Telset.id – Metaverse sebagai konsep teknologi virtual yang diprediksi akan mengubah cara berkomunikasi di masa depan. Meski diklaim sebagai teknologi masa depan, namun metaverse juga membawa dampak atau efek negatif bagi kehidupan umat manusia, mulai dari pencurian data, cyberbullying, dan lain. Seperti apa dampaknya?
Metaverse menjadi topik perbincangan yang hangat, karena menggabungkan teknologi virtual reality, augmented reality, dan video menjadi satu kesatuan. Akan tetapi, perpaduan teknologi reality yang diusung metaverse disebut memiliki efek negatif bagi kehidupan manusia.
Dilansir dari CNBC, beberapa pakar kesehatan mental mengatakan bahwa metaverse membawa dampak yang lebih buruk daripada media sosial, khususnya bagi anak-anak dan remaja.
Para pakar menilai, metaverse menunjukkan dampak negatif, seperti pencurian data, intimidasi, pelecehan atau cyberbullying, dan lain sebagainya. Terbukti, seorang wanita dalam forum resmi Horizon Worlds di Facebook mengaku telah “dilecehkan” secara virtual.
Baca juga: Mengenal Dunia Virtual Metaverse
Mengutip dari New York Post, ia menyebut bahwa pelecehan secara seksual menimpa avatarnya. Tak hanya dia, pengguna lain pun menjadi korban pelecehan yang sama.
Selain kasus-kasus tersebut, ada banyak dampak dan efek negatif dari dunia metaverse bagi kehidupan umat manusia. Ada apa saja? Berikut tim Telset rangkumkan untuk Anda para pembaca setia.
1. Pencurian Data
Sebelum masuk ke era metaverse, masalah pencurian data pribadi sudah jadi isu penting dan menjadi perhatian publik. Kita semua tahu, sebelum menggunakan platform yang terhubung secara online, kita perlu melakukan pendaftaran dengan mengisi data diri yang diperlukan.
Mulai dari email, password, nama lengkap, tanggal lahir, dan lain sebagainya. Malah, untuk beberapa aplikasi, pengguna diwajibkan memasukkan data yang aman privasi, seperti NIK hingga nomor KK.
Tapi sayangnya, dunia internet sangat rawan sekali pencurian data. Sudah banyak kasus data-data pribadi masyarakat yang dibobol dan dijual oleh hacker di forum ilegal. Sebut saja kebocoran data Facebook, BPJS, eHAC Peduli Lindungi, dan lain sebagainya.
Baca juga: Ahli Siber Ungkap Penyebab Kasus Kebocoran Data
Rangkaian kasus pencurian data kerap terjadi lewat berbagai skema penyerangan, seperti phishing, scamming, malware, memanfaatkan celah keamanan pada sistem, dan lain sebagainya.
Bisa jadi, di era metaverse yang lebih canggih, para hacker pun menemukan cara yang lebih hebat untuk pencurian data penting dari “penghuni dunia virtual” di masa mendatang. Misalnya saja, melalui kontak virtual dan lain sebagainya.
2. Iklan yang Dipersonalisasi Semakin Marak
Dampak dan efek negatif lainnya dari dunia metaverse bagi kehidupan manusia ke depannya adalah, penambangan data dan peredaran iklan akan semakin merajalela. Sudah menjadi rahasia umum, platform online memanfaatkan data kebiasaan pengguna ponsel untuk memberikan iklan yang telah dipersonalisasi kepada tiap pengguna.
Data-data yang ditambang antara lain, keyword pencarian, waktu akses, device pengguna, dan lain sebagainya, yang digunakan untuk membuat model kepribadian dan pola perilaku pengguna agar sesuai dengan iklan yang ditayangkan.
Baca juga: Begini Cara Kerja Metaverse
Begitu juga dengan metaverse. Dunia virtual ini akan menjadi tempat di mana banyak dari pengguna menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Berbagai hal bisa dilakukan secara digital, seperti belanja online, bermain game, sampai berkomunikasi.
Oleh sebab itu, penambangan data pengguna akan semakin digencarkan demi membuat strategi iklan yang tepat sasaran. Diprediksi, pengguna akan dibombardir oleh iklan yang sangat dipersonalisasi, tepat waktu, dan bertarget di dunia metaverse ini.
3. Membuat Kecanduan
Dunia metaverse membawa dampak negatif lainnya, yakni menimbulkan kecanduan atau adiktif. Sama seperti media sosial, dunia virtual metaverse akan dibuat sedemikian rupa agar pengguna tetap berada di dalam platform dan terlibat selama mungkin.
