Beranda blog

Samsung Galaxy Z Fold7 & Gemini: Cerita dari Jeju tentang Masa Depan AI

0

Jeju, Korea Selatan — Ada yang istimewa dari perjalanan saya kali ini bersama Samsung. Di tengah sejuknya udara dan pemandangan indah Pulau Jeju, saya bersama sejumlah wartawan dan influencer dari Indonesia diajak untuk merasakan langsung pengalaman menggunakan Samsung Galaxy Z Fold7. Bukan sekadar memegang perangkat baru, tetapi mencoba bagaimana smartphone lipat ini dipadukan dengan Galaxy AI dan Google Gemini untuk menemani aktivitas sehari-hari.

Ketika Layar Lipat Bertemu AI

Samsung Galaxy Z Fold7 jelas mencuri perhatian dengan desain lipatnya yang semakin ramping dan elegan. Tapi selama di Jeju, fokusnya bukan hanya soal desain atau hardware, melainkan bagaimana AI benar-benar dihadirkan untuk membuat perangkat ini terasa lebih personal dan produktif.

Salah satu yang paling menarik adalah pengalaman mencoba Gemini Live, fitur terbaru dari Google Gemini yang memungkinkan pengguna berdialog secara real-time layaknya berbicara dengan asisten pribadi. Di layar besar Fold7, interaksi ini jadi terasa natural dan nyaman. Misalnya, saat saya ingin tahu rekomendasi hidden gems di Jeju, Gemini Live bisa memberikan jawaban lengkap, bahkan dengan saran aktivitas yang sesuai dengan profil perjalanan saya.

Formula Prompt: Persona + Context + Task + Format

Dalam sesi presentasi, Samsung bahkan mengajarkan cara membuat prompt yang efektif agar hasil dari Gemini benar-benar sesuai kebutuhan. Rumusnya sederhana:

  • Persona → siapa kita atau peran apa yang kita ingin AI pahami
  • Context → informasi relevan yang menjelaskan situasi
  • Task → instruksi jelas apa yang harus dilakukan
  • Format → hasil dalam bentuk apa yang kita inginkan

Contoh nyatanya, di salah satu slide, ditunjukkan prompt: “Saya adalah solo traveler. Saya ingin liburan ke Jeju selama 5 hari 4 malam. Buatkan saya itinerary untuk mengunjungi berbagai tempat bersejarah di Jeju dalam format tabel.” Hasil yang keluar jauh lebih rapi, detail, dan personal.

Buat saya pribadi, bagian ini terasa penting. Bukan hanya menjual AI sebagai gimmick, tetapi Samsung ingin pengguna benar-benar belajar “cara ngobrol” dengan AI sehingga perangkat bisa bekerja maksimal.

Evolusi Galaxy AI dan Fitur Favorit Pengguna

Samsung juga memaparkan perjalanan Galaxy AI yang dimulai Januari 2024 dengan peluncuran ponsel AI pertama, lalu terus berkembang hingga kini terintegrasi di berbagai perangkat Galaxy termasuk foldable, tablet, hingga Galaxy Watch.

Menariknya, dari data Samsung, ada Top 5 fitur Galaxy AI yang paling sering dipakai pengguna seri Fold dan Flip, yaitu:

  1. Circle to Search
  2. Writing Assist
  3. Photo Assist
  4. AI Wallpaper
  5. Generative Edit

Di Galaxy Z Fold7, penggunaan AI meningkat hingga 1,26 kali lipat dibanding seri sebelumnya. Artinya, memang ada kaitan antara layar besar dengan kenyamanan menggunakan AI.

Samsung & Google: Kolaborasi untuk Masa Depan

Kehadiran Gemini di Galaxy Z Fold7 bukan sekadar tambahan aplikasi melainkan bagian dari strategi Samsung dalam memperkuat posisinya di pasar smartphone premium. Dengan layar besar dan form factor lipat, Fold7 memberi ruang lebih luas bagi AI untuk berinteraksi secara lebih mendalam dengan penggunanya.

Ilham Indrawan, MX Flagship Category Management Lead at Samsung Electronics Indonesia, menjelaskan bahwa pengalaman Galaxy AI kini juga membawa Gemini sejak seri S25 sebagai wujud komitmen untuk menghadirkan AI yang tidak hanya mendukung produktivitas tetapi juga kreativitas dan komunikasi.

“Kami ingin Gemini diasosiasikan dengan Samsung, begitu pula sebaliknya.” Jelas Ilham.

Menurutnya Galaxy AI yang dihadirkan bersifat kontekstual dan multimodal dengan Gemini di baliknya, sehingga pengalaman yang ditawarkan bisa menyatu dengan ekosistem Galaxy yang sudah ada.

Ia juga menekankan bahwa integrasi Galaxy AI dan Gemini membuat penggunaan foldable device menjadi berbeda dibanding perangkat lain karena mampu memaksimalkan produktivitas sehari-hari mulai dari writing assist hingga note assist.

Jeju, AI, dan Sebuah Cerita Baru

Menggunakan Galaxy Z Fold7 di Jeju memberi kesan berbeda. Dari menyusun itinerary, mencari cerita di balik Yongduam: Dragon Head Rock, hingga tips mengambil foto estetik di Biwon, semua bisa saya lakukan hanya dengan satu perangkat. Layar lipat membuat pengalaman ini lebih leluasa, sementara AI menjadikan interaksi terasa personal.

Seolah Samsung ingin menunjukkan, masa depan smartphone bukan lagi sekadar soal spesifikasi kamera atau prosesor, melainkan soal bagaimana AI + layar lipat bisa menjadi partner perjalanan, partner kerja, sekaligus partner kreatif yang menyatu dalam keseharian kita.

Spotify vs Bandcamp: Dua Ekosistem Musik Digital yang Bertolak Belakang

0

Telset.id – Di era di mana musik mengalir deras seperti air, dua platform ini berdiri di kutub yang berseberangan. Satu, raksasa bernilai miliaran dolar yang ingin menguasai setiap detik waktu mendengarkan Anda. Satunya lagi, pasar digital sederhana yang lebih mirip toko kaset indie zaman dulu, dengan misi tunggal: memastikan artis dibayar dengan adil. Inilah cerita tentang Spotify dan Bandcamp, dan apa yang pilihan mereka ungkapkan tentang masa depan industri musik.

Anda mungkin sudah sangat akrab dengan yang pertama. Spotify, dengan algoritma rekomendasinya yang canggih, playlist “Discover Weekly”, dan antarmuka yang memudahkan Anda tersesat dalam lautan lagu selama berjam-jam. Tapi pernahkah Anda bertanya-tanya, di balik kemudahan itu, ke mana uang dari langganan premium atau iklan itu mengalir? Bandcamp, di sisi lain, mungkin terasa seperti dunia yang berbeda. Tidak ada algoritma misterius yang mengatur apa yang Anda dengar. Yang ada adalah halaman artis, harga yang sering kali bisa Anda tentukan sendiri, dan tombol “beli” yang mencolok. Perbedaan ini bukan sekadar soal fitur, melainkan fondasi filosofis yang sama sekali berbeda tentang apa itu musik dan untuk siapa platform digital itu dibangun.

CEO dan salah satu pendiri Bandcamp, Ethan Diamond, pernah terdiam cukup lama ketika ditanya apakah perusahaannya adalah bisnis digital. “Ya, aku tidak yakin,” katanya. “Aku menganggap Bandcamp sebagai perusahaan musik pertama, karena siapa yang kami layani pertama dan terutama adalah artis.” Bandingkan dengan narasi Daniel Ek, CEO Spotify, yang dalam panggilan pendapatan kuartal pertamanya tahun 2020 berulang kali menyebut “strategi audio-pertama”. Kata “audio” sengaja dipilih, menggantikan “musik”, karena podcast telah menjadi pilar penting. Misi Spotify, menurut Ek, adalah “menangkap porsi waktu yang dihabiskan pendengar di tempat lain.” Musik hanyalah salah satu cara untuk mengisi waktu itu. Inilah inti perbedaannya: satu platform dibangun untuk melayani pencipta musik, yang lain dibangun untuk menguasai perhatian pendengar.

Ekonomi Skala vs. Ekonomi Dukungan Langsung

Spotify beroperasi dengan logika ekonomi skala yang masif. Untuk memberi nilai bagi investor dan mencapai profitabilitas yang sulit digapai, platform perlu memaksimalkan jumlah pengguna dan waktu yang mereka habiskan di aplikasi. Royalty yang dibayarkan ke artis, yang sering dikeluhkan sangat rendah, adalah hasil dari model ini. Perhitungan kasar menunjukkan, untuk mendapatkan penghasilan setara upah minimum AS (sekitar $15 per jam), seorang musisi solo membutuhkan hampir 658.000 stream per bulan di Spotify. Angka yang hampir mustahil bagi sebagian besar artis. Ek sendiri pernah berkomentar bahwa beberapa artis yang dulu sukses mungkin tidak akan bertahan di lanskap baru ini, di mana mereka “tidak bisa merekam musik sekali setiap tiga atau empat tahun dan berpikir itu akan cukup.” Pernyataan ini disambut gelombang kemarahan dari musisi di media sosial, yang merasa karya mereka direduksi menjadi sekadar “output” yang harus diproduksi terus-menerus.

