Telset.id, Jakarta – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengampuni eks insinyur Google bernama Anthony Levandowski, yang dihukum lantaran melakukan tindakan “kejahatan rahasia dagang terbesar.”
Levandowski dijatuhi hukuman 18 bulan penjara pada Agustus 2020 lalu, karena mencuri dokumen proyek mobil swakemudi Google, Waymo. Ia melakukannya sebelum bekerja untuk raksasa ride-hailing Uber.
Trump memberinya pengampunan penuh pada Rabu (20/1/2021) pagi waktu setempat atau beberapa jam sebelum lengser. “Saya dan keluarga menyampaikan terima kasih,” kata Levandowski lewat Twitter.
Dikutip Telset dari New York Post, Jumat (22/1/2021), beberapa tokoh industri teknologi “sangat mendukung” pengampunan Levandowski, termasuk pemodal ventura Peter Thiel dan pendiri Oculus VR Palmer Luckey.
{Baca juga: Curi Data Perusahaan, Mantan Karyawan Google Dibui 18 Bulan}
Gedung Putih juga mencatat bahwa Hakim Distrik AS, William Alsup, menyebut bahwa Levandowski, yang sekarang masih berumur 40 tahun, sebagai seorang insinyur brilian serta inovatif, dibutuhkan oleh negara.
Namun, pernyataan itu tidak menyebut bahwa Alsup menolak memberikan hukuman lebih ringan kepada Levandowski. “Apa yang dilakukannya merupakan kejahatan rahasia dagang terbesar,” kata Alsup di pengadilan.
Alsup telah mengizinkan eks insinyur Google ini menunggu sampai pandemi virus corona mereda untuk memulai masa penjara. FBI menuduh Levandowski mengunduh 14.000 file Waymo saat akan pergi dari Google.
Levandowski kemudian membentuk perusahaan angkutan truk otonom bernama Otto, yang segera diakuisisi oleh Uber. Levandowski menghadapi 33 dakwaan dengan hukuman maksimal masing-masing 10 tahun.
Seperti Google, Tesla Juga Alami Nasib Serupa
Selain Google yang harus berurusan pidana dengan eks insinyur, kasus pencurian data oleh karyawan juga pernah dialami Tesla. Kala itu, karyawannya yang bernama Martin Tripp meretas sistem operasi manufaktur perusahaan, dan mentransfer beberapa gigabyte data ke pihak ketiga, sebelum akhirnya membuat klaim palsu ke media.
Tesla pun mengajukan gugatan terhadap Martin Tripp dengan tuntutan senilai USD 1 juta pada 2018. Trip sendiri diketahui sebelumnya bekerja di Gigafactory di Nevada.
{Baca juga: Tesla Menangkan Kasus Pencurian Data oleh Eks Karyawan}
Tindakan manajemen Tesla tak membuat Tripp keder. Ia justru mengungkap fakta resmi kepada Komisi Sekuritas dan Bursa AS,menyatakan bahwa Tesla menyesatkan investor dan membahayakan pelanggan.
Ngomong-ngomong soal kasus pencurian data di Tesla, sebelumnya mantan insinyur perusahaan bernama Guangzhi Cao juga pernah disebut mencuri data rahasia perusahaan. Data tersebut berisi sistem otopilot mobil listrik garapan perusahaan milik Elon Musk. [SN/IF]