Telset.id, Jakarta – Aplikasi pesan asal China, WeChat, menghapus akses ke situs kencan Seeking Arrangement. WeChat mengambil langkah tersebut lantaran mengikuti aturan baru Pemerintah China. Aturan itu memang wajib ditaati oleh semua media sosial.
Pemerintah China menginstruksikan kepada semua media sosial untuk menghapus akses ke situs kencan Seeking Arrangement guna menciptakan komunitas online yang sehat. Otoritas akan menindak konten eksplisit atau bertentangan dengan Partai Komunis.
Menurut Gizmodo, situs kencan Seeking Arrangement tengah naik daun di China. Situs yang didirikan di Amerika Serikat pada 2006 tersebut memungkinkan para gadis untuk menjalin hubungan dengan pria tua nan kaya raya. Mereka juga bisa berkencan dengan pria pilihan.
Situs kencan Seeking Arrangement memang paling banyak diunduh oleh pengguna perangkat iOS di China, bahkan melebihi WeChat. Saat ini, WeChat memiliki sekitar satu miliar pengguna aktif bulanan. Sebelumnya, aplikasi kencan Tinder juga dilarang di China.
Pemerintah China memang punya otoritas lebih ke WeChat. Mereka bahkan bisa mengakses obrolan yang sudah dihapus WeChat. Mereka melakukannya untuk kepentingan investigasi. Warga China tidak bersikap sinis terhadap tindakan pemerintah setempat yang mengakses pesan sudah terhapus di WeChat.
Kabar soal akses pesan yang sudah dihapus di WeChat oleh pemerintah China kali pertama diketahui dari unggahan di media sosial. Komisi anti-korupsi China, Chaohu Municipal Discipline Inspection and Supervision Commission, menyatakan telah mendapatkan obrolan WeChat yang telah dimusnahkan untuk investigasi kasus.
Baca juga: Jomblo Wajib Tahu! Ini Situs Kencan Online Paling Populer
Sampai Februari 2018, WeChat telah mengantongi jumlah pengguna mencapai satu miliar. Secara hitungan, hanya Facebook dan WhatsApp yang memiliki pengguna lebih banyak daripada WeChat. Jumlah pengguna Facebook 2,1 miliar, sedangkan jumlah pengguna WeChat 1,5 miliar.
Upaya investigasi kasus dengan membuka percakapan di aplikasi pesan juga terjadi di Rusia. Pemerintah setempat meminta kunci enkripsi Telegram, aplikasi pesan asli Rusia, untuk menjaga kemungkinan serangan teroris. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh Telegram dengan alasan menghormati privasi para pengguna. [SN/HBS]
Sumber: Gizmodo