi juga meningkatkan sensitivitas sinyal sebesar 20 persen. Artinya, dropout audio—masalah yang kadang mengganggu pada model sebelumnya—kini bisa diminimalisir. Selain itu, sudut stem yang “lebih alami” dan ventilasi internal dirancang untuk kenyamanan lebih dan mengurangi tekanan di telinga.

Casing-nya sendiri merupakan perpaduan antara aluminium daur ulang dan plastik, diproses dengan teknik nano-injection yang menyatukan kedua material tanpa lem. Meski ini terdengar seperti kabar baik untuk repairability, menyatukan plastik dan aluminium yang meleleh mungkin justru membuat perbaikan menjadi lebih rumit. Di samping port USB-C, terdapat grill Super Mic yang ukurannya cukup kecil sehingga bisa disalahartikan sebagai jack headphone 3,5mm. Sentuhan menarik lainnya adalah loop untuk lanyard di sisi berlawanan dari port.

Nothing Ear 3 dengan sentuhan aluminium

Lalu, apa sebenarnya Super Mic itu? Ini adalah sepasang mikrofon tambahan yang berada di dalam casing pengisian. Dengan teknologi beamforming dan kemampuan untuk diposisikan layaknya mikrofon handheld tradisional, Super Mic dirancang untuk memblokir semua suara selain suara Anda. Penggunaannya terasa seperti berbicara melalui earbuds, tetapi dengan sensasi walkie-talkie dari masa depan. Sayangnya, masa depan itu belum sepenuhnya didukung perangkat lunak.

Super Mic dapat digunakan untuk panggilan dalam aplikasi seperti Zoom, Teams, Google Meet, WhatsApp, dan WeChat. Namun, untuk rekaman suara, dukungannya terbatas pada voice memo native di Android dan iOS, serta aplikasi video pihak ketiga Blackmagic. Jika Anda sering mengirim pesan suara di Messages atau WhatsApp, sayangnya fitur ini tidak bisa digunakan. Nothing menjelaskan bahwa mereka tidak dapat memaksa Super Mic untuk mengambil alih input mikrofon default di smartphone. Begitu pula, Anda tidak bisa menggunakannya sebagai mikrofon remote untuk perekaman video—kecuali dengan aplikasi Blackmagic.

Dalam pengujian, Super Mic berhasil membuat panggilan dan catatan suara terdengar lebih jernih. Baik melalui Voice Memos iOS maupun panggilan dengan keluarga dan teman, perbedaan antara mikrofon pada earbuds dan Super Mic cukup terasa. Yang mengejutkan, pendengar tidak melaporkan pengurangan signifikan terhadap kebisingan lingkungan saat panggilan dilakukan di kedai kopi, tetapi mereka menyatakan suara pengguna menjadi lebih jelas. Kelebihan lainnya adalah kemampuan Super Mic menangkap suara meski diucapkan dengan volume rendah—sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh mikrofon pada earbuds.

Nothing Ear 3 dengan Super Mic

Tidak hanya Super Mic, earbuds Ear 3 sendiri juga ditingkatkan. Masing-masing dilengkapi tiga mikrofon directional dan VPU (voice pickup unit) konduksi tulang untuk meningkatkan penangkapan suara. Meski teknologi konduksi tulang bukan hal baru, implementasi Nothing terasa lebih halus. Sinyal yang dikonduksikan melalui tulang kurang terpengaruh oleh angin dan kebisingan lain. Nothing mengklaim teknologi peredam bising (noise cancellation) mereka dapat mengurangi kebisingan eksternal hingga lebih dari 25 dB.

Namun, dalam penggunaan beberapa hari terakhir, ANC pada Ear 3 terasa belum cukup kuat mengisolasi suara. Pengguna masih bisa mendengar desis lingkungan saat ANC aktif. Dibandingkan dengan pesaing seperti Pixel Buds Pro 2 dan AirPods Pro 2, performa peredam bising Nothing Ear 3 agak lemah.

Dengan harga $179, Ear 3 tidak semurah pendahulunya. Ear 2 diluncurkan dengan harga $149, sementara Ear Stick hanya $99. Harapan pun lebih tinggi. Nothing meningkatkan kualitas suara Ear 3 berkat redesain driver dinamis 12mm dan penyesuaian lainnya. Nada bass terdengar lebih menonjol dibanding Ear 2, sementara treble lebih kaya dan kurang “bersiul”. Pengguna juga bisa memanfaatkan aplikasi pendamping Nothing X untuk menyesuaikan equalizer sesuai preferensi.

