Telset.id, Jakarta – Elon Musk kembali membuat gebrakan, dengan mengumumkan akan beri saham ke karyawan perusahaan X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Namun, pemberian saham ini datang dengan syarat yang cukup menantang, menambah ketegangan di antara staf yang sudah berjuang di tengah perubahan besar di perusahaan tersebut.
Dalam sebuah email yang ditemukan oleh The Verge, Musk menyampaikan bahwa karyawan akan diberikan opsi saham berdasarkan dampak yang diantisipasi dari kontribusi mereka terhadap perusahaan.
BACA JUGA:
- Serangan DDOS Jadi Penyebab Wawancara Trump di X Tertunda
- Kantor Twitter X di San Francisco Bakal Ditutup, Kenapa?
Hal ini berarti, setiap staf harus menyerahkan ringkasan satu halaman yang merinci kontribusi mereka, untuk dinilai oleh pimpinan perusahaan.
Langkah ini jelas menunjukkan bahwa hanya mereka yang dianggap memberikan kontribusi signifikan yang akan mendapatkan bagian dari saham tersebut.
Pemberian saham ini mungkin terdengar menarik, tetapi faktanya, ini menambah beban bagi karyawan yang sudah menghadapi ketidakpastian di bawah kepemimpinan baru.
Proses promosi yang sebelumnya telah ditunda tanpa penjelasan, membuat suasana kerja di perusahaan menjadi semakin tegang.
Kini, dengan adanya kewajiban menyerahkan laporan kontribusi, tekanan di kalangan staf pun meningkat.
Sumber dari dalam perusahaan juga menyebutkan bahwa X masih berutang penyegaran ekuitas tahunan kepada karyawan, yang seharusnya dibagikan pada bulan April.
Ini semakin memperburuk situasi, mengingat Elon Musk sebelumnya telah menjanjikan bahwa karyawan akan dapat mencairkan saham mereka secara berkala, mirip dengan mekanisme yang diterapkan di SpaceX.
BACA JUGA:
- xAI Luncurkan ChatBot Grok untuk Pengguna Premium Twitter X
- Twitter X Menambah Aturan Postingan Terkait Politik dan Pemilu
Pada penyegaran saham terakhir yang dilakukan pada bulan Oktober 2023, perusahaan menilai X sebesar $19 miliar—jauh di bawah harga $44 miliar (sekitar Rp677 triliun) yang dibayarkan Musk saat mengakuisisi perusahaan tersebut.
Selama proses tersebut, karyawan menerima RSU (Restricted Stock Units) dengan harga saham sebesar $45 (sekitar Rp693 ribu), yang menunjukkan penurunan signifikan dalam valuasi perusahaan. [FY/IF]
