Telset.id, Jakarta – United Airlines memberdayakan robot raksasa seberat 100 pon untuk menyemprotkan cairan pembunuh kuman ke pesawat. NovaRover MicroSonic, demikian sang robot dipanggil, akan menyemprotkan bahan kimia anti-mikroba ke pesawat di 10 bandara.
NovaRover MicroSonic dirancang untuk menerapkan kabut super halus yang melapisi semua permukaan pesawat dalam radius 12 kaki hanya dengan sekali semprotan. NovaRover MicroSonic memiliki enam nozel ke enam arah berbeda.
“Semprotannya sangat sangat halus sehingga lapisan menjadi lebih baik di atas semua permukaan pesawat,” terang Direktur Kebijakan Operasi United Airlines, Scott Hildebrand, seperti dikutip Telset.id dari New York Post.
{Baca juga: Oase LSUV1, Sterilizer Canggih Bersihkan Gadget dari Bakteri}
Bahan kimia pembunuh kuman yang disemprotkan, Zoono Microbe Shield, membentuk penghalang pelindung yang menyerupai lapisan pin mikroskopis. Pin-pin itu akan menarik bakteri dan kuman, kemudian “menusuk” saat bersentuhan.
Pesawat akan mendapatkan sekali penyemprotan setiap tujuh hari. Namun demikian, seorang perwakilan EPA mengatakan bahwa produk pembunuh kuman tersebut hanya dipastikan efektif melawan jamur, lumut, dan ganggang.
“EPA tidak mengesahkan klaim kemanjuran atau tahan lama untuk produk itu,” kata perwakilan tersebut. Zoono Microbe Shield diklasifikasikan di bawah “tingkat toksisitas terendah” EPA, tetapi dianggap bisa mengganggu saluran pernapasan.
Sekadar informasi, NovaRover MicroSonic sudah menjalankan tugas di Bandara Chicago O’Hare. NovaRover MicroSonic segera menyemprotkan cairan pembunuh kuman ke pesawat di hub Amerika Serikat lainnya di Boston, Cleveland, dan Las Vegas.
Apa yang dilakukan United Airlines – dengan menyemprotkan pembunuh kuman ke pesawat, ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam mencegah penyebaran Covid-19.
{Baca juga: Robot Anjing Patroli di Pangkalan Angkatan Udara AS (VIDEO)}
Industri penerbangan sendiri tak dimungkiri menjadi salah satu sektor yang paling terdampak oleh adanya virus corona. Di Indonesia saja, industri penerbangan disebut telah kehilangan pendapatan hingga Rp 207 miliar akibat sejumlah pembatalan penerbangan yang dilakukan.
Kemerosotan jumlah penerbangan tersebut juga berdampak pada sektor pariwisata yang merupakan salah satu pendorong dan penyumbang devisa terbesar bagi banyak negara. [SN/IF]