Telset.id, Jakarta – Twitter akan membatasi retweet atau cuitan ulang guna lawan hoax atau misinformasi. Twitter berharap cara itu bakal membantu memerangi informasi yang salah menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
Saat ini, sangat mudah untuk membagikan ulang, me-retweet, atau meneruskan pesan di Twitter. Masalahnya, terkadang informasi yang dibagikan ulang, di-retweet, atau diteruskan dapat berisi informasi yang salah atau hoaks.
{Baca juga: Selesai Uji Coba, Kapan Twitter Rilis Fitur “Baca Sebelum Retweet”}
Praktik tersebut tentu akan memunculkan spekulasi, rumor, dan sampai batas tertentu menghadirkan keresahan. Jelang pilpres AS, Twitter pun mengambil peran dalam memerangi informasi yang salah di platform.
Menurut laporan Ubergizmo, seperti dikutip Telset.id, Senin (12/10/2020), Twitter sudah menyiapkan rencana untuk menempatkan beberapa pembatasan setiap kali pengguna akan mencoba me-retweet postingan.
Pengguna akan didorong untuk menambahkan komentar guna memberikan konteks lebih kepada postingan daripada sekadar me-retweet secara membabi buta. Twitter ingin para pengguna menelaah sebelum me-retweet.
“Kami berharap cara itu akan mendorong semua orang untuk tidak hanya mempertimbangkan sebuah cuitan, tetapi juga meningkatkan kemungkinan orang menambahkan pemikiran, reaksi, dan perspektif obrolan,” kata Twitter.
{Baca juga: Twitter akan Hapus Postingan Hitung Cepat Pilpres AS 2020}
Namun, kebijakan tersebut hanya akan berlaku sementara, terhitung mulai 20 Oktober 2020 hingga akhir pilpres AS. Platform seperti WhatsApp memperkenalkan fitur serupa untuk membatasi berapa kali pesan dapat diteruskan.