Anda tahu film Ready Player One? Pada film yang menggambarkan dunia virtual di masa depan itu, digambarkan bahwa masyarakat begitu ketagihan dengan game bernama OASIS. Orang-orang bisa menghabiskan waktu seharian untuk bermain, mencari item eksklusif, hingga menyelesaikan misi rahasia pada game.
Baca juga: Tips Mengatasi Kecanduan Media Sosial
Kurang lebih, dunia metaverse nanti pun menimbulkan adiktif yang sama. Apalagi, dunia virtual masa depan ini menawarkan pengalaman dan lingkungan tanpa batas.
Pengguna bisa membuat dunianya sendiri, masuk ke dunia yang baru, berkomunikasi dengan pengguna lainnya, dan melakukan berbagai hal selayaknya dunia nyata. Ditambah lagi dengan algoritma yang mungkin disematkan oleh developer yang berusaha selalu menari perhatian pengguna agar tetap betah di dalam dunia virtualnya.
4. Menimbulkan Ketidakpuasan dalam Diri
Tidak jarang, orang merasa dirinya tidak cukup baik dan sempurna setelah melihat media sosial. Dilansir Telset dari Make us of pada Rabu (2/2/2022), para peneliti telah menemukan hubungan antara penggunaan media sosial dengan tekanan perbandingan sosial.
Dalam sebuah studi tahun 2014 di Journal of Social and Clinical Psychology, ditemukan fakta bahwa para peserta survei merasa tertekan setelah menghabiskan banyak waktu di Facebook karena merasa buruk saat membandingkan diri mereka dengan orang lain yang mereka lihat.
Apalagi, sifat media sosial yang difilter dan dikuratori meningkatkan tekanan yang membuat orang-orang mengunggah pencapaian tertentu agar dilihat pengguna lainnya.
Baca juga: Metaverse Mengubah Gaya Hidup Manusia
Kehadiran dunia virtual metaverse bisa memperburuk dampak negatif tersebut. Intinya, kebebasan dan kemampuan pengguna dalam menggambarkan diri melalui avatar 3D bisa meningkatkan ketidakpuasan dengan diri di dunia nyata.
Asal tahu saja, di metaverse terdapat fitur yang memungkinkan pengguna menyesuaikan tampilan avatar mereka sesuka hati. Dengan makin canggihnya teknologi visual, personalisasi avatar pun bakal semakin kompleks. Namun itu juga akan menimbulkan kecemasan dan ketidakpuasan dalam diri semakin meningkat.
5. Cyberbullying Semakin Parah
Sudah banyak kasus cyberbullying yang terjadi di media sosial, meski platform terkait juga berjuang untuk mengatasi hal tersebut. Diprediksi, perilaku pelecehan seperti ini juga akan terjadi lebih masif di dunia metaverse.
Tindak cyberbullying di dunia virtual akan terasa lebih mengancam dan menyusahkan, karena korban akan langsung terdampak dengan aksi pelecehan tersebut.
Sebagai contoh, pada game VR buatan Meta bernama Horizon Worlds, terjadi kasus cyberbullying dan pelecehan seksual yang memberikan dampak psikologis bagi korbannya. Hal ini diperparah dengan dukungan dari orang lain kepada pelaku dan tekanan kepada korban.
Tanpa adanya kebijakan dan peraturan yang ketat, dampak dan efek negatif cyberbullying ini akan semakin mudah berkembang di dunia metaverse. Hal inipun yang membuat orang akan menolak untuk mencoba dan melihat potensi besar dari dunia virtual masa depan tersebut.
Baca juga: Tren Dunia Metaverse
Kami sebenarnya yakin bahwa metaverse akan menjadi sebuah pencapaian besar sekaligus dapat mengubah cara berkomunikasi dan berperilaku orang-orang di masa depan. Namun harus diakui, dunia virtual metaverse juga membawa dampak buruk dan efek negatif bagi kehidupan umat manusia.
Lantas, bagaimana cara menyikapinya saat era metaverse benar-benar datang? Beberapa saran kami berikan kepada Anda, sebagai berikut:
- Siapkan mental dan jangan mudah terlena ataupun tergoda dengan orang asing yang terlihat menarik (secara visual).
- Perbanyak informasi tentang dunia virtual. Beberapa informasi sudah kami berikan soal dunia metaverse.
- Jangan membagikan kontak atau data pribadi kepada orang asing.
- Jauhi orang-orang toksik yang bisa memberikan pengaruh buruk kepada kehidupan Anda.
Well itu tadi rangkuman dampak negatif dari dunia metaverse bagi kehidupan manusia. Semoga menjadi informasi yang bermanfaat bagi Anda semua. (MF/HBS)