Beranda blog Halaman 122

Xiaomi Umumkan Pad 7 Ultra dengan Layar OLED 14″ dan Chipset Xring O1

0

Telset.id – Xiaomi resmi memperkenalkan tablet terbarunya, Xiaomi Pad 7 Ultra, sebagai bagian dari lini Pad 7 Series. Tablet ini menjadi yang terbesar dari Xiaomi dengan layar OLED 14 inci dan chipset Xring O1 buatan sendiri.

Xiaomi Pad 7 Ultra menawarkan panel OLED 3:2 dengan kecerahan hingga 1.600 nits, mendukung HDR10+ dan Dolby Vision. Resolusinya mencapai 3.200 x 2.136 piksel dengan refresh rate 120Hz. Layarnya dilapisi Gorilla Glass 5 dan memiliki opsi nano-texture untuk mengurangi pantulan.

Xiaomi Pad 7 Ultra unveiled with 14'' OLED display and Xring O1 chipset

Perbedaan mencolok lainnya adalah notch pada layar yang menampung kamera depan 32MP. Sementara kamera belakang menggunakan sensor 50MP. Chipset Xring O1, yang juga dipakai di Xiaomi 15S Pro, dibangun dengan proses 3nm generasi kedua. Chipset ini memiliki CPU 10-core dengan kecepatan hingga 3.7GHz dan GPU ARM Immortalis-G925.

Xiaomi menyediakan tiga varian RAM dan penyimpanan: 12GB/256GB, 12GB/512GB, dan 16GB/1TB. Tablet ini menggunakan RAM LPDDR5T dan penyimpanan UFS 4.1. Desainnya mengusung bodi aluminium alloy setebal 5.1mm dengan baterai 12.000mAh yang mendukung pengisian cepat 120W.

Untuk pengalaman produktivitas, Xiaomi menyediakan stylus opsional yang menempel magnetik di sisi atas tablet. Ada juga keyboard magnesium alloy dengan touchpad pressure-sensitive. Sistem operasinya, HyperOS 2, sudah mendukung format dokumen Apple dan aplikasi produktivitas seperti CAD.

Xiaomi Pad 7 Ultra with the optional stylus and keyboard

Xiaomi Pad 7 Ultra sudah bisa dipesan di China dengan harga mulai CNY 5.700 (sekitar Rp13,6 juta). Varian kapasitas lebih besar hadir dengan opsi layar anti-reflektif.

Realme Neo7 Turbo Bocor Lagi, Desain Transparan dan Kamera 50MP Terungkap

0

Telset.id – Realme kembali membocorkan desain terbaru dari smartphone teranyarnya, Neo7 Turbo, yang akan diluncurkan pada 29 Mei mendatang di China. Kali ini, perusahaan memperlihatkan lebih detail desain belakang ponsel yang terinspirasi dari tampilan internal smartphone.

Gambar terbaru yang dibagikan Realme menunjukkan panel belakang Neo7 Turbo dengan desain semi-transparan yang menampilkan komponen internal seperti kumparan NFC, slot SIM, dan baterai. Di sisi kanan modul kamera, terdapat aksen hijau kecil dengan tulisan “Dart”.

Modul kamera belakang terdiri dari tiga lingkaran – satu untuk lampu flash dan dua untuk kamera. Pada lingkaran lampu flash tertera tulisan “50MP”, mengkonfirmasi bahwa kamera utama menggunakan sensor 50 megapiksel.

Sebelumnya, Realme telah mengkonfirmasi bahwa Neo7 Turbo akan menggunakan chipset Dimensity 9400e sebagai otaknya. Chipset terbaru dari MediaTek ini diharapkan dapat memberikan performa tinggi untuk kelas smartphone menengah atas.

Peluncuran Realme Neo7 Turbo dijadwalkan berlangsung pada 29 Mei di China. Perusahaan kemungkinan akan terus memberikan bocoran spesifikasi dan fitur dalam beberapa hari menjelang peluncuran resmi.

Desain unik dengan tampilan semi-transparan ini mengingatkan pada beberapa smartphone lain di pasaran, namun Realme memberikan sentuhan berbeda dengan menampilkan detail komponen internal secara grafis.

Untuk pasar Indonesia, belum ada konfirmasi resmi mengenai ketersediaan Neo7 Turbo. Namun melihat track record Realme, kemungkinan besar smartphone ini akan hadir di Tanah Air beberapa waktu setelah peluncuran di China.