Bandcamp mengambil jalan sebaliknya. Platform ini beroperasi dengan model berbagi pendapatan yang transparan: mereka mengambil 10%-15% dari penjualan digital, dan 10% dari penjualan barang fisik. Artis dan label bebas menetapkan harga mereka sendiri, bahkan memperbolehkan sistem “nama harga Anda sendiri”. Yang menarik, Diamond mengungkapkan bahwa sekitar setengah dari penjualan di Bandcamp adalah untuk barang fisik—vinyl, kaset, kaos, dan merchandise lainnya. “Aku tidak menganggap kami sebagai layanan streaming,” tegas Diamond. “Aku menganggap kami sebagai toko rekaman dan komunitas musik.” Bagi pengguna, membeli musik di Bandcamp bukan sekadar mendapatkan file digital, tetapi sebuah tindakan dukungan langsung yang disengaja. Ini adalah perbedaan mendasar: Spotify memonetisasi perhatian pengguna (melalui iklan atau langganan), sementara Bandcamp memfasilitasi transaksi langsung antara penggemar dan pencipta.

Misi yang Berbeda: Menyembuhkan vs. Menguasai

Filosofi di balik Bandcamp terasa lebih personal dan humanis. Diamond bercerita tentang inspirasi dari Prince, yang sebelum meninggal mengatakan kepada penulis biografinya, “Musik itu menyembuhkan. Tulis itu dulu.” Prinsip itulah yang ingin diwujudkan Bandcamp: sebuah sistem di mana kekuatan penyembuhan musik berada di tangan setiap orang yang memiliki bakat untuk menggunakannya, dengan memastikan kompensasi yang adil dan transparan. Bandcamp lahir pada 2007, di era ketika “kompetisi utama adalah pembajakan,” kata Diamond. Mereka ingin membuktikan bahwa orang masih mau membayar untuk musik jika diberi cara yang mudah dan langsung untuk mendukung artis favorit mereka.

Spotify, dengan ambisi “audio-pertama”-nya, memiliki cakrawala yang berbeda. Eksklusivitas podcast Joe Rogan dengan nilai kontrak yang disebut-sebut mencapai $100 juta lebih adalah contoh nyata. Ini bukan tentang menyembuhkan, tetapi tentang menguasai pasar audio apa pun bentuknya. Pandemi COVID-19 pun, dalam pandangan Ek, adalah peluang untuk mempercepat peralihan dari radio linear ke layanan on-demand seperti Spotify. Fokusnya adalah pada persaingan dan perebutan waktu. Perbedaan ini membuat kedua platform ini bagai berasal dari galaksi yang berbeda. Diamond bahkan menyebutkan bahwa dia merasa lebih dekat dengan Etsy—sebuah pasar untuk barang-barang buatan tangan dan kerajinan—daripada dengan platform musik streaming lainnya.

Lantas, di mana masa depan industri musik digital? Mungkin tidak ada jawaban tunggal. Dunia membutuhkan kedua model ini, tetapi dengan kesadaran akan konsekuensinya. Spotify menawarkan akses tak terbatas yang nyaman dan menjadi mesin penemuan yang powerful bagi banyak pendengar. Namun, ketergantungan pada algoritma dan model royalty mikro telah menuai kritik tajam, termasuk dari dalam industri sendiri. Sementara itu, Bandcamp telah menjadi tulang punggung bagi banyak musisi indie dan subkultur, tempat di mana komunitas dapat tumbuh dan artis dapat bertahan secara finansial dari basis penggemar yang loyal, meski mungkin tidak masif.

Bagi musisi dan pendengar yang mulai merasa jengah dengan dominasi algoritma dan ketidaktransparan, gerakan menuju model yang lebih pro-artis semakin mengemuka. Ini bukan lagi tentang memilih salah satu, tetapi tentang menyadari bahwa ekosistem musik digital bisa berwarna-warni. Mungkin masa depan bukanlah tentang satu pemenang yang menguasai semua, melainkan tentang koeksistensi berbagai model yang melayani kebutuhan dan nilai yang berbeda. Seperti kata Diamond, yang terpenting adalah memastikan bahwa sistem yang dibangun memungkinkan musik—dengan segala kekuatan penyembuhannya—tetap hidup dan berkembang di tangan para penciptanya. Di tengah percepatan teknologi yang sering kali terasa dingin, sentuhan manusiawi dari sebuah “toko rekaman digital” seperti Bandcamp justru terasa seperti oase yang diperlukan.

Xiaomi 17 Ultra vs OnePlus 15: Pilih Kamera Pro atau Performa Gesit?

0

Pernahkah Anda merasa bingung memilih smartphone flagship? Di satu sisi, ada tawaran kamera yang menjanjikan karya seni. Di sisi lain, ada jaminan performa yang membuat setiap ketukan terasa instan. Dua raksasa teknologi, Xiaomi dan OnePlus, kembali menghadirkan dilema klasik ini dalam wujud terbaru mereka: Xiaomi 17 Ultra dan OnePlus 15. Keduanya hadir dengan chipset Snapdragon 8 Elite Gen 5 yang sama, namun filosofi di balik layar mereka berbeda bagai siang dan malam.

Perbandingan ini bukan sekadar pertarungan spesifikasi di atas kertas. Ini adalah soal identitas dan prioritas pengguna. Di era di mana smartphone telah menjadi perpanjangan diri, pilihan Anda antara kedua ponsel ini akan menentukan apakah perangkat Anda lebih banyak menghabiskan waktu di tripod untuk memotret, atau di genggaman Anda menaklukkan tantangan harian dengan kecepatan tinggi. Xiaomi 17 Ultra datang dengan bendera Leica dan zoom kontinu, sementara OnePlus 15 mengusung baterai raksasa dan pengisian daya super cepat.

Lantas, mana yang lebih pantas disebut “flagship sehari-hari” yang sebenarnya? Mana yang memberikan nilai lebih untuk uang yang Anda keluarkan? Mari kita selami lebih dalam, melampaui angka-angka, untuk memahami karakter sejati dari kedua kontestan premium ini.

Desain dan Tampilan: Gaya Kreator vs Elegan Modern

Dari pertama kali dipegang, Xiaomi 17 Ultra langsung menyampaikan pesannya: ini adalah alat kreatif. Desainnya terasa kokoh dan berfokus pada modul kamera belakang yang menjadi pusat perhatian. Sentuhan Leica memberinya karakter profesional, seperti kamera saku high-end yang siap digunakan kapan saja. Desain ini mungkin terasa lebih “berisi” dan purpose-driven, sangat cocok bagi mereka yang melihat smartphone sebagai perangkat kerja, terutama di bidang konten visual. Jika Anda penasaran dengan wujud finalnya, desain resmi Xiaomi 17 Ultra telah terungkap dengan jelas.

Sebaliknya, OnePlus 15 menghadirkan aura yang lebih bersih dan terpolish. Desainnya condong ke arah estetika flagship modern yang serba minimalis dan elegan. Finish-nya yang halus memberikan kesan yang lebih ringan dan berorientasi pada gaya hidup. Ponsel ini terasa seperti teman yang pas untuk segala situasi, dari rapat bisnis hingga kafe santai, tanpa terkesan terlalu teknis atau “berat”.

Pada layar, perbedaan filosofi kembali terlihat. Xiaomi 17 Ultra dengan panel 6.9″ LTPO AMOLED-nya menyuguhkan warna yang kaya dan nuansa sinematik, ideal untuk menonton film atau mengedit foto. Kecerahan yang konsisten di bawah terik matahari menjadi nilai tambah. OnePlus 15, dengan refresh rate 165Hz yang lebih tinggi pada layar 6.78″-nya, lebih fokus pada responsivitas dan kelancaran. Setiap gesekan dan animasi terasa lebih cepat, menjadikannya surga bagi penggemar game dan pengguna yang mengutamakan UI yang super responsif.

Dapur Pacu dan Daya Tahan: Stabil vs Gesit

Meski ditenagai prosesor yang sama, Snapdragon 8 Elite Gen 5, pengalaman yang ditawarkan keduanya berbeda. Xiaomi 17 Ultra di-tune untuk stabilitas berkelanjutan. Performanya terasa terkendali dan konsisten, dirancang untuk menangani sesi editing yang panjang, aplikasi berat, dan multitasking marathon. Rasanya seperti memiliki tenaga yang selalu siap, tanpa perlu ledakan kecepatan yang dramatis.

OnePlus 15 mengambil pendekatan berbeda. Ponsel ini terasa lebih “gesit” dan spontan. Animasi lebih cepat, loading aplikasi terasa lebih singkat, dan pengalaman gaming lebih responsif. Ini adalah ponsel untuk pengguna yang menyukai sensasi kecepatan instan dalam setiap interaksi. Keunggulan besar OnePlus 15 terletak pada paket baterai dan pengisian dayanya. Dengan kapasitas 7300 mAh dan dukungan pengisian wired 120W, ia bukan hanya lebih tahan lama, tetapi juga bisa “hidup kembali” dengan sangat cepat. Fitur bypass charging-nya juga menjadi nilai tambah bagi gamer yang ingin bermain sambil mengisi daya tanpa membuat ponsel kepanasan.

Xiaomi 17 Ultra, dengan baterai 6800 mAh dan pengisian 90W, lebih berfokus pada ketahanan sepanjang hari dengan pengisian yang tetap cepat namun lebih seimbang, dilengkapi pengisian nirkabel 50W. Pilihannya kembali pada kebiasaan: apakah Anda lebih sering mencari stopkontak untuk isi daya kilat, atau mengandalkan ketahanan seharian penuh?

Sistem Kamera: Seniman vs Juru Potret Andal

Inilah medan pertempuran utama. Xiaomi 17 Ultra jelas memposisikan diri sebagai ponsel kamera untuk kreator. Kolaborasi dengan Leica bukan hanya stiker; itu terasa pada hasil jepretan. Sistem kamera belakangnya, yang menampilkan lensa utama 50MP dan zoom kontinu optik yang mengesankan hingga 200MP, dirancang untuk fotografi serius. Warna yang dihasilkan cenderung natural dengan kedalaman yang artistik, memberikan karakter profesional. Bagi yang ingin eksplorasi lebih dalam tentang kolaborasi ini, Xiaomi 17 Ultra Leica Edition menawarkan revolusi tersendiri. Ditambah fitur komunikasi satelit dan alat foto pro, ponsel ini benar-benar seperti studio portabel.

OnePlus 15 tidak mencoba menyaingi dalam hal spesialisasi kamera. Ia menawarkan setup triple-camera yang solid dan konsisten: 50MP utama, 50MP telephoto 3.5x, dan 50MP ultrawide. Hasilnya akurat, dapat diandalkan untuk hampir semua situasi sehari-hari, meski mungkin kurang memiliki “jiwa” atau karakteristik gaya Leica. Namun, di front camera, OnePlus 15 punya kejutan: autofocus. Fitur ini memberikan keunggulan signifikan untuk selfie dan panggilan video, memastikan wajah Anda selalu tajam dan terframe dengan baik.

Xiaomi 17 Ultra membalas dengan kamera depan 50MP yang menghasilkan detail lebih tinggi dan video 4K yang stabil, cocok untuk vlogger. Jadi, pertanyaannya: apakah Anda mengutamakan kamera belakang yang powerful untuk karya fotografi, atau sistem yang lebih seimbang dengan selfie camera yang cerdas?

Nilai dan Kesimpulan: Mana yang Lebih “Worth It”?

Semua keunggulan itu bermuara pada harga. Xiaomi 17 Ultra diprediksi meluncur dengan banderol sekitar $1000. Harga itu adalah investasi untuk pengalaman kamera tingkat profesional, ketahanan baterai yang solid, dan identitas sebagai alat kreatif. Harganya sepadan jika fotografi adalah passion utama Anda.

OnePlus 15, dengan perkiraan harga sekitar $900, menawarkan proposisi nilai yang sangat menarik untuk pengguna flagship pada umumnya. Anda mendapatkan pengisian daya tercepat di kelasnya, baterai terbesar, performa yang gesit, dan kamera yang sangat mumpuni untuk kebutuhan sehari-hari. Ia adalah paket lengkap yang sulit ditolak.

Jadi, mana pemenangnya? Jawabannya bergantung pada cerminan diri Anda. Jika Anda adalah seorang kreator, konten maker, atau fotografer amatir yang serius yang memandang smartphone sebagai kanvas utama, Xiaomi 17 Ultra dengan segala keunggulan kameranya, termasuk kemampuan yang bisa jadi rival berat flagship kreator lain, adalah pilihan yang logis. Namun, untuk sebagian besar pengguna yang menginginkan flagship serba bisa yang cepat, tahan lama, dan memberikan nilai terbaik untuk uang, OnePlus 15 adalah keputusan yang lebih praktis dan sulit dibantah. Ia adalah powerhouse sehari-hari yang sebenarnya, siap mendampingi Anda dengan gesit tanpa membuat Anda terlalu sering menengok ke arah stopkontak.

Xiaomi 17 Ultra Resmi: Baterai Monster dan Kamera Leica Bikin DSLR Nangis?

0

Pernahkah Anda membayangkan sebuah smartphone yang bukan sekadar alat komunikasi, melainkan sebuah studio foto portabel dan pusat hiburan yang tak kenal lelah? Di tengah hiruk-pikuk pasar ponsel flagship yang seolah hanya berputar pada peningkatan inkremental, Xiaomi justru meluncurkan sebuah pernyataan. Bukan sekadar upgrade, melainkan sebuah deklarasi ambisi. Xiaomi 17 Ultra baru saja diumumkan, dan ia datang dengan janji untuk mengubah cara kita memandang kemampuan sebuah perangkat genggam.

Di akhir tahun yang penuh dengan inovasi teknologi, kehadiran Xiaomi 17 Ultra layaknya sebuah grand finale yang dramatis. Ponsel ini tidak setengah-setengah; ia langsung menargetkan dua kelompok pengguna paling vokal: para pecinta fotografi yang haus akan kualitas profesional dan para power user yang mengutamakan ketangguhan performa sepanjang hari. Dalam satu paket, Xiaomi menyatukan hardware paling mutakhir dengan kolaborasi legendaris, menantang batasan antara smartphone dan perangkat khusus.

Lantas, apa saja yang membuat Xiaomi 17 Ultra layak disebut sebagai salah satu smartphone paling ambisius tahun ini? Mari kita selami lebih dalam, melampaui sekadar spesifikasi di atas kertas, untuk memahami bagaimana ponsel ini berpotensi mendefinisikan ulang standar flagship. Dari sensor kamera berukuran tak lazim hingga kapasitas baterai yang seolah tak mungkin, inilah analisis mendalam terhadap sang penantang baru.

1. Jantung Fotografi: Kolaborasi Leica yang Lebih dari Sekadar Nama

Jika ada satu area di mana Xiaomi 17 Ultra benar-benar ingin unggul, itu adalah di bidang fotografi. Dan ambisi ini diwujudkan melalui kolaborasi mendalam dengan Leica, legenda optik asal Jerman. Kolaborasi ini bukan sekadar tempelan logo atau filter warna; melibatkan pengembangan bersama baik dari sisi hardware maupun software, sebuah komitmen yang jarang terlihat di industri.

Inti dari sistem kamera belakangnya adalah sensor utama Light Fusion 1050L berukuran 1 inci. Ukuran sensor sebesar ini, yang biasanya ditemukan di kamera saku premium, memungkinkan penangkapan cahaya yang jauh lebih banyak. Teknologi LOFIC (Lateral Overflow Integration Capacitor) yang disematkan berperan penting dalam meningkatkan kinerja dynamic range. Dalam situasi pencahayaan menantang seperti siluet saat sunset atau pemandangan malam yang kontras, teknologi ini bekerja keras untuk mempertahankan detail baik di area highlight yang terang maupun shadow yang gelap, mengurangi kemungkinan hasil foto yang “blown-out” atau terlalu gelap.

Namun, kejutan sesungguhnya mungkin datang dari lensa telefoto periskopnya. Dengan resolusi 200MP dan sensor 1/1.4-inch, lensa ini menawarkan sesuatu yang langka: zoom optik kontinu dari sekitar 3.2x hingga 4.3x (setara 75mm hingga 100mm) tanpa melakukan crop digital di antara rentang tersebut. Ini berarti, Anda bisa mengkomposisi shot dengan presisi menggunakan zoom optik murni, bukan interpolasi software yang mengorbankan kualitas. Untuk memastikan hasil terbaik, optiknya telah bersertifikat Leica APO (Apochromatic), yang dirancang untuk meminimalisir aberasi kromatik atau “fringing” warna, terutama di tepian objek berkontras tinggi.

Pelengkapnya adalah kamera ultra-wide 50MP dan kamera selfie depan 50MP. Paket lengkap ini tidak hanya untuk foto, tetapi juga mendukung perekaman video hingga 8K. Dengan kamera 200MP sebagai andalan, Xiaomi 17 Ultra jelas sedang membidik mahkota fotografi mobile.

2. Performa Tanpa Kompromi: Ditenagai yang Terbaik dari Qualcomm

Sebuah kamera hebat membutuhkan otak yang cerdas untuk memproses semua data gambarnya. Di balik layar Xiaomi 17 Ultra, beredar darah flagship paling baru: Snapdragon 8 Elite Gen 5. Dibangun dengan proses fabrikasi 3nm, chipset ini menjanjikan efisiensi daya dan kinerja puncak yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Xiaomi memadukannya dengan konfigurasi memori hingga 16GB LPDDR5X RAM dan penyimpanan UFS 4.1 hingga 1TB.

Kombinasi ini menghasilkan mesin yang begitu responsif. Bagi gamer, ini berarti gameplay dengan frame rate tinggi yang stabil. Bagi pengguna produktif, ini menjamin kelancaran saat membuka belasan tab browser, berpindah antar aplikasi berat, atau mengedit video langsung dari ponsel. Semua dijalankan di atas HyperOS 3 berbasis Android 16, yang membawa penyegaran antarmuka dan integrasi yang lebih mulus antar perangkat Xiaomi dalam ekosistem smart home.

3. Baterai Raksasa 6800mAh: Akhir Cerita “Baterai Habis”

Ini mungkin salah satu spesifikasi yang paling banyak dibicarakan. Xiaomi 17 Ultra dibekali baterai berkapasitas 6.800mAh, yang diklaim sebagai yang terbesar yang pernah ada di lini “Ultra” mereka. Angka ini bukan sekadar gimmick. Dalam praktiknya, ini diterjemahkan menjadi jaminan penggunaan berat sepanjang hari, bahkan mungkin lebih, tanpa harus cemas mencari stopkontak. Bayangkan, menjelajahi destinasi baru sambil terus memotret dengan kamera 200MP, streaming video, dan menggunakan GPS, semua dalam satu hari penuh.

Dan ketika waktunya mengisi ulang, Xiaomi menyediakan toolkit lengkap: pengisian cepat kabel 90W, nirkabel 50W, serta fitur reverse charging baik secara kabel (22.5W) maupun nirkabel (10W) untuk mengisi perangkat lain seperti earphone atau smartwatch. Dari segi konektivitas, ponsel ini juga serba lengkap dengan Wi-Fi 7, Bluetooth 5.4, dan yang tak kalah penting: dukungan komunikasi satelit ganda (Tiantong dan Beidou). Fitur ini bisa menjadi penyelamat saat Anda berada di area terpencil tanpa sinyal seluler, memungkinkan pengiriman pesan darurat.

4. Xiaomi 17 Ultra Leica Edition: Ketika Smartphone Berubah Menjaha Karya Seni

Jika Xiaomi 17 Ultra standar sudah impresif, maka edisi Leica-nya adalah sebuah mahakarya yang ditujukan khusus untuk purist fotografi. Ini lebih dari sekadar varian dengan logo merah; ini adalah reimagining terhadap bagaimana sebuah kamera smartphone seharusnya dirasakan dan digunakan.

Desainnya langsung berbeda, menampilkan finishing dua warna dengan elemen tekstur yang mengingatkan pada bodi kamera analog klasik. Kehadiran “red dot” Leica yang ikonik semakin mempertegas identitasnya. Namun, fitur pembedanya yang paling revolusioner adalah “Master Zoom Ring” fisik yang terintegrasi ke dalam bingkai ponsel. Sebuah kontrol mekanis yang memungkinkan Anda mengatur zoom, kompensasi eksposur, dan white balance dengan putaran jari yang taktis. Sensasi “klik” dan presisi yang diberikan menghadirkan pengalaman interaksi layaknya menggunakan lensa DSLR, sesuatu yang hampir tidak pernah ada di dunia smartphone.

Di sisi software, edisi ini mendapat perlakuan khusus berupa profil warna dan simulasi film eksklusif, seperti mode Leica M9 dan MONOPAN 50 (hitam-putih), yang dirancang untuk meniru karakteristik estetika film klasik Leica. Paket penjualannya juga premium, dilengkapi dengan casing pelindung magnetik, penutup lensa, dan aksesori pembersih, layaknya membeli sebuah kit kamera sejati. Varian ini benar-benar memposisikan diri sebagai pilihan utama bagi kreator yang mengutamakan pengalaman fotografi.

5. Ponsel yang Lengkap, Tapi untuk Siapa?

Dengan semua keunggulan yang dibawanya, pertanyaan besarnya adalah: siapa target pasar Xiaomi 17 Ultra? Jawabannya jelas: pengguna high-end yang menolak kompromi. Bagi fotografer amatir serius atau content creator yang menginginkan fleksibilitas dan kualitas mendekati kamera profesional tanpa membawa gear berat, sistem kamera Leica-nya sangat menarik. Bagi pebisnis atau traveler yang selalu mobile, kombinasi baterai raksasa dan konektivitas satelit adalah nilai jual yang tak terbantahkan.

Namun, dengan segudang fitur premium tersebut, bisa dipastikan harganya akan berada di strata paling atas. Xiaomi 17 Ultra bukanlah ponsel untuk semua orang. Ia adalah pernyataan bahwa Xiaomi mampu bersaing, bahkan berusaha memimpin, di arena flagship paling ketat. Kehadirannya, bersama dengan varian-varian warna dan desain yang menarik, memperkaya pilihan konsumen dan memanaskan persaingan yang sudah sengit.

Xiaomi 17 Ultra akhirnya resmi hadir, bukan sebagai sekuel biasa, melainkan sebagai sebuah lompatan. Ia menantang konvensi dengan baterai berkapasitas luar biasa dan mendalami kolaborasi kamera hingga level interaksi fisik yang baru. Apakah ponsel ini akan berhasil merebut hati pengguna yang selama ini loyal pada merek lain? Hanya waktu yang bisa menjawab. Tetapi satu hal yang pasti: dengan meluncurkan 17 Ultra, Xiaomi telah melempar sarung tangan dan memberi kita gambaran bahwa masa depan smartphone masih penuh dengan kemungkinan yang menarik.

Realme Siap Luncurkan Smartphone dengan Baterai 10.001mAh, Saingi Honor Win?

0

Pernahkah Anda merasa gelisah karena baterai smartphone menipis di tengah hari, padahal masih banyak pekerjaan dan hiburan yang harus diselesaikan? Itu adalah kecemasan modern yang akrab bagi banyak pengguna. Selama bertahun-tahun, produsen berlomba meningkatkan kecepatan pengisian daya, namun kapasitas baterai itu sendiri seolah mandek di angka 5.000-an mAh. Sampai akhirnya, sebuah gebrakan muncul: smartphone dengan baterai 10.000mAh. Jika sebelumnya hanya wacana, kini perlombaan untuk mewujudkannya secara komersial telah dimulai, dan Realme mungkin akan menjadi pemain kunci berikutnya.

Honor berhasil mencuri start dengan meluncurkan seri Honor Win dan Win RT, yang diklaim sebagai ponsel pertama di pasaran dengan baterai raksasa 10.000mAh. Pencapaian ini seolah menjawab impian para power user dan traveler yang menginginkan perangkat tahan banting tanpa perlu membawa power bank. Namun, di balik layar, ada nama lain yang ternyata tidak tinggal diam. Realme, yang pernah menggeber wacana serupa, kini menunjukkan tanda-tanda konkret untuk mewujudkan ancaman tersebut.

Bocoran terbaru dari sebuah situs blogging Rusia telah memicu gelombang spekulasi. Gambar yang dibagikan mengungkap smartphone Realme dengan model RMX5107, yang secara mengejutkan dilengkapi dengan baterai berkapasitas 10.001mAh—satu poin lebih banyak dari saingannya. Bocoran ini bukan sekadar gosip belaka, karena perangkat tersebut juga telah mendapatkan sertifikasi Hi-Res Audio dan yang lebih penting, persetujuan dari badan regulasi Eropa, EEC. Ini adalah indikasi kuat bahwa Realme serius dan perangkat ini sudah dalam tahap akhir persiapan untuk debut resmi.

Dari Konsep ke Kenyataan: Realme Mengejar Ketertinggalan

Realme bukanlah pemain baru dalam obsesi baterai besar. Mereka telah merilis beberapa perangkat dengan kapasitas di atas rata-rata, seperti Realme 15T 5G dan Realme Narzo 80 yang membawa baterai 7.000mAh. Namun, lompatan dari 7.000mAh langsung ke 10.001mAh bukanlah sekadar peningkatan inkremental. Ini adalah lompatan kuantum yang berani, sebuah pernyataan bahwa brand ini ingin mendefinisikan ulang batasan ketahanan daya pada smartphone mainstream. Sebelumnya, Realme telah membocorkan konsep smartphone dengan baterai 10.000mAh yang mengejutkan, menunjukkan bahwa ambisi ini telah lama dipupuk.

