Telset.id, Jakarta – iPhone 14 merupakan produk terbaru Apple yang akan dibuat di India. Keputusan tersebut diambil karena melihat India sebagai pasar smartphone terbesar kedua di dunia setelah China.
iPhone 14 bukan produk pertama Apple yang diproduksi di India. Sebelumnya sudah ada beberapa produk yang dibuat disana, seperti iPhone SE, iPhone 12, dan iPhone 13.
Apple yang berkantor pusat di Cupertino, California, Amerika Serikat, mulai memproduksi iPhone di India pada tahun 2017. iPhone SE menjadi produk pertama yang sepenuhnya dibuat di Negeri Bollywood itu.
iPhone 14 yang diluncurkan pada awal bulan ini, menjadi produk smartphone terbaru Apple yang akan diproduksi di India. Ada empat model yang diluncurkan, yakni iPhone 14, iPhone 14 Plus, 14 Pro, dan 14 Pro Max.
BACA JUGA:
- Apple Mulai Produksi iPhone 14 “Made in India”, Lebih Murah?
- Apple Produksi iPhone SE (2020) di India, Harga Dipastikan Turun
Menurut sumber di perusahaan, iPhone 14 ‘Made in India’ akan mulai menjangkau pelanggan lokal dalam beberapa hari ke depan. Ponsel yang diproduksi di India akan dipasarkan untuk pasar lokal India dan juga diekspor.
iPhone 14 buatan India akan dikirim dari fasilitas pabrik perakitan milik Foxconn Sriperumbudur di pinggiran Chennai, India. Foxconn adalah produsen elektronik terbesar di dunia, dan merupakan pabrik perakitan utama iPhone.
Saat dihubungi, Apple dalam sebuah pernyataan kepada PTI mengatakan: “Kami senang bisa memproduksi iPhone 14 di India.” “Jajaran iPhone 14 baru memperkenalkan teknologi baru yang inovatif dan kemampuan keamanan yang penting,” katanya.
“Kami senang bisa memproduksi iPhone 14 di India. Seri iPhone 14 yang baru diluncurkan memperkenalkan teknologi inovatif dan keamanan penting,” demikian terang Apple.
iPhone 14 diluncurkan pada 7 September 2022 lalu, dan sudah tersedia untuk pelanggan di India, AS dan secara bersamaan juga tersedia dibeberapa negara lainnya sejak 16 September 2022.
Apple punya sejarah panjang di India, yang dimulai lebih dari 20 tahun yang lalu. Apple meluncurkan toko online-nya di negara itu pada September 2020, dan mengatakan akan terus menambah toko ritel Apple di India untuk beberapa tahun ke depan.
Ekspansi manufaktur iPhone di India baru-baru ini didasarkan pada beberapa inisiatif Apple di negara tersebut, termasuk App Design and Development Accelerator di Bengaluru dan program dengan organisasi lokal untuk mendukung pelatihan dan pengembangan energi terbarukan bagi masyarakat.
Pasar India yang dinamis berubah menjadi “sweetspot” bagi raksasa teknologi AS itu. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua di dunia, India menjadi pasar yang seksi buat Apple. Menurut laporan keuangan terbaru, pendapatan Apple naik hampir dua kali lipat di negara itu pada kuartal kedua yang berakhir Juni 2022.
“Kami membuat rekor pendapatan pada Juni 2022 di AS, Eropa, dan Asia Pasifik. Kami juga membuat rekor di pasar maju dan berkembang,” kata CEO Apple, Tim Cook.
Tim Cook menyebutkan bahwa ada pertumbuhan kuat sampai dua digit di Brasil, Indonesia, dan Vietnam. Sementara pendapatan Apple di India naik hampir dua kali lipat.
Sebuah laporan baru-baru ini oleh JP Morgan tentang ‘Relokasi Rantai Pasokan Apple’ memperkirakan bahwa Apple “kemungkinan akan memindahkan sekitar 5 persen dari produksi iPhone 14 ke India mulai akhir 2022 dan mencapai 25 persen pada 2025”.
Sebuah laporan yang baru-baru ini dirilis oleh JP Morgan, memperkirakan bahwa Apple kemungkinan bakal memindahkan lima persen produksi iPhone 14 ke India. Diperkirakan juga bahwa hampir 25 persen dari semua produk Apple, akan diproduksi di luar China pada tahun 2025 dibandingkan dengan lima persen saat ini.
“Ketegangan perdagangan AS-China memulai siklus relokasi produksi dan pencarian pendekatan manufaktur `China+1′, untuk rantai pasokan Apple mulai akhir 2018,” kata laporan JP Morgan.
Pandemi Covid-19 sempat mengerem proses relokasi ini selama dua tahun terakhir. Tetapi dengan meredanya kekhawatiran pandemi, banyak perusahaan di rantai pasokan Apple yang mempercepat upaya relokasi rantai pasokannya, termasuk di India.
“Risiko rantai pasokan (seperti lockdown terkait Covid-19 di Shanghai/Shenzhen) kemungkinan akan menjadi kekuatan pendorong utama untuk pergerakan ini dalam dua hingga tiga tahun ke depan,” tambahnya.
Negara-negara Asia Tenggara dan Selatan, seperti India, Vietnam, Thailand, telah menjadi lokasi yang lebih disukai untuk diversifikasi geopolitik dari China untuk vendor rantai pasokan Apple.
Menurut analis JP Morgan analis, hal itu mengingat biaya tenaga kerja di negara-negara tersebut lebih rendah, dukungan tenaga kerja terampil yang memadai, serta kebijakan dan dukungan pemerintah yang menarik kepada investor.
Sementara pasar smartphone yang berkembang pesat, telah membuat India seperti “gadis seksi” di mata para investor. Di tambah lagi, kebijakan pemerintah New Delhi di sektor elektronik telah mendorong pemasok global besar untuk berekspansi di India, dan mendorong pemain baru untuk mendirikan basis produksi di negara tersebut.
Setelah merasakan kesuksesan di manufaktur smartphone lokal, India bergerak cepat untuk meniru kesuksesan dengan bagian lain dari ekosistem elektronik, karena melakukan upaya yang solid untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Pemerintah India telah meluncurkan insentif menarik untuk memacu produksi lokal dan ekspor peralatan telekomunikasi dan jaringan serta produk IT, dan skema semikonduktor Rs 76.000 crore diumumkan akhir tahun lalu untuk meningkatkan produksi chip dan panel layar buatan lokal.
Untuk menarik perusahaan-perusahaan raksasa teknologi global, seperti Intel dan TSMC, pada pekan lalu pemerintah India membuat paket semikonduktor terbaru yang lebih menarik, dengan meningkatkan dukungan fiskal untuk fasilitas baru di seluruh node teknologi untuk menutupi 50 persen dari biaya proyek.
Indonesia Harusnya Tiru India
BACA JUGA:
- Bukan “Made in China”, iPhone di Eropa Buatan India
- iPhone 14 Series Resmi Lolos TKDN, Siap Masuk Indonesia
Indonesia nampaknya harus berkaca pada India yang sukses menggarap pasar dalam negerinya dengan banyak menarik investor asing yang mau menanamkan modalnya di negara tersebut.
Mantan Penasihat Umum Lembaga Pengembangan Internasional Amerika Serikat (USAID), John Gardner membeberkan penghambat bagi perusahaan AS untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Gardner menyebutkan bahwa perusahaan AS kesulitan berinvestasi di Indonesia karena ada banyaknya regulasi di pemerintahan yang harus dilalui para investor agar mendapatkan izin menanamkan modal.
“Data menunjukkan bahwa regulasi di Indonesia tidak mendukung perusahaan-perusahaan AS untuk berinvestasi di Indonesia,” ungkap Gardner, seperti dikutip dari Kontan.co.id.
Dia mengatakan, berdasarkan penelitian USAID, ada sekitar 15.000 peraturan di tingkat menteri yang berkaitan dengan investasi, dan 95% di antaranya baru disahkan pada tahun 2010.
Selain di pemerintah pusat, Gardner juga menyinggung hambatan para investor yang muncul dari aturan pemerintah daerah (Pemda).
“Beberapa peraturan pemerintah daerah bisa sangat berbahaya terhadap upaya menarik investasi asing (FDI),” tutur Gardner.
Kalau sudah begitu, Indonesia akhirnya hanya jadi pasar bagi para produsen dunia untuk menjual produknya di sini. Harusnya Indonesia bisa meniru India yang memudahkan para investor menanamkan modalnya di Indonesia. [SN/HBS]