Realme Neo7 Turbo diperkirakan akan bersaing langsung dengan smartphone menengah atas lain seperti Red Magic 9S Pro+ yang baru-baru ini dinobatkan sebagai ponsel terbaik versi Antutu.

Dengan desain yang mencolok dan spesifikasi yang menjanjikan, Realme Neo7 Turbo berpotensi menjadi salah satu smartphone menarik di paruh kedua tahun 2025. Detail harga dan ketersediaan global diharapkan akan diumumkan saat peluncuran resmi.

Infinix Xpad GT Resmi Diluncurkan: Tablet Gaming dengan Snapdragon 888

0

Telset.id – Infinix secara resmi meluncurkan Xpad GT, tablet gaming terbaru yang dibekali chipset Snapdragon 888. Perangkat ini menawarkan performa tinggi dengan harga terjangkau, menjadikannya pilihan menarik bagi gamer dengan budget terbatas.

Xpad GT menggunakan chipset Snapdragon 888 yang dipadukan dengan ruang uap besar untuk pendinginan, RAM 8GB, dan penyimpanan 256GB. Meski Adreno 660 bukan GPU terbaru, Infinix mengklaim tablet ini mampu menghasilkan 144fps di Standoff 2, 120fps di Honor of Kings dan Mobile Legends, serta 90fps di PUBG.

The Infinix Xpad GT has a large 13” 144Hz HDR10 display

Tablet ini memiliki layar 13 inci dengan refresh rate 144Hz, resolusi 2.880 x 1.840 piksel, dan kecerahan puncak 700 nits. Panel 10-bit dengan dukungan HDR10 ini didukung oleh delapan speaker dengan pemrosesan suara 3D DTS untuk pengalaman gaming dan streaming yang imersif.

Desain Xpad GT cukup ramping dengan ketebalan 6,5mm dan bodi logam. Tablet ini dilengkapi baterai 10.000mAh dengan dukungan pengisian cepat 33W. Untuk kamera, terdapat sensor 13MP di belakang dan 9MP di depan.

Infinix Xpad GT gaming tablet unveiled with 13'' 144Hz display and Snapdragon 888

Meski tidak memiliki jack audio 3,5mm, Infinix menyertakan adaptor USB-C ke 3,5mm dan case pelindung berbahan vegan leather dalam paket penjualan. Perusahaan juga menawarkan keyboard dengan trackpad dan stylus sebagai aksesori opsional.

Xpad GT sudah bisa dipesan di Malaysia melalui Lazada dengan harga MYR 1.700 (sekitar Rp5,8 juta). Pelanggan yang melakukan pre-order akan mendapatkan keyboard dan stylus secara gratis. Pengiriman akan dimulai dalam 14 hari setelah pemesanan.

Infinix Xpad GT highlights

Kehadiran Xpad GT memperkuat lini produk gaming Infinix yang sebelumnya telah meluncurkan smartphone gaming GT 30 Pro. Dengan spesifikasi yang ditawarkan, tablet ini berpotensi menjadi pesaing serius di segmen tablet gaming menengah.

Kemkominfo Luncurkan Digital Innovation Hub untuk Dukung Startup Indonesia

0

Telset.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) meluncurkan Digital Innovation Hub sebagai wadah kolaborasi bagi pelaku startup di Indonesia. Fasilitas ini bertujuan mempercepat pertumbuhan ekosistem digital nasional, dengan tahap awal telah beroperasi di Jakarta dan rencana ekspansi ke Surabaya, Medan, dan Makassar pada 2025.

Muhammad Faisal, Koordinator Kemitraan dan Investasi Direktorat Jenderal Ekosistem Digital Kemkominfo, menjelaskan bahwa hub ini menyediakan ruang fisik untuk kolaborasi antara startup, industri, dan institusi pendidikan. “Ini bukan sekadar fasilitas fisik, tapi juga platform menghubungkan seluruh pemangku kepentingan ekosistem digital,” ujarnya dalam acara di MARKAS Jakarta, Rabu (21/5/2025).

Dua Program Utama

Digital Innovation Hub akan menghadirkan dua program utama:

  • National Hub: Fokus pada koordinasi kebijakan percepatan pertumbuhan startup dan penghubung dengan ekosistem digital global.
  • City Hub: Menyediakan pelatihan talenta, inkubasi bisnis, dan pembentukan komunitas startup lokal.