Selain equalizer, Nothing memasukkan sejumlah fitur AI, tetapi ini memerlukan Nothing Phone terbaru untuk dapat digunakan. Essential Space—fitur yang mengumpulkan catatan suara, pengingat, screenshot, dan lainnya—dapat terhubung langsung dengan Super Mic. Di luar aplikasi panggilan, pengguna dapat menekan dan menahan untuk merekam catatan suara, yang akan disinkronkan dan ditranskripsikan secara otomatis. Ada juga fungsionalitas ChatGPT; dengan mencubit dua kali, pengguna dapat membuat permintaan ke chatbot OpenAI.

Daya tahan Ear 3 juga lebih baik dari pendahulunya. Pada Ear 2, pengguna bisa mengharapkan sekitar empat jam mendengarkan dengan ANC, dengan casing menambahkan 22,5 jam. Pada model yang ditingkatkan ini, Nothing memperkirakan sekitar 5,5 jam mendengarkan dengan ANC, dan tambahan 22 jam dari casing. Dengan pengisian lima menit, Nothing mengklaim earbuds akan bertahan hingga satu jam audio (tanpa ANC).

Nothing Ear 3 dengan casing dan lanyard

Ear 3 akan diluncurkan dalam warna putih dan hitam pada 25 September dengan harga $179. Preorder sudah dibuka di situs Nothing dan mitra ritail. Dengan segala peningkatan dan fitur unik Super Mic, Ear 3 berusaha menawarkan nilai lebih—meski dengan harga yang sedikit lebih tinggi. Apakah ini worth it? Tergantung seberapa sering Anda membutuhkan kejernihan suara dalam kondisi berisik.

Sebagai informasi, Nothing Phone (3a) Hadir dengan Fitur Baru untuk Kreator juga telah diluncurkan dengan fokus pada segmen kreatif. Sementara itu, Nothing dikabarkan memiliki sub-brand baru yang siap merilis smartwatch dan earbud tambahan. Di tengah persaingan ketat, Ear 3 hadir dengan pendekatan berbeda—tidak hanya sekadar earbuds, tetapi juga alat komunikasi yang cerdas.

Terlepas dari inovasinya, keamanan produk audio wireless tetap menjadi perhatian. Seperti insiden Samsung Galaxy Buds FE yang dilaporkan meledak, konsumen semakin kritis terhadap kualitas dan keamanan perangkat mereka. Nothing, dengan desain dan material yang ditingkatkan, berusaha menjawab kekhawatiran ini.

Jadi, apakah Nothing Ear 3 layak menjadi pilihan Anda? Jika Anda mencari earbuds dengan desain premium, fitur unik, dan peningkatan performa—dan tidak keberatan dengan harga yang sedikit lebih tinggi—Ear 3 patut dipertimbangkan. Tapi jika ANC yang kuat adalah prioritas, mungkin Anda perlu melihat opsi lain.

Gemini di Chrome Kini Gratis untuk Semua Pengguna Desktop AS

0

Telset.id – Apakah Anda termasuk yang menunggu akses gratis ke Gemini di Chrome? Kabar baik datang dari Google. Setelah sebelumnya hanya tersedia untuk pelanggan berbayar, asisten AI canggih ini akhirnya dibuka untuk semua pengguna desktop Chrome di Amerika Serikat. Tanpa perlu langganan AI Pro atau AI Ultra, kini Anda bisa menikmati fitur-fitur Gemini langsung dari browser favorit Anda.

Perubahan ini menandai babak baru dalam integrasi AI ke dalam pengalaman browsing sehari-hari. Google secara resmi mengumumkan roll out fitur ini kepada semua pengguna Chrome di Windows dan Mac, asalkan bahasa browser diatur ke Inggris dan pengguna berada di wilayah AS. Lalu, bagaimana cara kerjanya dan apa saja yang bisa dilakukan Gemini untuk Anda?

Yang perlu Anda lakukan sederhana: perhatikan bagian atas antarmuka Chrome. Anda akan melihat ikon sparkle baru yang muncul. Ketuk ikon tersebut, dan Gemini siap membantu menjawab permintaan Anda. Tidak hanya di desktop, fitur ini juga dapat diakses melalui smartphone. Pengguna Android bisa mengaktifkannya dengan menekan tombol power, sementara untuk iOS, Google masih mengupayakan integrasi di aplikasi Chrome.

Sejak diperkenalkan pertama kali di Google I/O 2025, Gemini telah mengalami beberapa peningkatan signifikan. Salah satunya adalah kemampuan untuk bekerja di berbagai tab sekaligus. Bayangkan Anda sedang melakukan riset untuk proyek atau sekadar merencanakan liburan—Gemini bisa membandingkan dan meringkas informasi dari beberapa situs web berbeda tanpa Anda harus bolak-balik manual.