Bocoran spesifikasi dari gambar UI tersebut mengungkapkan bahwa ponsel misterius ini akan berjalan di atas Realme UI 7.0, dengan konfigurasi memori yang cukup tangguh: 12GB RAM dan 256GB penyimpanan internal. Meski konfigurasi lain mungkin akan hadir nantinya, spesifikasi awal ini menempatkannya di segmen mid-to-high end, bukan sekadar “brick phone” berdaya tahan lama. Integrasi sertifikasi Hi-Res Audio juga mengisyaratkan perhatian pada pengalaman multimedia, yang tentu akan sangat cocok dipadukan dengan baterai yang bisa mendukung binge-watching berjam-jam.

Analisis: Apa Arti Baterai 10.001mAh bagi Pengguna dan Industri?

Kehadiran smartphone dengan baterai 10.000mAh lebih dari sekadar angka di kertas spesifikasi. Ini adalah jawaban atas gaya hidup digital yang semakin intens. Bayangkan, Anda bisa melakukan perjalanan darat panjang, menghadiri konferensi seharian, atau bahkan berkemah selama weekend tanpa sedikit pun khawatir kehabisan daya. Power bank, yang selama ini menjadi “tulang punggung” ekstra, perlahan bisa menjadi barang yang kurang esensial. Frasa “making the powerbank obsolete” dalam bocoran bukanlah klaim kosong.

Namun, tantangan teknisnya nyata. Baterai dengan kapasitas sebesar itu pasti akan mempengaruhi dimensi dan berat perangkat. Pertanyaannya, apakah Realme berhasil menemukan formula yang tepat antara ketebalan, berat, dan kenyamanan genggaman? Ataukah ini akan menjadi ponsel yang tebal dan berat sebagai trade-off untuk daya tahan ekstrem? Jawabannya akan menentukan apakah ponsel ini akan menjadi produk niche atau bisa diterima pasar luas. Tren baterai besar sebenarnya sedang naik daun, seperti yang terlihat pada Infinix Hot 60 5G yang resmi dirilis dengan baterai besar dan harga terjangkau, atau pilihan mid-range seperti Oppo A5x yang juga mengandalkan baterai besar.

Persaingan Memanas dan Masa Depan Teknologi Baterai

Dengan Honor yang sudah lebih dulu meluncurkan produk serupa, persaingan di segmen “smartphone ultra-power” ini dipastikan akan memanas. Ini bukan lagi perlombaan siapa yang memiliki konsep paling futuristik, tetapi siapa yang bisa menawarkan paket lengkap: desain yang menarik, performa mumpuni, dan tentu saja, harga yang kompetitif. Sertifikasi EEC pada perangkat Realme RMX5107 menunjukkan target pasar Eropa, yang berarti persaingan akan terjadi di skala global.

Lompatan besar ke 10.000mAh ini mungkin hanya permulaan. Inovasi material dan teknologi pengisian akan terus berkembang. Prediksi mengenai teknologi baterai smartphone yang akan melompat besar di 2026 dengan kapasitas mendekati 9.000 mAh tampaknya bisa terjadi lebih cepat dari perkiraan. Realme, dengan langkah beraninya ini, mungkin sedang memacu seluruh industri untuk tidak lagi bermain aman dengan peningkatan kapasitas 5-10% per generasi, tetapi berani melakukan terobosan radikal.

Bocoran ini meninggalkan kita dengan antisipasi yang tinggi. Jika Realme berhasil menghadirkan smartphone dengan baterai 10.001mAh tanpa mengorbankan aspek desain dan portabilitas secara signifikan, mereka bukan hanya sekadar mengejar Honor, tetapi berpotensi memimpin segmen baru. Bagi konsumen, ini adalah kabar gembira. Era di mana kita harus terus-menerus memburu colokan listrik atau membawa beban tambahan power bank perlahan mungkin akan tergantikan oleh era ketenangan, di mana baterai smartphone benar-benar bisa diandalkan untuk bertahan lebih dari sehari. Kita tunggu saja pengumuman resminya. Satu hal yang pasti: perlombaan untuk membuat power bank menjadi usang telah benar-benar dimulai.

ColorOS Update Desember 2025: Kameranya Bikin Foto Malam Jadi Film!

0

Pernahkah Anda merasa hasil foto malam hari dari smartphone terasa datar dan kurang berkarakter? Seolah-olah semua lampu kota dan kilauan cahaya direduksi menjadi sekadar titik terang tanpa jiwa? Jika iya, Anda bukan satu-satunya. Di era di mana setiap ponsel mengklaim memiliki “Night Mode” terbaik, justru yang sering hilang adalah sentuhan artistik dan emosi yang membuat sebuah foto bernyawa. Inilah celah yang coba diisi oleh pembaruan terbaru ColorOS, yang tidak sekadar meningkatkan performa, tetapi membawa filosofi baru dalam fotografi mobile.

Menjelang akhir 2025, Oppo melalui ColorOS kembali menunjukkan komitmennya untuk tidak hanya mengejar angka dalam spesifikasi kamera, tetapi juga mendalami seni di balik setiap jepretan. Update ini hadir bukan sebagai perbaikan bug biasa, melainkan sebagai paket penyegaran yang berfokus pada tiga pilar utama: ekspresi fotografi yang lebih cinematic, personalisasi antarmuka yang lebih fleksibel, dan peningkatan kenyamanan penggunaan sehari-hari. Ini adalah persiapan elegan untuk menyambut 2026, menegaskan bahwa pengalaman pengguna adalah segalanya.

Lantas, apa saja kejutan yang dibawa oleh update ColorOS terbaru ini? Mari kita selami lebih dalam transformasi yang ditawarkan, mulai dari revolusi dalam mode kamera ikonik hingga trik kecil yang membuat homescreen Anda jauh lebih efisien.

Revolusi Hasselblad XPAN: Lebar Bukan Hanya Soal Bidang, Tapi Cerita

Mode Hasselblad XPAN bukanlah hal baru bagi pengguna setia Oppo dan OnePlus. Namun, dalam update Desember 2025 ini, mode tersebut mengalami penyempurnaan yang signifikan. Bukan sekadar menangkap gambar panorama, XPAN yang diperbarui dirancang untuk menciptakan narasi visual. Dengan pengaturan depth dan balance yang lebih baik, setiap bidikan lebar berpotensi mengubah pemandangan alam atau suasana jalanan menjadi frame layaknya adegan film. Rasio aspek yang khas tidak lagi hanya tentang keunikan visual, tetapi tentang menuntun mata penonton melalui sebuah cerita dalam satu bingkai.

Yang menarik, ColorOS menambahkan sentuhan akhir yang personal dengan watermark frame eksklusif baru untuk mode XPAN. Watermark ini bukan sekadar stempel merek, melainkan elemen desain yang memberi kesan polished dan profesional pada hasil jepretan wide-format Anda. Ini adalah pengakuan bahwa fotografi di smartphone telah melampaui fungsi dokumentasi, menuju ranah kreasi yang layak dipamerkan. Bagi Anda yang penasaran perangkat mana saja yang sudah menikmati fitur-fitur canggih ColorOS, simak daftar HP Oppo yang menerima update ColorOS 13 sebagai pondasi untuk update-update menarik seperti ini.

Contoh hasil foto mode Hasselblad XPAN yang diperbarui pada ColorOS

Malam Hari Berubah Menjadi Adegan Sinematik dengan CineStill 800T

Inilah mungkin pembaruan paling menggugah selera bagi para fotografer urban dan pencinta estetika film. ColorOS memperkenalkan filter CineStill 800T, yang terinspirasi dari film fotografi legendaris dengan karakter warna yang sangat khas. Filter ini tidak hanya menambahkan tone; ia memanipulasi persepsi cahaya dengan cara yang menakjubkan. Lampu kota yang biasanya terlihat putih atau kuning, berubah menjadi semburat cyan dan magenta yang hangat, sementara kontras ditingkatkan untuk menciptakan mood yang dalam dan dramatis.

Ketika dipadukan dengan efek glow neon baru, filter CineStill 800T benar-benar menghidupkan malam. Portret yang diambil di bawah lampu jalan atau refleksi cahaya di genangan air hujan akan memiliki nuansa futuristik dan nostalgia sekaligus—sebuah kombinasi yang langka. Ini adalah jawaban atas kejenuhan terhadap night mode konvensional yang hanya berfokus pada membuat segalanya terang dan jelas. Terkadang, keindahan justru terletak pada bayangan dan warna yang tidak sempurna. Untuk memahami bagaimana Oppo terus menghadirkan inovasi di setiap pembaruan sistemnya, Anda bisa melihat contoh sebelumnya pada rilis update ColorOS 13 untuk Reno8 series.

