Telset.id, Jakarta – Pentagon merencanakan pertempuran udara antara jet tempur dengan pilot asli melawan jet tempur yang dikendalikan oleh pilot AI atau kecerdasan buatan (artificial intelligence). Siapa menang?
Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, mengumumkan kontes 2024 saat pidato soal pengembangan AI untuk pertarungan yang diyakini oleh para pejabat dapat menandai titik balik teknologi pertempuran pesawat udara.
{Baca juga: Google Janji Tak Pakai AI untuk Proyek Senjata Pentagon}
Bahkan, menurut New York Post, seperti dikutip Telset.id, Minggu (13/9/2020), Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan atau DARPA melakukan beberapa simulasi pertempuran antara pilot manusia dan mesin.
F-16 Fighting Falcon yang dikendalikan Pilot AI menang mudah dalam ronde terbaru. Kemenangan AI menunjukkan kemampuan algoritma canggih untuk mengungguli manusia dalam pertempuran udara virtual.
Simulasi tersebut akan berujung kepada kompetisi dunia nyata yang melibatkan pesawat taktis skala penuh pada 2024. Namun, Esper menekankan bahwa sebuah mesin tidak akan sepenuhnya menggantikan manusia.
“Kami melihat AI sebagai alat untuk membebaskan sumber daya, waktu, dan tenaga sehingga orang-orang kami dapat fokus kepada tugas-tugas dengan prioritas lebih tinggi. Metode kami sesimpel itu, demikian tegasnya.
Selama tantangan AlphaDogfight baru-baru ini, Heron Systems yang berbasis di Maryland ada di posisi pertama di antara delapan perusahaan yang mengadu jet tempur simulasi satu sama lain selama dua hari.
{Baca juga: Ribuan Karyawan Minta Google Keluar dari Proyek AI Pentagon}
Sistem Heron mengalahkan pilot F-16 dalam lima simulasi Dogfights di final Man-vs-Machine”. Jet AI menggunakan manuver konfrontatif selama simulasi, termasuk terbang langsung ke pesawat lain tanpa berhenti.
Penggunaan teknologi AI di militer AS sendiri masih menjadi kontroversi. Hal itu dipicu karena pihak Pentagon belum lama ini menjalin kerja sama dengan Google dalam sebuah proyek militer.
Google sendiri sudah mengeluarkan peraturan terkait keterlibatan perusahaan dalam proyek militer Amerika Serikat bernama Maven. Satu poin peraturan yang termuat adalah larangan penggunaan AI atay kecerdasan buatan dalam membuat senjata.
Jurubicara Google mengatakan bahwa perusahaan akan mempertimbangkan masukan dari para karyawan yang patuh kepada komitmen tidak ingin terlibat dalam proyek pembuatan senjata berbasis AI. Para eksekutif Google sempat memperdebatkan keputusan terkait proyek dari Pentagon itu.
Dalam sebuah diskusi yang dipimpin oleh Head of Defense and Intelligence Sales Google, Scott Frohman; Chief Scientist Google Cloud, Fei-Fei Li, mengungkapkan kekhawatiran bahwa keterlibatan perusahaan dalam Proyek Maven akan mengundang protes keras, terutama dari para karyawan. [SN/HBS]