Fitur recall yang baru ditambahkan juga memungkinkan Gemini mengakses riwayat penelusuran Anda. Ini sangat berguna ketika Anda lupa di mana melihat suatu informasi. Daripada membongkar history browser, cukup ketik prompt seperti “blog apa yang saya baca tentang belanja back to school?” dan biarkan Gemini yang mengurus sisanya.

Integrasi yang lebih dalam dengan layanan Google juga menjadi sorotan. Gemini kini terhubung dengan Calendar, YouTube, dan Maps. Ingin menjadwalkan rapat? Cukup minta Gemini melakukannya. Menonton video YouTube yang panjang? Gemini bisa menghasilkan timestamp agar Anda bisa melompat ke bagian tertentu. Kemudahan seperti ini tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga membuat pengalaman digital lebih efisien.

Di sisi keamanan, Google tak ketinggalan berinovasi. Awal Mei lalu, perusahaan mulai menggunakan Gemini Nano untuk meningkatkan suite Enhanced Protection di Chrome. Kini, mereka mengumumkan bahwa Gemini Nano akan segera membantu melindungi pengguna dari situs web yang menggunakan virus palsu atau giveaway untuk menipu. Tambahan lainnya adalah algoritma yang mempelajari preferensi Anda dalam memberikan izin. Jika sistem mendeteksi bahwa Anda cenderung tidak memberikan akses ke kamera atau lokasi, permintaan tersebut akan disajikan dengan cara yang kurang mengganggu.

Fitur keamanan lain yang patut dicatat adalah AI yang dirancang untuk memudahkan pembaruan kredensial yang dikompromikan melalui pengelola kata sandi bawaan Chrome. Dengan dukungan awal untuk situs seperti Coursera, Duolingo, dan Spotify, Anda dapat mengubah kata sandi hanya dengan satu klik. Kepraktisan semacam ini menunjukkan komitmen Google terhadap keamanan pengguna tanpa mengorbankan kemudahan penggunaan.

Masa depan Gemini di Chrome bahkan lebih menjanjikan. Google berencana menghadirkan kemampuan agentic dalam beberapa bulan mendatang, yang memungkinkan Gemini menyelesaikan tugas untuk Anda. Misalnya, berbelanja kebutuhan mingguan melalui Instacart tanpa harus membuka banyak tab atau aplikasi. Kemampuan ini pertama kali diperkenalkan melalui Project Mariner akhir 2024, dan kini sedang dalam tahap penyempurnaan.

Mike Torres, Wakil Presiden Produk Chrome, dalam briefing media menjelaskan, “Harapan kami adalah ketika fitur ini sampai ke pengguna, kami telah menghilangkan banyak potensi kesalahan. Ini adalah pengalaman eksperimental yang terus kami tingkatkan. Kami tidak akan melakukan sesuatu yang mengorbankan pengalaman pengguna.” Pernyataan ini menunjukkan keseriusan Google dalam memastikan bahwa integrasi AI tidak hanya canggih, tetapi juga andal dan user-friendly.

Terakhir, Google menambahkan shortcut AI Mode langsung ke bilah alamat Chrome. AI Mode adalah chatbot pencarian khusus Google yang telah tersedia untuk semua pengguna Search di AS sejak I/O 2025. Kini, Anda dapat mengaksesnya tanpa harus membuka Google terlebih dahulu. Torres menekankan bahwa pengguna tidak wajib menggunakan shortcut ini. “Yang kami coba lakukan adalah mempertahankan perilaku existing pengguna,” tambahnya.

Seperti pembaruan besar lainnya dari Google, mungkin perlu beberapa hari sebelum fitur-fitur baru ini muncul di instalasi Chrome Anda. Namun yang pasti, langkah ini menandai era baru di mana AI tidak lagi menjadi fitur eksklusif untuk segelintir orang, tetapi hadir sebagai bagian integral dari pengalaman browsing sehari-hari.

Dengan Gemini yang semakin inklusif di ChromeOS, dan kini hadir gratis untuk desktop, Google jelas sedang memperkuat posisinya dalam lanskap AI yang semakin kompetitif. Apalagi dengan OpenAI yang bersiap menghadapi Chrome dengan browser pencarian AI baru, persaingan di pasar browser dipastikan akan semakin panas.

Lalu, bagaimana dengan masa depan Chrome sendiri? Seperti dibahas dalam analisis mengenai praktik bisnis Chrome, Google tidak perlu menjual browser tersebut, tetapi harus terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Integrasi Gemini yang semakin dalam dan terbuka ini bisa menjadi langkah strategis untuk mempertahankan relevansi Chrome di era AI.

Antarmuka Chrome dengan ikon sparkle Gemini di bagian atas