Efek filter CineStill 800T pada fotografi malam hari di ColorOS

Personalisasi Ekstrem: Homescreen Anda, Aturan Anda

Filosofi “bebas berekspresi” dari update ini tidak berhenti di kamera. Bagian sistem, khususnya desktop atau homescreen, mendapat peningkatan fleksibilitas yang signifikan. Kini, Anda dapat dengan bebas mengubah ukuran ikon aplikasi yang di-klon (clone app) hanya dengan menyeretnya. Fitur ini mungkin terdengar sederhana, tetapi dampaknya besar untuk organisasi visual. Anda bisa menonjolkan aplikasi yang paling sering digunakan dengan ukuran lebih besar, atau menyembunyikan yang lain dengan ukuran minimalis.

Belum lagi kemampuan untuk membuat shortcut cepat untuk aksi spesifik dan menatanya dengan drag and drop. Bayangkan memiliki satu tombol di homescreen yang langsung membuka grup chat tertentu di WhatsApp, atau langsung merekam voice note. Langkah-langkah yang biasanya membutuhkan tiga atau empat ketukan, kini bisa diselesaikan dalam satu kali sentuh. Ditambah dengan fitur baru yang memungkinkan penumpukan widget berukuran 2×1, ruang di homescreen menjadi jauh lebih efisien dan rapi. Ini adalah evolusi logis dari upaya personalisasi yang telah dimulai sejak generasi ColorOS sebelumnya, seperti yang pernah diujicobakan pada update ColorOS 12 beta untuk Reno4 F dan Reno5 F.

Tampilan personalisasi homescreen dan widget pada update ColorOS terbaru

Stabilitas, Keamanan, dan Efisiensi yang Diperkuat

Di balik semua fitur menarik yang terlihat, ColorOS juga melakukan pekerjaan rumah yang vital. Update ini membawa peningkatan stabilitas sistem secara keseluruhan, memastikan pengalaman yang lebih mulus dan bebas lag. Aspek privasi dan keamanan juga ditingkatkan, memberikan perlindungan yang lebih robust terhadap data pengguna di tengah landscape digital yang semakin kompleks.

Salah satu fitur utilitas yang patut disorot adalah integrasi alat pembersih penyimpanan (storage cleanup) ke dalam Smart Sidebar. Kini, Anda tidak perlu lagi membuka aplikasi Pengaturan atau File Manager yang berlapis-lapis untuk membebaskan ruang. Cukup geser Smart Sidebar, dan akses instan ke alat pembersih ada di ujung jari Anda. Ini adalah contoh sempurna bagaimana sebuah pembaruan perangkat lunak bisa menyederhanakan rutinitas digital tanpa mengorbankan fungsi.

Tampilan Smart Sidebar dengan fitur pembersih penyimpanan terintegrasi

Dengan paket update Desember 2025 ini, ColorOS tidak sekadar menambahkan fitur. Mereka sedang membentuk ulang ekspektasi pengguna terhadap apa yang bisa dilakukan oleh sebuah sistem operasi smartphone. Dari menghadirkan estetika film ke dalam genggaman tangan, hingga memberikan kendali penuh atas tata letak antarmuka, setiap peningkatan dirancang untuk memperkaya interaksi, bukan sekadar memenuhi checklist. Ini adalah sinyal kuat bahwa memasuki 2026, pertarungan tidak lagi hanya tentang chipset tercepat atau sensor kamera terbesar, tetapi tentang siapa yang paling paham mengolah teknologi menjadi pengalaman yang bernilai dan berkesan. Jadi, sudah siap menjadikan smartphone Anda lebih dari sekadar alat?

Cara Mengunduh Video YouTube ke Komputer Anda

0

Jika Anda sedang membuat halaman Instagram, TikTok, atau YouTube dan ingin memotong video dari podcast atau video motivasi tetapi tidak tahu cara mengunduh video YouTube ke komputer Anda, jangan khawatir. Pertanyaan Anda akan terjawab hari ini.

Secara default, YouTube tidak mengizinkan Anda mengunduh video ke komputer—mereka memang mengizinkan Anda mengunduh video di dalam aplikasinya, tetapi tidak pernah langsung ke komputer, dan mengapa mereka harus mengizinkannya? Jika mereka mulai mendukung pengunduhan video secara lokal ke komputer, mereka tidak dapat melacak penayangan, menampilkan iklan, dan berkembang karena hal itu akan menggerogoti seluruh bisnis mereka.

Dan bukan hanya itu, seseorang dapat menggunakan kembali video-video ini di platform pesaing dan mengambil keuntungan darinya tanpa persetujuan pembuatnya, yang akan berdampak negatif pada reputasi YouTube.

Namun, dengan menggunakan platform dan alat pihak ketiga, Anda sebenarnya dapat mengunduh video dengan kualitas dan bitrate tertinggi.

Dalam artikel ini saya akan menjawab secara tepat cara menyimpan video YouTube, beberapa aplikasi pengunduh YouTube terbaik yang ada, dan banyak lagi.

Perangkat Lunak Desktop untuk Mengunduh Video YouTube

Terdapat berbagai macam alat daring yang dapat Anda gunakan untuk mengunduh video YouTube ke PC atau Mac, seperti aplikasi, alat berbasis daring, dan bahkan baris perintah. Jika Anda mencari aplikasi yang andal untuk mengunduh video YouTube ke komputer Anda, berikut adalah pilihan terbaik kami.

EaseUS Video Downloader

EaseUS Video Downloader adalah aplikasi pengunduh video YouTube mandiri yang tersedia untuk Windows dan MacEaseUS Video Downloader adalah aplikasi pengunduh video YouTube mandiri yang tersedia untuk Windows dan Mac.

Dengan menggunakan platform ini, Anda dapat mengunduh video, daftar putar, dan bahkan saluran dalam format yang Anda inginkan.

Keunggulan utama dari alat ini adalah tidak hanya terbatas pada pengunduhan video dari YouTube, tetapi juga Instagram, TikTok, Facebook, dan beberapa platform lainnya.

Dan tidak seperti alat lain yang tampaknya mengalami penurunan kualitas saat kita mengunduh video, dengan EaseUS Video Downloader, video diunduh tanpa kehilangan kualitas sama sekali.

Berikut beberapa fitur penting lainnya yang perlu Anda perhatikan:

  • Unduhan 30x Lebih Cepat
  • Unduhan Massal
  • Pencarian Video Mudah
  • Konverter Video ke MP3
  • Dan masih banyak lagi

IDM

Internet Download Manager, juga dikenal sebagai IDM, adalah platform fantastis lainnya, tetapi tidak seperti EaseUS Video Downloader, platform ini hanya tersedia untuk Windows dan tidak untuk Mac.

Meskipun antarmuka penggunanya mungkin terasa agak ketinggalan zaman, namun fungsinya sangat sempurna. Aplikasi ini menggunakan algoritma eksklusif yang menerima data internet lebih cepat, sehingga meningkatkan kecepatan pengunduhan video.

Aplikasi ini juga memiliki penjadwal unduhan yang dapat digunakan untuk menjadwalkan unduhan selama waktu luang.

IDM sebenarnya adalah perangkat lunak berbayar; namun, mereka menawarkan uji coba gratis selama 30 hari.

JDownloader

JDownloader adalah platform sumber terbuka, yang berarti sepenuhnya gratis untuk digunakan di Windows, Mac, Linux, NAS, dan perangkat lainnyaJDownloader adalah platform sumber terbuka, yang berarti sepenuhnya gratis untuk digunakan di Windows, Mac, Linux, NAS, dan perangkat lainnya.

Aplikasi ini menawarkan semua fitur dasar untuk mengunduh file dari YouTube ke PC, seperti mengunduh beberapa file sekaligus, mengunduh dengan banyak koneksi, dan memiliki modul OCR yang canggih, serta menawarkan pengelola paket terintegrasi untuk modul tambahan (misalnya, antarmuka web, penutupan program).

Secara keseluruhan aplikasi ini bagus, tetapi jika Anda mengunduhnya dari sumber yang tidak dikenal, ada kemungkinan aplikasi tersebut terinfeksi virus. Oleh karena itu, selalu unduh dan instal aplikasi dari sumber aslinya.

Alat Online untuk Mengunduh Langsung dari URL

Unduh Video YouTube di Google Chrome

Berikut beberapa cara lain untuk mengunduh video YouTube:

 

Menggunakan Alat Pengembang

    1. Buka video YouTube yang ingin Anda unduh.
    2. Klik kanan pada halaman dan klik “Periksa.”

 

  1. Buka tab “Jaringan” dan saat video diputar, cari “pemutaran video”. Sebagai informasi, itu adalah file yang sedang di-streaming.
  2. Klik “pemutaran video” untuk melihat semuanya dan di bawah tab “Header”, temukan URL permintaan lengkapnya.
  3. Carilahrentang=bagian dalam URL permintaan. Bagian ini memberi tahu server untuk hanya memuat “bagian” tertentu dari media. Hapusrentang=parameter tersebut beserta karakter atau nilai apa pun yang mengikutinya dalam string tersebut. Setelah parameter tersebut dihapus, URL akan mengarah ke file lengkap tanpa gangguan, bukan hanya sebagian.
  4. Untuk menentukan tipe file, periksa parameter mime= di dalam URL. Parameter ini secara eksplisit memberi label pada konten. Jika string berisi video (misalnya, mime=video/mp4), Anda mengunduh komponen visual. Jika berisi audio (misalnya, mime=audio/webm), Anda mengunduh file suara.
  5. Untuk menyimpan file, cukup tempel URL yang telah Anda modifikasi ke tab browser baru dan tekan enter. Tindakan ini akan membuka pemutar media bawaan browser, tempat file akan mulai dimuat. Dari sana, temukan ikon unduh atau menu tiga titik di bilah kontrol pemutar untuk menyimpan file video atau audio lengkap langsung ke perangkat keras Anda.

 

Menggunakan Ekstensi Google Chrome

Terdapat beberapa ekstensi Google Chrome yang memungkinkan Anda menyimpan video YouTube ke PC. Anda dapat mengunduh salah satunya dan mencoba mengunduh file yang ingin Anda unduh.

Berikut beberapa di antaranya:

  • Pengunduh Video Mudah
  • Pengunduh Video VeeVee
  • Pembantu Pengunduhan Video

Pembantu Pengunduhan Video

Video DownloadHelper adalah ekstensi Google Chrome terpercaya yang tersedia untuk semua browser berbasis Chromium, seperti Google, Arc, Edge, dan sebagainya.

Cukup salin tautan dari YouTube dan tempelkan ke ekstensi ini, pilih resolusi yang Anda inginkan untuk mengunduh file, lalu klik “Unduh” untuk memulai pengunduhan.

Menyimpan Video dari YouTube dengan Baris Perintah

Jika Anda menginginkan kontrol penuh, keandalan yang lebih tinggi, dan unduhan yang lebih cepat, cara paling andal untuk menyimpan video YouTube ke komputer Anda adalah melalui alat baris perintah. Standar emas di sini adalah yt-dlp, sebuah fork modern dari youtube-dl yang memberikan kinerja yang jauh lebih baik, kompatibilitas yang lebih tinggi, dan pembaruan yang lebih konsisten.

Inilah yang diandalkan oleh pengguna tingkat lanjut, editor, pengembang, dan kreator ketika mereka menginginkan sesuatu yang tidak pernah gagal. Sekarang, berikut panduan langkah demi langkah untuk mengunduh video menggunakan baris perintah:

  1. Instal Python di komputer Anda dari situs web resmi Python.
  2. Instal yt-dlp dengan menjalankan perintah ini di terminal atau command prompt Anda: pip install yt-dlp
  3. Salin URL video YouTube yang ingin Anda unduh.
  4. Buka terminal atau command prompt di komputer Anda.
  5. Ketik perintah ini untuk mengunduh video: yt-dlp “TEMPELKAN LINK YOUTUBE ANDA DI SINI”
  6. Tekan Enter dan biarkan unduhan selesai.
  7. Temukan file yang telah Anda unduh di folder yang sama tempat Anda menjalankan perintah tersebut.
  8. Jika Anda hanya ingin mengunduh audio, gunakan perintah ini: yt-dlp -x –audio-format mp3 “TEMPELKAN LINK YOUTUBE ANDA DI SINI”
  9. Jika Anda menginginkan kualitas video terbaik, gunakan perintah ini: yt-dlp -f bestvideo+bestaudio “TEMPELKAN LINK YOUTUBE ANDA DI SINI”
  10. Jika Anda ingin memilih folder tempat file disimpan, jalankan perintah ini: yt-dlp -o “C:\YourFolderName%(title)s.%(ext)s” “TEMPELKAN LINK YOUTUBE ANDA DI SINI”

Mengunduh Video YouTube di Perangkat Seluler

Jika Anda ingin mengunduh video YouTube di ponsel Android Anda, maka aplikasi 1DM+ adalah jawabannya.yang merupakan salah satu pengunduh video YouTube terbaik untuk ponsel Android yang juga menawarkan pemblokir iklan dan pelacak, pengunduhan file torrent, dan kemampuan untuk mengunduh video media sosial lainnya seperti TikTok, Instagram, dan sebagainya.

Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)

Apa perbedaan antara pengunduh online dan perangkat lunak desktop?

Perangkat online cepat dan praktis tetapi terbatas. Perangkat lunak desktop lebih cepat, lebih andal, lebih dapat diandalkan, dan mendukung fitur-fitur berkualitas lebih tinggi dan canggih.

Bisakah saya mengunduh seluruh playlist atau saluran YouTube?

Ya. Banyak aplikasi mendukung pengunduhan daftar putar dan saluran. Aplikasi desktop umumnya menanganinya lebih baik daripada aplikasi online.

Format dan kualitas video apa saja yang biasanya tersedia saat mengunduh?

Anda biasanya dapat mengunduh MP4, WEBM, dan MP3 dalam kualitas mulai dari 144p hingga 4K atau bahkan 8K, tergantung pada alat yang digunakan dan video aslinya.

Infinix Note Edge Bocor: Chipset Baru MediaTek dan Baterai Monster 6500mAh

0

Pernahkah Anda membayangkan smartphone dengan daya tahan baterai yang bisa bertahan lebih dari sehari penuh bahkan dengan penggunaan berat, dibalut dalam desain yang premium? Bocoran terbaru sepertinya sedang merajut mimpi itu menjadi kenyataan. Di tengah persaingan ketat segmen mid-range, sebuah nama baru muncul dari rak Infinix, membawa janji spesifikasi yang tak biasa. Bukan sekadar upgrade inkremental, melainkan sebuah lompatan yang berpotensi menggeser peta persaingan.

Infinix, brand yang dikenal agresif di pasar smartphone entry-level dan mid-range, tampaknya sedang mempersiapkan senjata baru di luar jalur utama seri Note-nya. Setelah seri Note 50 dengan inovasi kontroversial seperti teknologi aroma, kini perhatian beralih ke varian yang lebih premium. Bocoran yang muncul bukan sekadar desas-desus, melainkan telah melalui jalur sertifikasi resmi, memberikan bobot lebih pada setiap spekulasi yang beredar.

Setelah terlihat di database SDPPI Indonesia awal bulan ini, sosok Infinix Note Edge kembali mencuat melalui seorang tipster terpercaya. Informasi yang dibongkar kali ini bukan hanya sekadar gambar, tetapi juga inti dari performa yang akan dibawa ponsel ini. Mari kita selami lebih dalam apa yang ditawarkan oleh calon penerjang pasar ini, dan apakah ia cukup kuat untuk membuat Anda menahan hasrat upgrade hingga 2026.

Desain dan Visual: Sentuhan Premium dengan Karakter Khas

Berdasarkan gambar yang dibocorkan oleh Paras Guglani di platform X, Infinix Note Edge menampilkan identitas visual yang berbeda. Ponsel ini hadir dengan pilihan warna hijau yang memberikan kesan segar namun elegan. Yang paling mencolok adalah profil bodinya yang disebut-sebut relatif slim, sebuah pencapaian yang menarik mengingat kapasitas baterai raksasa yang dikabarkan dibawanya. Bayangkan, menjejalkan baterai besar ke dalam bodi yang ramping adalah tantangan tersendiri, seperti yang juga diupayakan oleh Vivo V60 Lite 5G.

Bagian belakang ponsel dikuasai oleh modul kamera yang memanjang secara horizontal di bagian atas. Desain ini memberikan kesan stabil dan kokoh. Modul tersebut menampung dua lensa kamera, sebuah LED flash, dan sebuah komponen lain yang diduga sebagai filler light atau lampu tambahan untuk efek pencahayaan tertentu. Desain ini menunjukkan fokus pada fotografi, meski jumlah sensornya tidak banyak. Ini adalah pendekatan yang berbeda dibandingkan beberapa pesaing yang membanjiri pengguna dengan banyak lensa, seperti yang bisa Anda lihat pada rekomendasi HP Oppo kamera terbaik.

Dapur Pacu dan Software: Tenaga Baru MediaTek dan Janji Update Panjang

Ini adalah bagian yang paling menggoda dari bocoran tersebut. Infinix Note Edge diklaim akan ditenagai oleh chipset MediaTek Dimensity 7100 5G. Nama ini sendiri menarik karena belum diumumkan secara resmi oleh MediaTek. Bocoran menyebutkan bahwa chipset ini akan dibangun dengan proses manufaktur 6nm. Jika benar, ini akan menjadi prosesor mid-range yang efisien, dirancang untuk menyeimbangkan performa dan konsumsi daya—pasangan yang ideal untuk baterai berkapasitas besar.

