Terancam Punah Tenggelam, Negara Tuvalu akan Pindah ke Metaverse

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Karena suhu global yang semakin meningkat, sebuah negara kepulauan Tuvalu akan pindah ke Metaverse karena negaranya nyaris tenggelam. Tujuan pindah ke Metaverse untuk melestarikan budaya dan sejarahnya.

Berbicara di KTT Iklim COP27, Menteri Luar Negeri Tuvalu Simon Kofe mengatakan bahwa Tuvalu akan pindah ke Metaverse untuk melestarikan budaya dan sejarah negaranya karena permukaan laut yang semakin tinggi.

“Saat tanah kami menghilang, kami tidak punya pilihan selain menjadi negara digital pertama di dunia. Tanah kami, lautan kami, budaya kami adalah aset paling berharga dari rakyat kami” kata Kofe selama KTT Iklim COP27.

“Dan untuk menjaga mereka aman dari bahaya, apa pun yang terjadi di dunia fisik, kami akan memindahkan mereka ke cloud,” tambahnya.

Pada KTT COP26 tahun lalu, Kofe menjadi perhatian publik karena berpidato di air laut setinggi lutut pada saat konferensi berlangsung untuk memperlihatkan secara langsung ancaman perubahan iklim yang nyata terhadap negara Tuvalu.

Dalam pidato terbarunya, yang dikutip Telset dari Engadget, Kofe mengatakan bahwa Metaverse mungkin akan menjadi rumah potensial bagi semua negara jika tidak ada upaya global untuk mengatasi masalah iklim ini.

“Hanya upaya global bersama yang dapat memastikan bahwa Tuvalu tidak berpindah ke dunia online (Metaverse) secara permanen dan menghilang selamanya dari dunia fisik,” kata Kofe.

“Tanpa hati nurani dan komitmen global untuk kesejahteraan kita bersama, kita akan segera melihat seluruh dunia bergabung bersama Tuvalu secara online saat tanah mereka sudah menghilang” tandasnya.

Sebagai informasi, Tuvalu adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari sembilan pulau yang terletak di antara Australia dan Hawaii. Negara “liliput” ini memiliki jumlah penduduk hanya 12.000 jiwa.

Sementara itu, para ilmuwan iklim kini tengah mengantisipasi sejumlah negara yang terancam hilang akibat tenggelam pada akhir abad 21 akibat perubahan iklim yang ekstrim, salah satunya adalah Tuvalu.

Para ilumwan menargetkan 1,5C yang direkomendasikan oleh Perjanjian Paris untuk menghindari iklim yang jauh lebih buruk. Dunia hanya memiliki waktu delapan tahun untuk mengurangi emisi global tahunan sebesar 45 persen lagi.

Untuk membatasi kenaikan suhu hingga di bawah 2C, diperlukan tambahan pengurangan emisi karbon sebesar 30 persen. [FY/HBS]

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI