Trump-Jung-un Bertemu, Hacker Rusia Incar Korsel

Telset.id, Jakarta – Kelompok peretas berbasis di China dan Rusia dikabarkan membidik Korea Selatan (Korsel) dalam pertemuan antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut). Informasi tersebut datang dari FireEye, lembaga yang bergerak di bidang keamanan siber dan bermarkas di AS.

Presiden AS, Donald Trump, dan pemimpin Korut, Kim Jong-un, menurut rencana bakal bertemu pada Selasa (12/6) nanti di Singapura. Momen tersebut akan dimanfaatkan oleh kelompok peretas untuk menyerang Kementerian Luar Negeri dan lembaga keuangan Korsel.

“Kami memperkirakan, serangan siber akan makin intensif menyasar Korsel menjelang pertemuan Trump dan Jung-un,” kata Ben Read, analis spionase siber di FireEye seperti dikutip Telset.id dari Independent.

Trump dan Jung-un dijadwalkan bertemu di Sentosa Island guna mendiskusikan denuklirisasi Korut. Pertemuan itu akan menjadi yang kali pertama antara pemimpin AS dan Korut.

Sejumlah pihak menduga, pertemuan antara Trump dan Jung-un tersebut akan menghasilkan beberapa agenda, namun yang paling penting adalah deklarasi denuklirisasi atau pelucutan senjata nuklir.

Dua kelompok peretas yang diidentifikasi FireEye adalah TempTick dan Turla. Mereka adalah kelompok peretas yang didanai oleh negara. TempTick spernah terlibat dalam serangan organisasi di China serta institusi publik dan swasta di Jepang.

Berita Terkait: Peretas Rusia akan Bobol Jaringan Komputer di Seluruh Dunia

Aktivitas TempTick sudah dimulai sejak 2009. Sementara itu, Turla memulai aktivitasnya sejak 2006. Mereka secara konsisten menargetkan lembaga pemerintah di seluruh dunia. Mereka mencari informasi yang akan digunakan oleh Pemerintah Rusia untuk membuat keputusan.

Jong-un sudah tiba di Singapura pada Minggu (10/6). Ia disambut petugas keamanan di jalan-jalan ibukota negara tersebut. Konvoi pengawalan hilir mudik dari arah Bandara Internasional Changi ke pusat kota. Jong-un dan rombongan menginap di Fullerton Hotel.

Awal Juni 2018, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS juga mengaku kalau tahun lalu menemukan bukti alat penyadap komunikasi ponsel di sekitar Gedung Putih dan daerah sensitif lainnya di Washington DC. Temuan tersebut baru diumumkan pada Jumat (1/6).

Senator Ron Wyden mengatakan kepada publik bahwa pengumuman melalui surat yang ditulis kepadanya oleh pejabat Keamanan Dalam Negeri AS Christopher Krebs itu membuktikan para pejabat AS telah dimata-matai dan dilacak oleh agen mata-mata asing.

Wyden mengatakan bahwa perusahaan ponsel dan Komisi Komunikasi Federal harus mengambil tindakan. Mereka harus memperkuat sistem keamanan ponsel. Kalau hal tersebut tidak dilakukan, kasus serupa bakal terjadi pada kemudian hari dan membahayakan keamanan nasional.

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan bahwa alat penyadap yang dipasang mulai Januari hingga November 2017 tersebut telah memantau aktivitas para pejabat Gedung Putih. Alat itu memonitor panggilan telepon maupun teks yang masuk ke ponsel pribadi para pejabat AS. [SN/HBS]

Sumber: Independent

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI