Telset.id – Bayangkan hidup dalam ekonomi digital yang semakin maju, namun akses keuangan dasar seperti rekening bank hanya dinikmati oleh 24,3% dari komunitas Anda. Inilah realitas yang dihadapi penyandang disabilitas Indonesia menurut data BPS 2023. Kesenjangan inilah yang mendorong Rupiah Cepat, platform fintech lending terkemuka, mengambil langkah strategis dengan menggelar program literasi keuangan khusus untuk komunitas disabilitas.
Dalam rangka Bulan Inklusi Keuangan Nasional (BIKN) 2025, Rupiah Cepat tidak sekadar mengikuti tren, tetapi benar-benar menyelami akar masalah. Platform peer-to-peer lending ini menjalin kemitraan strategis dengan Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), lengkap dengan penyerahan dana CSR senilai Rp100 juta dan serangkaian kegiatan edukasi finansial. Acara bertema “Pemerataan Akses Keuangan untuk Kalangan Disabilitas” yang digelar di Gowork Menara Rajawali, Kuningan, Jakarta pada 9 Oktober 2025 ini bukan sekadar formalitas, melainkan respons konkret terhadap data yang memprihatinkan.
Meski Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 menunjukkan peningkatan indeks inklusi keuangan nasional menjadi 80,51%, angka ini ternyata tidak merata. Penyandang disabilitas masih tertinggal jauh, dengan hanya 14,2% yang memiliki akses kredit dibandingkan 20,1% pada rumah tangga non-disabilitas. Lebih memprihatinkan lagi, kepemilikan produk keuangan swasta seperti asuransi individu masih di bawah 2% di kalangan disabilitas.
Komitmen Nyata di Balik Angka-angka
Direktur Utama Rupiah Cepat, Anna Maria Chosani, dengan tegas menyatakan posisi perusahaan dalam acara tersebut. “Rupiah Cepat percaya bahwa literasi keuangan adalah hak semua kalangan, tanpa terkecuali,” ujarnya. Pernyataan ini bukan sekadar retorika, mengingat platform ini telah melayani sekitar 6,9 juta penerima dana dengan total dana tersalurkan lebih dari Rp31,8 triliun sejak berdiri tahun 2017.
Komitmen Rupiah Cepat terhadap inklusi keuangan sejalan dengan upaya berbagai pelaku industri lainnya. Seperti yang dilakukan Indosat dan Mastercard dalam memperluas inklusi keuangan Indonesia, kolaborasi multipihak menjadi kunci keberhasilan. Bahkan GoPay juga menyiapkan program khusus untuk mendorong inklusi keuangan pelaku UMKM, menunjukkan bahwa gerakan ini memang membutuhkan pendekatan menyeluruh.
Baca Juga:
Sinergi Multipihak untuk Solusi Berkelanjutan
Kehadiran Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Yasmine Meylia, dalam acara tersebut menegaskan pentingnya kolaborasi. “Data menunjukkan adanya kesenjangan inklusi keuangan di kelompok disabilitas. Karena itu, kolaborasi antara platform P2P, asosiasi, regulator, dan komunitas sangat penting,” tegas Yasmine.
Pendekatan kolaboratif ini juga terlihat dalam berbagai inisiatif lain di industri. Finmas misalnya, meluncurkan aplikasi mobile untuk mempercepat inklusi keuangan, membuktikan bahwa solusi teknologi menjadi salah satu jawaban atas tantangan yang ada. Yang menarik, Rupiah Cepat sendiri telah menerapkan sistem manajemen keamanan informasi dengan sertifikasi ISO 27001, menunjukkan komitmen terhadap keamanan data pengguna yang menjadi concern utama dalam transformasi digital.
Ketua Umum PPDI, H. Norman Yulian, menyambut baik inisiatif Rupiah Cepat ini. “Kami berharap dukungan ini menjadi jalan menuju pemerataan akses keuangan, agar penyandang disabilitas dapat semakin mandiri dan berdaya,” paparnya. Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa yang dibutuhkan bukan sekadar bantuan, tetapi pemberdayaan yang berkelanjutan.
Dari CSR Menuju Transformasi Sosial
Langkah Rupiah Cepat ini bisa menjadi preseden penting dalam industri fintech. Dengan kontribusi CSR yang terstruktur dan berorientasi pada solusi, perusahaan tidak hanya memenuhi tanggung jawab sosial, tetapi juga membangun ekosistem yang lebih inklusif. Program ini diharapkan dapat menjadi role model bagi industri fintech lainnya dalam menghadirkan program yang tidak hanya komersial, tetapi juga memiliki dampak sosial jangka panjang.
Pertanyaannya kini: akankah inisiatif seperti ini mampu mengubah landscape inklusi keuangan Indonesia secara signifikan? Dengan dukungan OJK yang sedang mengarahkan pemberian akses keuangan kepada penyandang disabilitas, serta komitmen dari pelaku industri seperti Rupiah Cepat, harapan itu semakin nyata. Yang jelas, langkah kecil hari ini bisa menjadi awal dari perubahan besar untuk masa depan ekonomi digital yang benar-benar inklusif.
Sebagai platform yang beroperasi di bawah PT. Kredit Utama Fintech Indonesia dan diawasi OJK, Rupiah Cepat membuktikan bahwa bisnis yang sehat tidak harus mengabaikan tanggung jawab sosial. Justru dengan membangun ekosistem yang inklusif, sustainability bisnis jangka panjang justru semakin terjamin. Inilah yang membedakan perusahaan yang sekadar mencari profit dengan yang benar-benar ingin menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.