Telset.id – Setelah satu dekade bertahan dengan kompensasi yang relatif stabil, CEO NVIDIA Jensen Huang akhirnya mengambil langkah berani: menaikkan gajinya sendiri secara signifikan. Bagaimana tidak, total paket kompensasinya kini mencapai $49,9 juta atau sekitar Rp 800 miliar per tahun—lonjakan yang mencerminkan kesuksesan fenomenal NVIDIA di era AI.
Berdasarkan dokumen proxy yang diajukan ke SEC, gaji dasar Huang naik 50% menjadi $1,5 juta per bulan. Namun, bagian terbesar justru berasal dari penghargaan saham senilai $38,8 juta. Yang menarik, gaji median karyawan NVIDIA “hanya” $300.000—artinya Huang menghasilkan 166 kali lipat lebih banyak. Angka ini mungkin terkesan jomplang, tapi cukup masuk akal mengingat NVIDIA kini bernilai $3 triliun berkat dominasinya di pasar komputasi AI.
Dari Underdog Jadi Raja AI
Keputusan Huang menerima kenaikan gaji ini bukan tanpa alasan. Di bawah kepemimpinannya, NVIDIA berhasil membaca tren AI lebih cepat daripada kompetitor. Sementara perusahaan lain masih ragu-ragu, Huang sudah memfokuskan NVIDIA pada pengembangan GPU untuk machine learning—keputusan yang membuahkan hasil luar biasa belakangan ini.
“Ini contoh klasik bagaimana visi seorang CEO bisa mengubah permainan,” kata seorang analis industri yang enggan disebutkan namanya. “Huang melihat potensi AI sebelum kebanyakan orang menyadarinya, dan sekarang NVIDIA memetik hasilnya.”
Baca Juga:
Masih “Murah” Dibandingkan CEO Lain
Meski angka $49,9 juta terdengar fantastis, kompensasi Huang sebenarnya masih lebih rendah dibandingkan beberapa CEO teknologi lainnya. Lisa Su dari AMD, misalnya, memiliki gaji dasar $1,26 juta—hanya sedikit di bawah Huang. Sementara itu, CEO perusahaan seperti Apple dan Alphabet bisa mendapatkan paket bernilai ratusan juta dolar.
Namun, kekayaan Huang tidak hanya berasal dari gaji. Menurut Bloomberg Billionaire Index, ia menduduki peringkat ke-17 orang terkaya dunia dengan kekayaan $97,9 miliar—sebagian besar berasal dari kepemilikan saham NVIDIA. Dengan kinerja saham yang terus meroket, bukan tidak mungkin ia akan masuk 10 besar dalam waktu dekat.
Tantangan terbesar NVIDIA—dan Huang—kini adalah mempertahankan dominasi di tengah ketegangan geopolitik. Pembatasan ekspor ke China, misalnya, telah memaksa NVIDIA mengembangkan produk khusus yang mematuhi regulasi AS. Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, hubungan dengan pasar China memang selalu rumit untuk perusahaan teknologi AS.
Lalu, apakah kenaikan gaji ini pantas? Bagi sebagian orang, angka $800 miliar setahun mungkin terlihat berlebihan. Tapi bagi pemegang saham NVIDIA yang menikmati keuntungan ribuan persen, Huang jelas layak mendapatkan setiap sen-nya.