Dianggap Sebar Berita Palsu, Google Didenda Rusia Rp 5,6 Triliun

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Google Alphabet didenda 21,1 miliar rubel atau sekitar Rp 5,6 trliun oleh pengadilan Moskow. Google dituduh gagal menghapus konten yang dianggap ilegal oleh Rusia, seperti “berita palsu” tentang konflik di Ukraina.

Moskow sejatinya telah lama membuat aturan ketat mencekal distribusi konten berita dari media asing di platform Google yang dianggap telah melanggar batasan aturan.

Hubungan semakin memanas pasca konflik Rusia dan Ukraina sejak Februari lalu. Rusia merasa gerah karena berita tentang invasi di Ukraina menjadi topik hangat di Google. Berita mengenai hal itu marak disajikan oleh media-media online.

Berita mengenai invasi Rusia di Ukraina menjadi konsumsi publik di seluruh dunia. Para pembaca mengaksesnya melalui mesin milik Google. Gara-gara itulah, Google kena denda Rp 5,6 triliun oleh pengadilan Moskow, karena dianggap gagal menghapus konten ilegal.

BACA JUGA:

Seperti Telset kutip dari Reuters, Senin (18/7/2022), YouTube menjadi target kemarahan Moskow. Tapi tidak seperti Facebook, Instagram, dan Twitter, YouTube sampai sekarang belum diblokir.

Secara khusus, Rusia mengkritik YouTube karena tidak menghapus “kepalsuan” tentang operasi militer khusus di Ukraina, yang mendiskreditkan angkatan bersenjata Federasi Rusia.

YouTube juga disebutkan mengizinkan konten yang mempromosikan pandangan ekstremis dan menyerukan anak-anak untuk berpartisipasi dalam protes yang tidak sah.

Google dikabarkan tidak mengajukan banding atas vonis denda tersebut, karena denda itu dihitung sebagai bagian dari omset tahunannya di Rusia. Kasus serupa pernah terjadi pada akhir tahun lalu, dimana Google didenda 7,2 miliar rubel.

Rekening bank unit Rusia Google telah disita, mendorong anak perusahaan untuk mengajukan pailit sehingga sulit membayar staf dan vendor.

Seperti diketahui, Rusia mengatakan sedang melakukan “operasi militer khusus” di Ukraina untuk meredakan ancaman terhadap keamanan dan melindungi penganiayaan.

BACA JUGA:

Ukraina dan sekutu Baratnya menolak tuduhan tersebut, dan mengatakan tuduhan itu hanyalah sebagai dalih tak berdasar untuk perampasan tanah secara ilegal.

Anton Gorelkin, wakil kepala komite parlemen untuk kebijakan informasi, menyebut bahwa raksasa internet itu tidak menghormati dan merasa tidak peduli pada hukum Rusia.

“Tidak sulit untuk memprediksi apa yang akan memicu sikap ini. Google berisiko kehilangan pasar Rusia,” demikian tulis Gorelkin di Telegram. [SN/HBS]

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI