Telset.id – Bayangkan jika kita bisa memprediksi jalur badai dengan akurasi hampir sempurna, atau mengetahui pola cuaca ekstrem sebelum terjadi. Itulah yang ditawarkan oleh Aurora, model AI terbaru dari Microsoft yang disebut-sebut sebagai terobosan dalam dunia prediksi cuaca.
Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Nature, Aurora tidak hanya lebih cepat dan murah dibanding metode tradisional, tapi juga lebih akurat. Sistem ini berhasil memprediksi seluruh badai di tahun 2023 dengan presisi yang mengalahkan pusat prediksi cuaca konvensional, termasuk National Hurricane Center AS.
Revolusi dalam Prediksi Cuaca
Aurora bekerja dengan cara yang berbeda dari model prediksi cuaca tradisional. Alih-alih mengandalkan prinsip fisika dasar, AI ini belajar dari data historis. Hasilnya? Biaya komputasi yang ratusan kali lebih rendah dan kecepatan yang jauh lebih tinggi.
“Untuk pertama kalinya, sistem AI bisa mengungguli semua pusat operasional dalam prediksi badai,” ujar Paris Perdikaris, profesor teknik mesin di University of Pennsylvania yang terlibat dalam penelitian ini.
Keunggulan Aurora terlihat jelas dalam kasus Topan Doksuri tahun 2023. Sementara prediksi resmi saat itu memperkirakan topan akan menuju utara Taiwan, Aurora sudah memprediksi empat hari sebelumnya bahwa Filipina yang akan menjadi sasaran. Prediksi ini ternyata benar – Doksuri menjadi topan termahal yang pernah tercatat di Pasifik.
Baca Juga:
Persaingan Ketat di Dunia AI Cuaca
Aurora bukan satu-satunya pemain di bidang ini. Huawei sudah lebih dulu memperkenalkan model Pangu-Weather pada 2023, sementara Google mengklaim GenCast mereka mengungguli akurasi European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF) dalam 97% kasus.
Namun, Aurora memiliki keunggulan khusus. Sistem ini mengalahkan model ECMWF dalam 92% kasus untuk prediksi global 10 hari, dengan resolusi sekitar 10 kilometer persegi. Padahal, ECMWF selama ini dianggap sebagai patokan global untuk akurasi cuaca.
Florence Rabier, Direktur Jenderal ECMWF, mengakui perkembangan ini. “Kami sangat serius menanggapi hal ini,” katanya. ECMWF sendiri sudah mengembangkan model pembelajaran mereka sendiri yang diklaim 1.000 kali lebih murah dalam hal waktu komputasi dibanding model fisik tradisional.
Perkembangan ini bisa menjadi titik balik dalam cara kita memprediksi cuaca, terutama di era perubahan iklim dimana badai dan cuaca ekstrem semakin sering terjadi. Dengan kemampuan prediksi yang lebih baik, kita bisa mempersiapkan diri lebih awal untuk menghadapi bencana alam.
Meski belum dikomersialkan, Aurora dan model AI sejenis berpotensi menyelamatkan ribuan nyawa dan miliaran dolar kerugian setiap tahunnya. Seperti yang diungkapkan Perdikaris, “Kita berada di awal era transformasi dalam ilmu sistem udara.”