Faisal menambahkan, “Melalui program ini, kami ingin menciptakan katalisator bagi pengembangan talenta digital, model bisnis, hingga akses pasar.” Inisiatif ini melengkapi program prioritas Kemkominfo seperti The NextDev Hub dan 1000 Startup Digital.

Dukungan Pemerataan Startup

Ekspansi ke kota besar lainnya diharapkan mendorong pemerataan perkembangan startup di luar Jawa. Sebelumnya, inisiatif serupa seperti Samsung Innovation Campus juga fokus pada pengembangan talenta digital di berbagai wilayah.

Digital Innovation Hub dirancang untuk menjadi bagian dari strategi jangka panjang Indonesia menjadi pusat teknologi di ASEAN. Langkah ini sejalan dengan capaian XL Axiata dalam pemanfaatan teknologi untuk pengembangan ekosistem digital.

OpenAI Investasi Rp 104 Triliun untuk Tim Ex-Apple Bangun Perangkat AI

0

Telset.id – OpenAI melakukan langkah besar dengan mengakuisisi startup perangkat keras AI, io, senilai US$6,5 miliar (Rp104 triliun). Tim ini dipimpin oleh desainer legendaris Apple, Jony Ive, dan akan mengembangkan perangkat AI generasi berikutnya.

Dalam pernyataan resmi, OpenAI dan Ive menyatakan, “Ini momen luar biasa. Komputer kini bisa melihat, berpikir, dan memahami. Namun, pengalaman kita masih dibentuk oleh produk dan antarmuka tradisional.” Akuisisi ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah OpenAI.

Tim Ex-Apple Gabung OpenAI

Transaksi ini melibatkan pembayaran seluruhnya dalam bentuk saham senilai US$5 miliar, karena OpenAI sebelumnya sudah memegang 23% saham io. Sebanyak 55 anggota tim io, termasuk mantan insinyur Apple Scott Cannon, Tang Tan, dan Evans Hankey, kini resmi bergabung dengan OpenAI.

“Tim io, yang fokus pada pengembangan produk inspiratif, akan berkolaborasi erat dengan tim riset, teknik, dan produk OpenAI di San Francisco,” jelas pernyataan tersebut. Perangkat AI pertama hasil kolaborasi ini diprediksi rilis pada 2026.

Visi Baru: Antarmuka Tanpa Layar

CEO OpenAI Sam Altman dan Jony Ive telah bekerja sama selama dua tahun terakhir untuk menciptakan prototipe yang mengubah cara manusia berinteraksi dengan mesin. Mereka ingin menghadirkan pengalaman AI yang lebih alami, jauh dari ketergantungan pada layar.

“Kami ingin menciptakan generasi baru komputer bertenaga AI,” tulis Altman di X. Ive menambahkan, “Segala yang saya pelajari selama 30 tahun terakhir membawa saya ke tempat dan momen ini.”

OpenAI juga merekrut Caitlin Kalinowski, mantan pimpinan proyek AR Meta, untuk memimpin divisi robotika dan perangkat keras konsumen. Langkah ini memperkuat ambisi perusahaan dalam menghadirkan AI ke dunia fisik.

Saham Apple sempat turun 2% setelah pengumuman akuisisi ini, menandakan potensi ancaman bagi raksasa teknologi tersebut. OpenAI, yang kini bernilai US$300 miliar, semakin memperkuat posisinya dalam persaingan melawan Google, Anthropic, dan xAI.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang strategi OpenAI di bidang perangkat keras, simak upaya perusahaan ini dalam mengembangkan chip AI sendiri.

Kemkomdigi Take Down Situs PeduliLindungi.id yang Disusupi Konten Judi Online

0

Telset.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkomdigi) resmi memutus akses (take down) situs PeduliLindungi.id setelah terbukti disusupi konten judi online. Tindakan ini diambil sebagai bagian dari komitmen pemerintah menjaga keamanan ruang digital Indonesia.

Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kemkomdigi, Alexander Sabar, menjelaskan langkah tersebut berdasarkan laporan masyarakat yang dilengkapi bukti tangkapan layar dan tautan (URL). “Hasil verifikasi menunjukkan situs tersebut mengalami defacement dan menampilkan konten perjudian,” tegasnya di Jakarta Pusat, Rabu (21/5).

Alexander menegaskan, situs tersebut melanggar prinsip keamanan informasi. “Ini jelas bertentangan dengan ketentuan keamanan digital nasional. Pemutusan akses dilakukan untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan data dan paparan konten ilegal,” tambahnya.

