Peneliti Kembangkan Kulit Elektronik yang Bisa Rasakan Sakit

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta  – Para peneliti mengembangkan kulit elektronik yang bisa merasakan sakit. Kulit buatan mereka bereaksi seketika saat tekanan, panas, atau dingin mencapai ambang batas yang menyakitkan.

Konsep membuat kulit buatan bukanlah hal baru. Bukan hal baru juga bahwa kulit buatan dapat dibuat untuk “merasakan” hal-hal yang disentuh. Kini, para peneliti di RMIT telah mengambil langkah lebih jauh.

{Baca juga: Terinspirasi Star Wars, Ilmuwan Ciptakan Kulit Elektronik}

Menurut laporan Ubergizmo, seperti dikutip Telset.id, Senin (7/9/2020), para peneliti di RMIT mengembangkan kulit elektronik buatan yang tampaknya memungkinkan untuk merasakan segala rasa sakit.

“Tidak ada teknologi elektronik yang mampu secara realistis meniru rasa sakit yang sangat manusiawi. Kulit buatan kami bereaksi mencapai ambang batas menyakitkan,” kata ketua peneliti Madhu Bhaskaran.

Temuan tersebut merupakan langkah maju dalam pengembangan masa depan sistem umpan balik canggih yang dibutuhkan. Tujuannya untuk menghadirkan prostetik dan robotika yang benar-benar pintar dan cerdas.

Kulit itu dibuat menggunakan perangkat elektronik tipis yang dilengkapiensor tekanan, lapisan reaktif suhu, dan sel memori seperti otak. Perkembangan awal berhasil menghasilkan kulit yang cukup sensitif.

{Baca juga: Ilmuwan Bikin Model Penelitian Embrio dari Sel Induk Manusia}

“Rasa sakit adalah cara yang berguna untuk menjauhkan orang dari bahaya. Jika menginjak duri dan merasakan sakit, Anda tahu tidak boleh melakukannya lagi. Cara itu berguna bagi penderita diabetes,” terangnya.

Sebelumnya, para peneliti Singapura telah mengembangkan “kulit elektronik” yang mampu menciptakan rasa sentuhan. Inovasi tersebut hadir lantaran para ilmuwan terinspirasi oleh film Star Wars.

Menurut laporan New York Post, inovasi kulit elektronik ini digadang bakal memungkinkan orang dengan kaki palsu untuk mendeteksi objek serta merasakan tekstur, bahkan suhu.

Peneliti National University of Singapore menyebut, perangkat berjuluk ACES atau Asynchronous Coded Electronic Skin tersebut terdiri atas 100 sensor kecil dan berukuran sekitar 1 sq cm (0,16 inci persegi).

Mereka mengklaim, ACES dapat memproses informasi lebih cepat daripada sistem saraf manusia, mampu mengenali hingga 30 tekstur berbeda, dan dapat membaca huruf Braille dengan akurasi 90 persen.

“Manusia perlu merasakan tekstur. Namun, kulit mampu mendeteksinya hanya dengan satu sentuhan. Kami menggunakan algoritma kecerdasan buatan,” kata pemimpin tim peneliti, Benjamin Tee.

Demonstrasi yang dilakukan oleh para peneliti menunjukkan bahwa alat itu dapat mendeteksi bola tegangan yang empuk dan lunak. Alat tersebut juga bisa menentukan bahwa bola plastik padat itu keras.

{Baca juga: Peneliti Ciptakan Kulit Elektronik yang Bisa Sembuh Sendiri}

“Ketika kehilangan indra sentuhan, Anda pada dasarnya menjadi mati rasa. Dengan menciptakan versi buatan kulit, kami meyakinkan Anda dapat memegang tangan dan merasakan kehangatan,” imbuh Tee.

Tee mengatakan, konsep tersebut terinspirasi oleh adegan dari trilogi film “Star Wars”. Karakter Luke Skywalker kehilangan tangan kanan dan digantikan oleh tangan robot sehingga bisa merasakan sentuhan. [SN/HBS]

 

SourceUbergizmo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI