Telset.id, Jakarta – ByteDance pecat 4 karyawan yang telah mengakses data dari beberapa pengguna aplikasi TikTok yang berasal dari Amerika Serikat.
Dari beberapa pengguna TikTok yang datanya diakses oleh karyawan yang sudah dipecat adalah seorang jurnalis di Amerika Serikat.
Berdasarkan informasi dari The New York Times, penyelidikan yang dilakukan oleh firma hukum dari luar mendapatkan informasi bahwa karyawan tersebut berusaha menemukan sumber data yang bocor kepada wartawan.
4 karyawan tersebut, terdiri dari dua karyawan yang berlokasi di Amerika Serikat, dan dua lainnya berada di China, Tempat asal dari ByteDance.
BACA JUGA:
- ByteDance Siapkan “Streaming Musik TikTok”, Bakal Jadi Pesaing Spotify
- Pecat Dewan Direksi Twitter, Elon Musk Ingin Jadi Direktur Tunggal
ByteDance dilaporkan menetapkan bahwa anggota tim yang bertanggung jawab untuk memantau kegiatan pengguna, dan karyawan itu mengakses alamat IP dan data lainnya yang ditautkan ke akun TikTok wartawan dari BuzzFeed dan Cristina Criddle dari Financial Times.
Selain itu, para pegawai tersebut juga mengakses data beberapa orang lainnya yang memiliki dengan wartawan. Sementara itu Forbes mengklaim bahwa ByteDance melacak tiga reporternya yang sebelumnya bekerja untuk BuzzFeed.
Dikutip Telset dari Engadget, ByteDance menyampaikan pernyataan kepada media Variety, bahwa mereka memecat karyawan yang telah melakukan penyalahgunaan wewenang yang sangat buruk, dan tindakannya tidak sejalan dengan upaya perusahaan di TikTok.
“Pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang tersebut, yang tidak lagi bekerja di ByteDance, merupakan penyalahgunaan wewenang yang parah, untuk mendapatkan akses ke data pengguna. Perilaku buruk ini tidak dapat diterima, dan tidak sejalan dengan upaya kami di TikTok untuk mendapatkan kepercayaan dari pengguna kami,” kata ByteDance.
Pada bulan Oktober lalu, Forbes melaporkan bahwa anggota departemen Audit Internal dan Pengendalian Risiko ByteDance berencana memanfaatkan TikTok untuk melacak lokasi dari beberapa warga Amerika tertentu.
Namun, ByteDance membantah klaim tersebut, walaupun laporan dari Forbes tersebut mengikut hasil penyelidikan internal.
Sementara itu, ByteDance mengungkapkan kepada media Times telah melakukan restrukturisasi departemen terkait dan mencegahnya mengakses data dari pengguna di Amerika.
CEO ByteDance Rubo Liang menyampaikan lewat memo kepada para karyawan bahwa tindakan yang dilakukan oleh karyawan yang sudah dipecat tersebut merupakan pelanggaran kode etik perusahaan.
“Tidak peduli apa penyebab atau hasilnya, penyelidikan yang salah arah dibuat oleh karyawan secara serius melanggar Kode Etik perusahaan dan dikutuk oleh perusahaan,” tegas Liang.
Di sisi lain, berita investigasi dan pemecatan karyawan ini muncul di tengah berbagai upaya pelarangan TikTok di Amerika. Terhitung lebih dari 12 negara bagian, termasuk Georgia dan Texas, telah memblokir aplikasi tersebut di perangkat milik pemerintah Amerika.
BACA JUGA:
- TikTok Mau Dicaplok Oracle, ByteDance Minta Restu China
- ByteDance Dapat Perpanjangan Waktu Penjualan TikTok
Pada awal bulan Desember, RUU bipartisan berusaha melarang secara efektif aplikasi TikTok pada perangkat konsumen Amerika, bersama dengan aplikasi media sosial yang berhubungan dengan China, Rusia, Kuba, Iran, Korea Utara, dan Venezuala.
Sementara itu, Senat telah menerima tagihan sekitar $ 1,7 triliun, yang mencakup keputusan untuk mlarang TikTok di sebagian besar perangkat yang dikeluarkan oleh pemerintah federal. Namun, akan ada beberapa pengecualian untuk pejabat terpilih, staf kongres, dan penegak hukum.
Menurut laporan dari Times, ByteDance mengatakan bahwa karyawan yang dipecat mengakses data historis yang rencananya akan dihapus dari server datanya sendiri di Amerika dan Singapura.
ByteDance pada bulan Juli lalu juga mengalihkan para pengguna TikTok ke server Oracle, dan server tersebut menjadi lokasi penyimpanan data pengguna dari Amerika, tetapi pada saat itu ByteDance terus mencadangkan data di servernya sendiri. [FY/HBS]