PeduliLindungi Sudah Tidak Dikelola Kemenkes

Situs PeduliLindungi.id sebelumnya dikenal sebagai platform penanganan COVID-19 di bawah Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Namun, sejak Maret 2023, layanan tersebut telah terintegrasi ke sistem SatuSehat dengan domain resmi satusehat.kemkes.go.id.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menegaskan bahwa pihaknya tidak lagi mengelola PeduliLindungi.id. “Pengelolaan, termasuk keamanan, sepenuhnya beralih ke SatuSehat dan dikelola pihak lain,” jelasnya.

Imbauan untuk Masyarakat

Kemkomdigi mengimbau masyarakat melaporkan aktivitas digital mencurigakan melalui kanal resmi aduankonten.id. “Kami berkomitmen menjaga ruang digital yang aman, sehat, dan tepercaya,” pungkas Alexander.

Insiden ini menambah daftar upaya Kemkomdigi memberantas judi online. Sebelumnya, kementerian ini juga memblokir 15 game judi online dan membekukan layanan Worldcoin yang diduga mencurigakan.

Revolusi AI dalam Kreativitas: Bagaimana Teknologi Mengubah Cara Kita Berkarya

0

Telset.id – Jika Anda berpikir kecerdasan buatan (AI) hanya untuk analisis data atau chatbot, bersiaplah terkejut. Sistem AI generatif seperti DALL-E 2, Imagen, dan Midjourney telah membuka babak baru dalam dunia kreatif, memungkinkan siapa saja menciptakan gambar menakjubkan hanya dengan perintah teks. Tapi ini baru permulaan. Kita sedang menyaksikan “mediamorfosis”—transformasi radikal bagaimana manusia berinteraksi dengan media dan mesin.

Konsep mediamorfosis, pertama kali diperkenalkan Roger F. Fidler tahun 1990-an, kini menemukan bentuk nyata. AI memungkinkan konversi antar media dalam hitungan menit: teks jadi gambar, gambar jadi musik, gerakan tubuh jadi animasi. Meta, misalnya, telah mendemonstrasikan AI yang menghidupkan gambar anak-anak dan platform Make-A-Scene yang mengubah sketsa kasar menjadi karya visual utuh.

Demokratisasi Kreativitas

Industri kreatif bernilai $100 miliar ini sedang mengalami revolusi. Dari 50 juta kreator global, 92% adalah amatir—dan AI memberi mereka alat setara profesional. TikTok sudah mengintegrasikan AI greenscreen berbasis teks untuk satu miliar penggunanya. “Fenomena ini mirip ketika Instagram mendemokratisasi fotografi,” kata seorang analis. Bedanya, kali ini skalanya lebih besar: desain, arsitektur, bahkan laporan korporat akan berubah.

Tantangan di Dunia Kerja

Tim pemasaran harus beradaptasi dengan platform multimedia yang dipenuhi konten AI. Laporan korporat tak lagi bisa mengandalkan PDF 100 halaman—mereka perlu format interaktif berbasis suara atau AR. “Di era di mana 50% populasi global sudah menggunakan teknologi suara, visualisasi diam tak lagi cukup,” ujar pakar komunikasi.

Perusahaan juga perlu memikirkan ulang budaya kerja. Metafora “organisasi sebagai mesin” sudah usang. Seperti dalam advanced chess Garry Kasparov, masa depan adalah kolaborasi manusia-AI yang memadukan kreativitas manusia dengan presisi mesin. Nuon dan Mitratel adalah contoh pelaku yang sudah memanfaatkan transformasi ini.

Kritik tetap ada. Fred Ritchin memperingatkan risiko “dunia virtual yang mengkompensasi ketiadaan agency di dunia fisik”. Tapi sejarah membuktikan: fotografi tak membunuh lukisan, Instagram tak membunuh fotografi. Yang pasti, kita perlu memulai percakapan serius tentang etika, hak cipta, dan masa depan kerja di era AI.

Android 16 Siap Hadirkan Mode Desktop Native, Kolaborasi dengan Samsung

Telset.id – Bayangkan smartphone Anda tiba-tiba berubah menjadi komputer desktop hanya dengan menghubungkannya ke layar eksternal. Itulah yang akan ditawarkan Android 16 ketika diluncurkan akhir tahun ini. Fitur revolusioner ini dikembangkan bersama Samsung, membawa pengalaman komputasi desktop yang lebih mulus ke perangkat Android.

