Telset.id, Jakarta – Kabar mengejutkan datang, menyebut bahwa TikTok ketahuan kumpulkan data pengguna perangkat berbasis Android. Praktik kotor tersebut dilaporkan terjadi pada akhir tahun lalu.
Baru-baru ini, Amerika Serikat (AS) berargumen bahwa TikTok mengumpulkan data pengguna sehingga menimbulkan risiko bagi keamanan nasional. AS pun secara tegas bakal melarang aplikasi video itu.
Menurut laporan The Wall Street Journal, seperti dikutip Telset.id dari Ubergizmo, Kamis (13/8/2020), tudingan AS tampaknya tak dibuat-buat. Sebab, jelang akhir 2019, TikTok melakukan praktik kotor.
TikTok kumpulkan data pengguna perangkat bersistem operasi Android dalam bentuk alamat MAC. Tidak seperti cookie yang mudah dihapus, alamat MAC adalah pengenal unik dalam iklan digital.
{Baca juga: Apakah Microsoft Beli Bisnis TikTok di Seluruh Dunia?}
Biasanya, MAC mengidentifikasi perangkat. Dan rupanya, TikTok telah mengeksploitasi kelemahan keamanan Android, yang menurut pendiri AppCensus, Joel Reardon, tidak pernah ditutup oleh Google.
Laporan juga mengklaim bahwa TikTok tampaknya telah menimbun alamat MAC yang dikumpulkan setidaknya selama 15 bulan. Google sejak itu menyatakan sedang intens menyelidiki kasus serius tersebut.
Juru bicara TikTok mengklaim bahwa aplikasi telah diperbarui sehingga tidak lagi mengumpulkan alamat MAC pengguna. Namun, banyak pihak bilang TikTok terlambat karena kerusakan telanjur terjadi.
{Baca juga: Senat Larang PNS Akses TikTok Pakai Perangkat Pemerintah}
Sebelumnya, TikTok dan karyawannya di Amerika Serikat (AS) dilaporkan akan membawa pemerintahan Presiden Trump, yang akan resmi melarang TikTok di AS September nanti, ke pengadilan. Mereka tak terima aplikasi video itu dilarang di negeri Paman Sam.
Gugatan karyawan TikTok di AS terhadap perintah eksekutif Trump sendiri akan terpisah dari gugatan yang menunggu keputusan dari ByteDance. Hal itu disampaikan Mike Godwin, pengacara para karyawan TikTok.
Trump pun lantas meminta kepada perusahaan AS untuk membeli operasional TikTok di AS. Muncul nama Microsoft sebagai kandidat kuat pangakuisisi aplikasi itu. Ada pula nama Twitter sebagai pesaing Microsoft. [SN/IF]