Telset.id, Jakarta – Di Jepang, ada kafe bernama Dawn ver.β yang karyawannya merupakan orang-orang penyandang disabilitas karena Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) ataupun cedera tulang belakang. Untuk melayani pelanggan, karyawan kafe Dawn ver.β menggunakan robot bernama OriHime-D yang dapat dikontrol.
Dengan menggunakan teknologi remote-piloting, mereka mampu mengontrol robot OriHime-D agar dapat menyajikan makanan atau minuman ke pelanggan.
Bahkan, karyawan kafe yang terletak di markas besar Nippon Foundation di Tokyo ini, dapat mengontrol robot OriHime-D dari rumah mereka masing-masing.
Dilansir Telset.id dari Metro, Sabtu (01/12/2018), karyawan juga dapat berinteraksi dengan pelanggan melalui teknologi suara yang ditanamkan ke robot.
Agar dapat mengontrol robot setinggi 4 kaki dengan desain yang ramping dan serba putih itu, karyawan akan terhubung melalui terminal komputer di ruangannya. Kemudian, mereka tinggal mengirimkan berbagai perintah seperti bergerak, berinteraksi, ataupun menangani objek.
Karena didukung oleh software yang mampu melacak pergerakan mata pengendali robot, maka yang dilakukan karyawan hanyalah fokus terhadap perintah untuk mengeksekusi aksi robot OriHime-D.
Menurut perusahaan teknologi Ory, yang mengembangkan robot bersama dengan Nippon Foundation, Dawn ver.β terinspirasi dari film anime Jepang yang populer, Time of Eve. Dalam film itu, robot dan manusia terlihat saling bekerja sama.
Mereka yang terlibat dalam proyek ini juga mengatakan, orang-orang penyandang disabilitas “kehilangan” kesempatan untuk mendapatkan uang. Para penyandang disabilitas juga kehilangan kemandirian dan interaksi dengan orang lain terlepas dari kondisi mereka.
Makanya, para karyawan yang mengontrol robot OriHime-D akan dibayar dengan upah 1.000 yen per jam atau sekitar Rp 126 ribu, sesuai standar untuk para pelayan di Jepang.
Kafe Dawn ver.β sendiri hanya bersifat sementara, karena akan dibuka sampai 7 Desember saja. Selama pembukaan, mereka berharap dapat menarik perhatian publik dan mendapatkan 1,5 juta yen melalui crowdfunding, untuk membiayai proyek ini.
Mereka yang berada di belakang proyek ini berharap, percobaan ini akan berhasil guna mewujudkan kafe yang permanen. Jika semuanya berjalan sesuai rencana dan mereka dapat mengumpulkan cukup uang, kafe ini dapat terwujud secara permanen pada awal 2020. (BA/FHP)