Telset.id, Jakarta – Ada ungkapan yang cukup menggelitik di era digital ini, yakni ‘lebih baik ketinggalan dompet dibandingkan smartphone’. Wajar saja, dalam dunia yang semakin terhubung dimana berita, belanja ritel, perbankan dan hiburan tersedia selama 24 Jam pada berbagai perangkat mobile, rasa takut ketinggalan adalah fenomena yang masuk akal.
Menurut Nielsen Mobile Shopping, Banking and Payment Report yang dirilis kemarin, 53% konsumen global mengatakan bahwa mereka merasa tidak tenang jika berada jauh dari perangkat mobile mereka. 56% menyatakan tidak dapat membayangkan hidup tanpa perangkat mobile, dan 70% menyatakan perangkat mobile membuat hidup mereka menjadi lebih baik.
[Baca Juga : Permudah Transaksi, Doku Gunakan ‘PayByQR’ dari Dimo]
Dua pertiga responden global setuju bahwa interaksi tatap muka saat ini digantikan oleh interaksi melalui elektronik, namun itu mungkin tidak jadi masalah karena hampir setengah (47%) mengatakan bahwa mereka lebih suka berkomunikasi dengan teks daripada berbicara langsung.
Selain telah mentransformasi cara berkomunikasi dan cara untuk tetap terhubung satu sama lain, mobile juga telah merevolusi dunia ritel dan perbankan dengan memasukkan layanan keuangan kepada sekitar 2 juta konsumen yang tidak memiliki rekening bank di seluruh dunia.
Pertumbuhan akses pembayaran tanpa uang tunai diperkirakan akan menciptakan tambahan belanja konsumen sebesar USD10Triliun dalam sepuluh tahun mendatang, demikian menurut The Demand Institute, yang dioperasikan bersama oleh Nielsen dan The Conference Board.
Stuart Tagg, Financial Services Leader, Nielsen Eropa mengatakan, Mobile commerce memiliki implikasi yang sangat besar pada keseluruhan ekosistem ritel.
“Perangkat mobile tidak hanya membawa konsumen baru ke ekonomi yang modern dan terhubung, tapi juga memberikan pengalaman yang dapat lebih personal, karena produk dan jasa dapat lebih disesuaikan dengan perilaku, kebutuhan dan preferensi konsumen. Namun untuk mendorong penerimaan dan penggunaan harus dimulai dengan pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana konsumen berbelanja dan bertransaksi dalam dunia digital, dan kemudian menggunakan pemahaman itu untuk merancang strategi-strategi seputar kebiasaan dan preferensi mereka,”Kata Stuart dalam keterangannya di Jakarta, Senin (17/10/2016).
Hal tersebut juga diamini oleh pelaku bisnis uang elektronik. Menurut Yolanda Nainggolan, Senior VP PR dan Marketing DOKU, perubahan cara orang berbelanja dan bertransaksi dalam dunia digital perlu dibarengi dengan edukasi yang mendalam dan ekosistem yang mendukung. Untuk itu, DOKU berkomitmen untuk terus mempercantik “wajah” uang elektronik dengan memberikan rasa aman dan menyajikan beragam kemudahan.
“Salah satu upaya yang dilakukan DOKU adalah dengan memberikan kemudahan kepada pengguna uang elektronik DOKU dalam melakukan transaksi di merchant offline menggunakan layanan PayByQR. Ini jadi salah satu upaya kami dalam menciptakan ekosistem pembayaran non tunai yang terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat dan juga bentuk dukungan kami ke pemerintah dalam mewujudkan cashless society di Indonesia,” terang Yolanda saat dihubungi oleh Telset.id. (Maul/HZ)