Telset.id, Jakarta – Jika Anda pernah bertanya-tanya seperti apa suara tabrakan supernova dan gugusan galaksi, NASA akan memberikan jawabannya. NASA telah memposting beberapa video hasil program “sonifikasi data” untuk menggambarkan betapa dahsyatnya tabrakan itu.
Menurut laporan New York Post, The Bullet Cluster atau sekelompok galaksi berusia 3,7 miliar tahun cahaya dari Bumi memberikan bukti pertama bahwa materi gelap dapat dilihat melalui lensa gravitasi dalam video buatan NASA.
“Dalam mengubahnya menjadi suara, data mendatar dari kiri ke kanan serta setiap lapisan data dibatasi dalam rentang frekuensi tertentu,” demikian tulis NASA melalui situs resmi, seperti dikutip Telset, Rabu (16/12/2020).
Data materi gelap diwakili oleh frekuensi terendah, sedangkan sinar-X ditetapkan ke frekuensi tertinggi. Mayoritas galaksi dalam gambar yang diungkap data Hubble berada dalam gugus dengan frekuensi rentang menengah.
{Baca juga: Ilmuwan Prediksi Waktu Kiamat Alam Semesta, Kapan?}
Kemudian, berdasarkan laporan dari NASA, di dalam setiap lapisan, tinggi nada diatur untuk meningkat dari bagian bawah gambar ke atas. Dengan begitu, objek di bagian atas bisa menghasilkan rona lebih tinggi.
Chandra X-ray Observatory, yang telah mengamati galaksi-galaksi jauh selama hampir satu generasi, membantu dalam produksi video suara tabrakan supernova dan gugusan galaksi dari NASA tersebut.
Video itu dijuluki sebagai “Nebula Kepiting”. Asal tahu saja, Nebula Kepiting pertama ditemukan pada 1054 Masehi.
NASA berujar, “mesin abadi” dari nebula dapat dilihat dengan teleskop modern. Rotasi nebula dan medan magnet kuat, yang menghasilkan semburan materi dan antimateri, diterjemahkan dalam panjang gelombang berbeda.
“Sinar-X dari Chandra (biru dan putih) terbuat dari kuningan, data cahaya optik dari Hubble (ungu) adalah string, dan data inframerah dari Spitzer (merah muda) dapat didengar di woodwinds,” demikian penjelasan NASA.
Masih terkait dengan supernova, para ilmuwan sebelumya telah menemukan supernova paling terang yang berjuluk SN2016aps. Bukan cuma paling terang saja, SN2016aps juga paling energetik dan mungkin paling masif.
Sebuah makalah tentang penelitian itu diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy. “SN2016aps spektakuler dalam beberapa hal,” kata Edo Berger, profesor dan rekan penulis Universitas Harvard.
{Baca juga: Astronom Berhasil Lihat Supernova Paling Terang}
Momen ledakan bintang terbesar ini jauh lebih mengalahkan supernova normal sebanyak 500 kali.
“Output energi yang kuat dari supernova tersebut menunjuk ke nenek moyang bintang yang sangat masif. Saat lahir, bintang itu setidaknya mencapai 100 kali massa Matahari kita,” jelas Berger.
Selain besar, para ilmuwan juga terkejut dengan tingginya tingkat gas hidrogen di SN2016aps. “SN2016aps mendorong kami untuk berteori bahwa dua bintang yang kurang masif telah bergabung,” ujarnya. (SN/MF)