Telset.id, Jakarta – Facebook meminta maaf setelah pengguna memperlihatkan postingan tentang gempa bumi di Lombok pada platform media sosial itu, yang dihiasi dengan gambar balon dan confetti.
Gempa berkekuatan 7 Skala Richer (SR) yang menghantam pulau wisata Lombok pada Minggu lalu itu bisa dikatakan bukan bencana biasa. Pasalnya bukan saja membuat puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal, tetapi juga menewaskan setidaknya 131 orang. Laporan terakhir yang beredar bahkan menyatakan bahwa jumlah korban tewas telah melonjak menjadi 347 jiwa.
Baca juga: Facebook dkk Kompak Cekal Ahli Konspirasi Alex Jones
Banyak pengguna Indonesia menulis pesan di Facebook menggunakan kata ‘selamat’, yang bisa berarti ‘aman’ tetapi juga ‘ucapan selamat’, sehingga memicu animasi perayaan.
“Fitur (animasi otomatis untuk ucapan selamat dalam posting) tersedia secara luas di Facebook secara global. Namun kami menyesal bahwa itu muncul dalam konteks yang tidak menguntungkan ini dan sejak itu kami mematikan fitur tersebut secara lokal,” kata juru bicara jejaring sosial terbesar di dunia itu, seperti dilansir channelnewsasia, Kamis (9/8/2018).
Lembaga bantuan mengatakan krisis kemanusiaan muncul di Lombok, yang diguncang oleh gempa mematikan lain pada bulan lalu dan menewaskan 17 orang, dengan ribuan korban bencana sangat membutuhkan air bersih, makanan, obat-obatan dan tempat tinggal.
Banyak orang di pulau itu telah menggunakan fitur Pemeriksaan Keamanan Facebook, yang diluncurkan pada 2014, karena memungkinkan pengguna memberitahu teman dan keluarga bahwa mereka dalam kondisi aman pasca bencana.
“Hentikan saya menyingkirkan Facebook, keamanan check-in terlalu penting,” kata blogger perjalanan Charlie Burness di Twitter.
“Menunggu teman-temanku di Lombok untuk check in (lagi)”.
Baca juga: Misterius, Ada Emoji Pesawat di Fitur Reaction Facebook
Menurut Manajer Media Sosial Untuk Komite Internasional Palang Merah (ICRC) Siane Monreal, perusahaan media sosial ini harus mengambil tindakan pencegahan yang lebih baik ketika merancang fitur yang akan digunakan selama bencana seperti gempa di Lombok.
“Bayangkan jika Anda menunggu berjam-jam tanpa ada kabar dari orang-orang yang Anda cintai. Anda mengkhawatirkan yang terburuk. Lalu akhirnya Anda melihat di Facebook bahwa mereka baik-baik saja dan kemudian Anda melihat balon,” katanya kepada Reuters.
“Itu bukan perayaan, dan itu tidak pantas,” kata dia. [WS/IF]
Sumber : Channelnewsasia