Selama bertahun-tahun, Samsung telah memimpin dengan solusi DeX-nya, yang memungkinkan pengguna mengubah ponsel atau tablet mereka menjadi PC sederhana. Kini, Google mengambil langkah besar dengan mengintegrasikan fungsionalitas serupa langsung ke dalam Android 16. Ini bukan sekadar fitur tambahan, melainkan transformasi fundamental dalam cara kita berinteraksi dengan perangkat mobile.

Dari Samsung DeX ke Android Native

Kolaborasi antara Google dan Samsung dalam pengembangan fitur ini patut diperhatikan. Seperti dilaporkan dalam pengumuman resmi di Google I/O 2025, teknologi ini dibangun di atas fondasi Samsung DeX. Namun, Google memberikan sentuhan tambahan dengan dukungan windowing yang lebih fleksibel dan dock aplikasi yang intuitif.

Yang menarik, fitur ini tidak eksklusif untuk perangkat Samsung. Google menyatakan implementasinya akan tersedia untuk berbagai perangkat Android, meskipun keputusan akhir tetap berada di tangan produsen perangkat. Ini membuka peluang bagi lebih banyak pengguna untuk menikmati pengalaman komputasi desktop tanpa harus membeli perangkat khusus.

Adaptif dan Fleksibel

Dalam blog resminya, Google menekankan pentingnya pengembangan aplikasi adaptif. “Android 16 menawarkan pengalaman desktop sejati di layar besar dan ketika perangkat terhubung ke layar eksternal,” tulis mereka. Pernyataan ini menunjukkan komitmen Google untuk membuat ekosistem Android lebih serbaguna.

Namun, kesuksesan fitur ini tidak hanya bergantung pada Google. Dukungan dari pengembang aplikasi sangat penting untuk memastikan aplikasi mereka berfungsi optimal dalam mode desktop. Untungnya, dengan meningkatnya popularitas perangkat foldable dan tablet besar, banyak pengembang sudah mulai mengadaptasi aplikasi mereka untuk berbagai ukuran layar.

Sementara itu, bagi Anda yang penasaran ingin mencoba fitur ini lebih awal, versi beta developer Android 16 sudah tersedia untuk beberapa perangkat pilihan. Jika semuanya berjalan sesuai rencana, kita bisa mengharapkan peluncuran resmi Android 16 pada Juni mendatang, lengkap dengan fitur mode desktop yang menjanjikan ini.

Perkembangan ini juga sejalan dengan upaya Google memperkuat keamanan di Android 16, seperti yang kami laporkan sebelumnya tentang Mode Proteksi Lanjut dan peningkatan fitur AI untuk melawan penipuan online.

Dengan berbagai inovasi yang diumumkan di Google I/O 2025, termasuk alat pembuatan film berbasis AI bernama Flow dan terjemahan real-time di Google Meet, jelas bahwa Google serius dalam mengembangkan Android menjadi platform yang lebih canggih dan multifungsi. Mode desktop di Android 16 mungkin hanya salah satu dari banyak kejutan yang akan kita lihat dalam beberapa bulan mendatang.

Infinix GT 30 Pro Resmi Dirilis: Smartphone Gaming dengan Performa Ultimate

Telset.id – Jika Anda mengira smartphone gaming hanya sekadar RGB dan refresh rate tinggi, Infinix GT 30 Pro siap mengubah persepsi itu. Resmi diperkenalkan sebagai bagian dari seri GT, perangkat ini menawarkan paket komplet untuk gamer dan power user yang menginginkan performa premium tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Dengan kombinasi layar AMOLED 144Hz, chipset MediaTek Dimensity 8350 Ultimate, dan ekosistem gaming yang matang, Infinix berani bersaing di pasar yang semakin ketat.

Layar 6,78 inci dengan resolusi 1.5K menjadi salah satu sorotan utama. Tidak hanya menawarkan refresh rate 144Hz yang bisa beradaptasi secara dinamis (60/90/120/144Hz), panel ini juga dilengkapi teknologi 2160Hz instant touch sampling dan 2304Hz PWM dimming untuk pengalaman gaming yang lebih responsif dan nyaman di mata. Sertifikasi TÜV Rheinland untuk low blue light dan flicker-free semakin mengukuhkan posisinya sebagai layar ramah gamer.

