Telset.id, Jakarta – Router WiFi atau sistem WiFi di rumah bisa dipakai untuk mengukur pernapasan, terutama bagi yang memiliki gangguan tidur seperti sleep apnea hingga catathrenia.
Router WiFi bisa Anda manfaatkan untuk mendeteksi banyak masalah pernapasan berkat penemuan ilmuwan di National Institute of Standards and Technology.
Ilmuwan mengembangkan cara memakai router untuk mengukur pernapasan dan mengidentifikasi kesulitan seseorang dalam bernapas karena memancarkan frekuensi radio.
Frekuensi tak kasat mata tersebut bergerak di sekitar rumah, memantul atau melewati semua yang ada di sekitarnya, termasuk dinding, furnitur, bahkan orang.
BACA JUGA:
- Keren! Mobil Terbang Bakal jadi Transportasi di Ibu Kota Nusantara
- Wah Keren, Rumah Ramah Lingkungan Ini Dibuat Pakai Printer 3D
Gerakan dan pernapasan Anda akan sedikit mengubah jalur sinyal WiFi manakala bergerak ke arah ponsel, laptop, dan perangkat lain yang sedang terhubung.
Telset kutip dari Tom’s Guide, Jumat (23/12/2022), ilmuwan menemukan cara analisis perubahan sangat kecil itu untuk mengetahui seseorang sulit bernapas.
Pada 2020, saat ventilator langka pada awal pandemi Covid-19, Jason Coder sebagai pemimpin Grup Metrologi Spektrum memikirkan cara untuk membantu.
Lantaran tidak ada waktu untuk mengembangkan perangkat baru, Coder dan tim lantas memikirkan cara membuat alat bantu menggunakan teknologi yang ada.
Coder bersama rekan-rekan di Kantor Laboratorium Sains dan Teknik FDA menggunakan router Wi-Fi yang tersedia untuk mengukur laju pernapasan seseorang.
Untuk melakukannya, mereka menggunakan informasi status saluran atau CSI, yakni sekumpulan sinyal yang dikirim dari laptop atau smartphone ke router.
Tujuannya untuk mengamati distorsi saat sinyal WiFi memantul dari seseorang. Tim memodifikasi firmware router untuk mendapatkan aliran jadi lebih sering.
Aliran dibuat menjadi 10 kali per detik sehingga Coder dan rekan-rekan dapat memiliki gambaran yang lebih detail tentang bagaimana sinyal berubah-ubah.
Mereka membuat manikin khusus yang mereplikasi kondisi pernapasan, mulai lambat tidak normal, asma, pneumonia, hingga penyakit paru obstruktif kronik.
Ketika manikin bernapas, gerakan dada mengubah jalur sinyal WiFi. Meskipun dapat mengumpulkan banyak data, para ilmuwan masih harus memahami semuanya.
Mereka mengembangkan algoritma pembelajaran mendalam bernama BreatheSmart yang menyisir semua data CSI yang di tangkap. Algoritma mengenali pola.
BACA JUGA:
- Disney Bikin Sistem AI untuk Ubah Wajah Jadi Muda atau Tua
- Miliaran “Planet Jahat” Melayang Tanpa Terikat dengan Bintang
Hal tersebut mengindikasikan masalah pernapasan yang berbeda dengan tingkat keberhasilan 99,54 persen. Algoritme BreatheSmart pun bekerja secara baik.
Algoritma mampu mengidentifikasi sejumlah kondisi pernapasan berbeda. Coder dkk pun berharap pengembang akan menggunakan temuan inovatif tersebut.
Imuwan telah mendemonstrasikan cara menggunakan router WiFi untuk mengukur pernapasan. Ada harapan cara itu dikembangkan untuk keperluan medis. [SN/IF]