Telset.id, Jakarta – Bos Huawei, Ren Zhengfei, menegaskan bahwa Amerika Serikat (AS) tetap menjadi “suar teknologi” yang harus ditiru. Menurutnya, Huawei harus mempertimbangkan pemotongan produk setelah tindakan AS.
Pernyataan Ren dipublikasikan pada Jumat (22/1/2021), seperti dikutip Telset dari Reuters. Namun, komentar itu disampaikan dalam sebuah surat kepada staf tertanggal Juni 2020 dan dibagikan untuk kali pertama di papan pesan perusahaan.
Kata-kata publik tersebut merupakan yang pertama dari Huawei sejak Joe Biden mengambil alih tampuk kepresidenan dari Donald Trump. Namun demikian, Huawei masih diam tentang prospeknya di bawah pemerintahan presiden baru AS.
{Baca juga: TrenForce: Huawei akan Terlempar dari Produsen HP Paling Laris 2021}
Surat Ren mengatakan, tindakan AS telah meninggalkan Huawei dengan ketidaksesuaian antara strategi dan kemampuan. Perusahaan harus mengevaluasi beberapa lini produk dan mempertimbangkan untuk melakukan serangkaian efisiensi.
Surat itu diposting secara terbuka setelah eks sub-merek Huawei, Honor, mengumumkan kemitraan pasokan baru dengan perusahaan chip besar, termasuk Intel dan Qualcomm, yang sebelumnya kehilangan akses karena juga tindakan AS.
Huawei menjual Honor ke konsorsium agen dan diler pada November 2020 untuk membantu mendapatkan kembali akses ke pasokan chip. Surat Ren juga mengatakan, Huawei akan sementara mempertahankan struktur gaji karyawan.
Surat tersebut tidak menyebutkan pemerintahan Biden secara khusus meski para analis mengatakan bahwa Huawei akan membutuhkan penangguhan hukuman dari Washington guna menghidupkan kembali bisnis telepon dan infrastruktur 5G.
Huawei PHK Pegawai di AS Lantaran Embargo Trump
Sebelumnya, sebagai buntut dari embargo AS, Huawei dilaporkan telah memangkas jumlah pegawainya di luar China, dengan melakukan PHK di Amerika Serikat (AS). Semua tak lepas dari embargo yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump terhadap perusahaan asal China itu.
Seperti diketahui, pemerintah AS memasukkan Huawei ke daftar hitam. Dengan kebijakan tersebut, Huawei sulit bekerja sama dengan perusahaan Negeri Paman Sam. Kebijakan itu pun menyengsarakan perusahaan tersebut.
{Baca juga: Profesor China Mengaku Tipu FBI dalam Kasus Huawei}
Menurut CNBC, Huawei akan memecat para pegawai di divisi pengembangan bernama Futurewei. Futurewei diketahui mempunyai 850 pegawai di lab riset dan pengembangan di Texas, California, serta Washington.
Seperti dikutip Telset.id, Senin (15/7/2019), total ada 1.500 pegawai di AS. Asal tahu saja, perusahaan ini berfokus kepada penjualan alat telekomunikasi untuk operator nirkabel di pedesaan. [SN/IF]