Infinix GT 30 Pro - Blade White

Dapur Pacu dan Fitur Gaming

Di balik bodinya yang ramping (7,9mm) dan ringan (190 gram), GT 30 Pro menyimpan chipset MediaTek Dimensity 8350 Ultimate berbasis 4nm. Dikombinasikan dengan RAM LPDDR5X hingga 12GB dan penyimpanan UFS 3.1, perangkat ini didukung oleh XBoost Gaming Engine serta sistem pendinginan cair dengan deteksi termal AI. Infinix mengklaim smartphone ini mampu menjalankan game seperti PUBG Mobile dan MLBB pada 120fps dengan stabil.

Fitur unggulan lainnya adalah tombol shoulder gaming dan motor getar x-axis linear yang dirancang untuk feedback taktil lebih presisi. Baterai 5.500mAh dengan dukungan fast charging 45W dan wireless charging 30W memastikan sesi gaming marathon tidak terputus. Bahkan, GT 30 Pro bisa berfungsi sebagai power bank dengan reverse charging 10W (kabel) atau 5W (nirkabel).

Ekosistem Gaming dan Harga

Infinix tidak hanya menjual smartphone, tetapi juga ekosistem. GT 30 Pro Gaming Master Edition datang dengan MagCharge Cooler yang bisa mendinginkan perangkat sambil melakukan wireless charging, serta MagCase berbahan penghantar panas. Keduanya dirancang untuk meminimalkan thermal throttling selama gaming intensif.

Infinix GT 30 Pro Gaming Master Edition

Perangkat ini tersedia dalam tiga varian warna: Blade White, Shadow Ash, dan Dark Flare (eksklusif untuk Gaming Master Edition). Untuk pasar Malaysia, harga dimulai dari MYR 1,299 (~Rp4,5 juta) untuk versi 12GB+256GB, sedangkan versi 12GB+512GB dibanderol MYR 1,499 (~Rp5,2 juta). Sayangnya, Infinix belum mengumumkan harga resmi untuk Indonesia.

Dengan janji dua tahun pembaruan OS Android dan tiga tahun pembaruan keamanan, GT 30 Pro bukan sekadar tawaran sesaat. Apakah ini akan menjadi pesaing serius di segmen smartphone gaming? Jawabannya mungkin terletak pada bagaimana Infinix memposisikan produk ini di pasar Indonesia yang sudah dipenuhi nama-nama besar.

Snapdragon 7 Gen 3 vs 870: Chipset Mana yang Lebih Unggul?

Telset.id – Jika Anda sedang mencari smartphone baru dengan performa tangguh di kisaran harga menengah, dua chipset dari Qualcomm ini mungkin jadi pertimbangan: Snapdragon 7 Gen 3 dan Snapdragon 870. Meski terpisah jarak rilis hampir tiga tahun, keduanya masih bersaing ketat. Mana yang lebih layak jadi pilihan?

Diumumkan November 2023, Snapdragon 7 Gen 3 adalah chipset mid-range terbaru Qualcomm yang sudah menggerakkan sejumlah ponsel seperti Vivo V40 dan OnePlus Nord CE 4. Sementara itu, Snapdragon 870 yang dirilis Januari 2021 dulunya adalah flagship, tetapi kini posisinya terjun ke segmen menengah. Lantas, bagaimana perbandingan keduanya dalam hal performa, efisiensi, dan fitur?

Benchmark: Pertarungan Sengit Antara Generasi

Berdasarkan pengujian AnTuTu pada OnePlus Nord CE 4 (Snapdragon 7 Gen 3) dan Poco F4 (Snapdragon 870), Snapdragon 7 Gen 3 unggul tipis dengan skor 819.655 berbanding 796.504. Chipset baru ini lebih dominan di CPU (269.334 vs 241.986) dan GPU (256.584 vs 219.756), menjadikannya pilihan lebih baik untuk gaming dan tugas berat.

Namun, Snapdragon 870 masih memimpin di aspek memori dan UX, yang berarti pengalaman pengguna sehari-hari bisa lebih lancar. Di Geekbench, Snapdragon 870 justru lebih unggul dengan skor single-core 1.274 dan multi-core 3.386, mengalahkan Snapdragon 7 Gen 3 yang mencetak 1.154 (single-core) dan 3.018 (multi-core).

Perbedaan Utama: Arsitektur dan Efisiensi

Snapdragon 7 Gen 3 dibangun dengan proses manufaktur 4nm TSMC yang lebih efisien dibandingkan 7nm pada Snapdragon 870. Chipset baru ini menggunakan inti Cortex-A715 dan Cortex-A510 yang lebih modern, meski clock speed-nya lebih rendah (2.63GHz vs 3.2GHz). Di sisi GPU, Adreno 720 pada 7 Gen 3 berjalan di frekuensi lebih tinggi (975MHz vs 670MHz), meski Adreno 650 di Snapdragon 870 memiliki lebih banyak shader.

Dalam hal kamera, Snapdragon 870 menawarkan ISP 14-bit untuk kualitas gambar lebih detail, sementara 7 Gen 3 memiliki triple ISP 12-bit dengan fitur canggih seperti Real-time object classification. Dari konektivitas, Snapdragon 7 Gen 3 mendukung Wi-Fi 6E dan modem X63, meski kecepatan unduh maksimal Snapdragon 870 (7.5Gbps) masih lebih tinggi.

Kesimpulan: Mana yang Lebih Baik?

Snapdragon 7 Gen 3 jelas lebih unggul dalam efisiensi, fitur terbaru, dan performa grafis. Namun, Snapdragon 870 masih bisa diandalkan untuk kebutuhan multitasking dan pengalaman harian yang mulus. Jika Anda menginginkan ponsel dengan dukungan teknologi terkini, Snapdragon Gen 3 adalah pilihan tepat. Namun, bagi yang mencari performa stabil dengan harga lebih terjangkau, Snapdragon 870 tetap layak dipertimbangkan.

Beberapa ponsel populer dengan Snapdragon 7 Gen 3 termasuk Vivo V40 dan Realme GT Neo 3T, sementara Snapdragon 870 bisa ditemukan di Samsung Galaxy S21 FE dan Xiaomi 11T.

Laptop Unik di Computex 2025: Inovasi yang Mengubah Masa Depan

Telset.id – Jika Anda mengira laptop masa depan hanya soal performa dan ketebalan, siap-siap terpukau. Computex 2025 baru saja memamerkan deretan laptop dengan desain revolusioner yang menantang batas portabilitas dan fungsionalitas. Dari layar lipat hingga kolaborasi seni klasik, inilah wajah baru komputasi mobile.

Pameran teknologi terbesar di Asia ini selalu menjadi ajang unjuk gigi inovasi, dan tahun 2025 tak terkecuali. Huawei, Razer, Lenovo, dan MSI membawa konsep yang tak hanya powerful, tetapi juga memukau secara visual. Mari kita telusuri satu per satu.

Huawei MateBook Fold Ultimate Design: Layar Lipat dengan Skala Baru

Foldable laptop mungkin bukan hal baru, tapi Huawei membawa konsep ini ke level lebih tinggi dengan MateBook Fold Ultimate Design. Layar OLED 18 inci beresolusi 3.3K ini bisa dilipat hingga seukuran laptop 13 inci, dengan ketebalan hanya 7.3mm dan bobot 1.16kg. Desainnya yang ramping dibalut material kulit memberi kesan premium.

Unique Laptops Announced at Computex 2025

Yang menarik, perangkat ini mengusung sistem operasi HarmonyOS, menawarkan integrasi mulus dengan ekosistem perangkat Huawei lainnya. Dengan engsel lipat terbesar (285mm), MateBook Fold Ultimate Design menjawab tantangan durabilitas yang sering jadi masalah di perangkat foldable.

Razer Blade 14 (2025): Monster Gaming dalam Tubuh Ramping

Razer kembali memukau dengan Blade 14 edisi 2025. Dengan ketebalan hanya 15.7mm dan berat 1.63kg, ini adalah laptop gaming 14 inci tertipis di pasaran. Tapi jangan remehkan kekuatannya—AMD Ryzen AI 9 365 dan RTX 5070 siap menghadirkan pengalaman gaming kelas atas.

Razer Blade 14 2025

Layar OLED 2.8K dengan refresh rate 120Hz dan cakupan warna 100% DCI-P3 menjadikannya sempurna baik untuk gaming maupun kreativitas. Dengan dukungan RAM hingga 64GB dan AI performance 50 TOPS, Blade 14 (2025) adalah bukti bahwa kekuatan dan portabilitas bisa berjalan beriringan.

Lenovo Yoga Book 9i (2025): Dual Screen untuk Kreativitas Tanpa Batas

Lenovo menghadirkan generasi terbaru Yoga Book 9i dengan dual layar OLED 14 inci yang mendukung refresh rate variabel 120Hz. Desain 360-degree hinge memungkinkan berbagai mode penggunaan, dari laptop standar hingga canvas digital untuk kreator.

Ditenagai Intel Core Ultra 7 255H dengan kemampuan AI, perangkat ini disebut-sebut sebagai salah satu laptop konten kreator terbaik. Warna yang akurat dan fleksibilitas bentuk membuatnya cocok untuk desainer, editor video, atau siapa pun yang butuh ruang kerja ekstra.

MSI: Kolaborasi Seni dan Balap dalam Dunia Laptop

MSI mencuri perhatian dengan dua kolaborasi unik. Pertama, Prestige 13 AI+ Ukiyo-e Edition yang menampilkan karya seni Hokusai “The Great Wave off Kanagawa” di bagian tutup—sebuah penghormatan pada seni klasik Jepang yang memenangkan COMPUTEX Best Choice Award.

Kedua, kolaborasi dengan Mercedes-AMG Motorsport melalui Stealth 16 AI+, yang membawa DNA balap dalam desain laptop performa tinggi. Kedua model ini ditenagai prosesor terbaru Intel dan AMD, dengan pilihan GPU hingga RTX 5070 untuk kebutuhan komputasi intensif.

Computex 2025 membuktikan bahwa inovasi di dunia laptop tak pernah berhenti. Dari form factor revolusioner hingga kolaborasi lintas industri, masa depan komputasi mobile terlihat semakin menarik. Manakah yang paling membuat Anda tergoda?

Sony Tutup PlayStation Stars, Program Loyalitas yang Gagal Memikat Gamer

Telset.id – Kabar mengejutkan datang dari Sony. Raksasa teknologi asal Jepang itu memutuskan untuk menghentikan program loyalitas PlayStation Stars yang diluncurkan pada 2022. Mulai 23 Juli 2025, pemain tak bisa lagi mengumpulkan poin, dan program ini akan benar-benar ditutup pada 2 November 2026.

PlayStation Stars semula dihadirkan sebagai bentuk apresiasi Sony kepada para gamer setia. Melalui program ini, pengguna bisa mengumpulkan poin dengan membeli game di PlayStation Store, menyelesaikan tantangan tertentu, atau meraih trofi. Poin tersebut kemudian bisa ditukar dengan kredit untuk pembelian game atau koleksi digital eksklusif.

Sayangnya, antusiasme komunitas gamer tak sebesar harapan Sony. Beberapa faktor seperti reward yang dinilai kurang menarik dan masalah teknis menjadi batu sandungan. Pada 2024 lalu, program ini bahkan sempat mengalami gangguan selama sebulan penuh akibat bug sistem.

Nasib Poin dan Koleksi Digital

Bagi Anda yang masih aktif mengumpulkan poin, Sony memberikan tenggat waktu hingga 23 Juli 2025. Setelah tanggal tersebut, tidak akan ada lagi kampanye atau reward baru. Namun, poin yang sudah terkumpul masih bisa ditukarkan hingga 2 November 2026.

Uniknya, meski program ini ditutup, koleksi digital yang sudah Anda dapatkan akan tetap bisa diakses. Ini menjadi angin segar bagi para kolektor yang selama ini menggemari fitur tersebut. Seperti diketahui, PlayStation Stars menawarkan berbagai figur digital unik yang bisa dipajang di profil PSN.

Masa Depan Program Loyalitas Sony

Dalam pernyataan resminya, Sony menyebut akan membangun inisiatif loyalitas baru berdasarkan pembelajaran dari PlayStation Stars. Meski belum diumumkan secara detail, spekulasi mengarah pada integrasi yang lebih dalam dengan PlayStation Plus atau program khusus untuk konsol generasi berikutnya.

Dengan penjualan PS5 yang telah mencapai 55 juta unit per Maret 2025, wajar jika Sony ingin mengalokasikan sumber daya untuk strategi yang lebih efektif. Apalagi, persaingan di industri gaming semakin ketat dengan hadirnya layanan cloud gaming dan game mobile berkualitas seperti Ages of Empires.

Reaksi komunitas pun beragam. Sebagian seperti akun @PlayStationSize di X mengapresiasi koleksi digital yang unik, sementara yang lain seperti @Genki_JPN mengkritik reward yang dinilai kurang sepadan dengan usaha yang dibutuhkan.

Lantas, apakah ini akhir dari program loyalitas Sony? Tentu tidak. Seperti platform virtual reality yang terus berevolusi, Sony pasti telah menyiapkan sesuatu yang lebih menarik. Pertanyaannya, apakah mereka bisa belajar dari kegagalan PlayStation Stars?