Di sisi software, ponsel ini diprediksi akan langsung mengusung Android 16 sejak keluar dari kotaknya. Namun, yang lebih menjanjikan adalah komitmen update yang disebutkan. Infinix dikabarkan akan memberikan tiga tahun pembaruan platform Android (OS updates) dan lima tahun pembaruan keamanan (security patches). Komitmen jangka panjang seperti ini masih langka di segmen mid-range, dan bisa menjadi nilai jual utama yang mengikat loyalitas pengguna.

Layar dan Baterai: Kombinasi Memukau untuk Pengalaman Immersive

Bagian depan ponsel ini konon akan dihiasi oleh layar AMOLED 3D curved dengan resolusi 1.5K. Kombinasi panel AMOLED, resolusi tinggi, dan desain melengkung ini bertujuan menawarkan pengalaman visual yang imersif dan premium. Layar melengkung sering kali menjadi pembeda antara ponsel mid-range dan flagship, dan kehadirannya di Note Edge menunjukkan ambisi Infinix.

Namun, bintang utama dari segi ketahanan mungkin adalah baterainya. Infinix Note Edge disebutkan akan membawa baterai berkapasitas monumental, yaitu 6,500mAh. Angka ini berada di atas rata-rata pasar dan menjanjikan daya tahan yang sangat lama. Dengan chipset 6nm yang efisien, kombinasi ini berpotensi menghadirkan smartphone yang bisa bertahan dua hari penuh dengan penggunaan standar. Ini adalah jawaban bagi mereka yang lelah dengan ritual mengisi daya setiap malam. Tren baterai jumbo ini juga sedang diikuti oleh pemain lain, seperti Realme GT 7 Pro.

Peta Peluncuran dan Strategi Infinix

Menurut sang tipster, Infinix Note Edge saat ini dijadwalkan untuk debut pada Januari 2026. Waktu yang masih cukup lama ini memberikan ruang bagi Infinix untuk menyempurnakan produk dan strategi pemasarannya. Bocoran juga mengungkap bahwa Note Edge bukan satu-satunya yang sedang disiapkan. Ponsel ini terlihat di sertifikasi SDPPI bersama dua model lain: Infinix Note 60 dan Note 60 Pro.

Ini mengindikasikan kemungkinan peluncuran ketiganya secara bersamaan, menciptakan portfolio yang lengkap untuk segmen menengah. Infinix Note 60 Pro sendiri sudah muncul di Geekbench dengan chipset Snapdragon 7s Gen 4 dari Qualcomm dan RAM 8GB. Dengan hadirnya tiga varian sekaligus, Infinix mungkin ingin menguasai berbagai titik harga dalam segmen yang sama, sebuah strategi yang sering ditempuh untuk menjangkau lebih banyak konsumen, terutama dalam momen-momen promo seperti Lunar Smartphone Fest.

Kehadiran Infinix Note Edge, dengan spesifikasi yang dibocorkan, menunjukkan bahwa brand ini tidak hanya berfokus pada pasar entry-level. Mereka berani berinovasi dan menawarkan fitur premium, seperti update software jangka panjang dan baterai berkapasitas sangat besar, ke dalam segmen harga yang lebih terjangkau. Jika semua bocoran ini terbukti akurat, maka awal 2026 mungkin akan menjadi saat yang menarik bagi para pencari smartphone mid-range dengan nilai tambah yang kuat. Tunggu saja kabar resminya, karena jika ini nyata, daftar tunggu Anda untuk ponsel baru mungkin saja perlu diperpanjang hingga tahun depan.

Xiaomi 17 Ultra vs Samsung Galaxy S25 Ultra: Pilih Kreator atau Produktivitas?

0

Pernahkah Anda merasa bingung memilih smartphone flagship? Bukan sekadar soal spesifikasi yang mentok, melainkan karena setiap pilihan seolah membawa Anda ke jalan hidup yang berbeda. Di satu sisi, ada gadget yang menjanjikan kebebasan berekspresi layaknya studio portabel. Di sisi lain, ada perangkat yang menawarkan ketenangan dan keandalan bak asisten pribadi yang tak pernah salah langkah. Inilah dilema nyata yang dihadapi banyak calon pembeli premium Android hari ini.

Pertarungan antara Xiaomi 17 Ultra dan Samsung Galaxy S25 Ultra bukan lagi sekadar duel chipset atau megapiksel. Ini adalah benturan filosofi. Dua raksasa teknologi ini tidak hanya menjual perangkat, tetapi juga identitas dan cara pandang dalam memaknai sebuah smartphone. Satu dirancang untuk mereka yang melihat dunia melalui lensa kreatif, sementara yang lain dibangun untuk mereka yang menghargai konsistensi dan ekosistem yang mapan.

Lantas, mana yang lebih cocok untuk gaya hidup dan prioritas Anda? Mari kita telusuri lebih dalam, melampaui sekadar tabel perbandingan, untuk menemukan pilihan yang benar-benar selaras dengan kebutuhan harian Anda.

Desain dan Layar: Ekspresi Kreatif vs Refinemen Profesional

Dari genggaman pertama, kedua flagship ini langsung bercerita. Xiaomi 17 Ultra hadir dengan desain yang terasa “purpose-built” untuk para kreator. Sentuhan Leica, proteksi yang kokoh, dan kesan siap untuk petualangan outdoor memberinya karakter yang berbeda. Ponsel ini seolah berkata, “Ayo ciptakan sesuatu.” Desainnya tidak takut menonjolkan identitas fotografi sebagai inti dari eksistensinya.

Sebaliknya, Samsung Galaxy S25 Ultra memilih pendekatan yang lebih kalem dan terpolish. Tampilannya bersih, profesional, dan terasa sangat cocok di lingkungan bisnis atau bagi pengguna yang mengutamakan produktivitas. Ini adalah perangkat yang ingin menjadi bagian yang mulus dari rutinitas harian Anda, tanpa perlu banyak menarik perhatian.

Pada layar, perbedaan filosofi ini terus berlanjut. Panel AMOLED Xiaomi dengan HDR Vivid dan kecerahan puncak 3500 nits memang dirancang untuk menghadirkan pengalaman imersif. Menonton film, bermain game, atau mengedit visual terasa hidup dan penuh dramatisasi. Sementara itu, Dynamic AMOLED 2X Samsung dengan Gorilla Armor 2 menawarkan ketajaman yang lebih tinggi dan tone yang lebih seimbang. Kelebihannya terasa saat Anda membaca dokumen panjang, melakukan pekerjaan desain yang presisi, atau sekadar menatap layar berjam-jam. Lapisan anti-reflektifnya juga menjadi nilai tambah serius untuk penggunaan di bawah terik matahari.

Singkatnya, jika Anda mencari layar untuk hiburan dan karya visual yang mencolok, Xiaomi 17 Ultra adalah panggungnya. Namun, jika Anda membutuhkan kanvas yang tajam dan andal untuk bekerja dan konsumsi konten sehari-hari, kejelian Samsung Galaxy S25 Ultra sulit ditandingi.

Dapur Pacu dan Daya Tahan: Kekuatan Mentah vs Optimisasi Jangka Panjang

Secara teknis, kedua ponsel ini ditenagai oleh prosesor Snapdragon 8 Elite yang gahar. Namun, pendekatan tuning-nya yang membedakan. Xiaomi 17 Ultra, dengan varian Gen 5-nya, terasa dioptimalkan untuk beban kerja kreatif dan multitasking intensif. Rasanya seperti memiliki mesin yang siap dipacu untuk rendering video atau menjalankan beberapa aplikasi berat sekaligus.

Samsung Galaxy S25 Ultra, meski mungkin secara generasi chipset sedikit berbeda, fokusnya jelas pada stabilitas dan konsistensi jangka panjang. Performanya terasa lebih terkelola, dioptimalkan untuk memberikan pengalaman yang mulus dan minim gangguan dari waktu ke waktu. Ini pilihan bagi pengguna yang lebih menghargai keandalan daripada angka benchmark semata.

Perbedaan mencolok benar-benar terasa di sektor baterai dan pengisian daya. Xiaomi 17 Ultra datang dengan baterai raksasa 6800 mAh yang didukung pengisian cepat 90W baik kabel maupun nirkabel. Kombinasi ini adalah surga bagi power user yang sering melakukan shooting, editing, dan streaming sepanjang hari. Daya tahan ekstra dan waktu isi ulang yang singkat adalah kemewahan nyata.

Samsung memilih jalan yang lebih konservatif dengan baterai 5000 mAh dan kecepatan pengisian 45W (kabel) serta 15W (nirkabel). Prioritasnya adalah efisiensi dan kesehatan baterai dalam jangka panjang. Profil pengisian yang lebih terkontrol ini dirancang untuk menjaga kondisi baterai tetap prima setelah bertahun-tahun pemakaian. Jadi, pilihannya adalah antara stamina maksimal hari ini (Xiaomi) atau investasi kesehatan perangkat untuk esok hari (Samsung).

Sistem Kamera: Kanvas Seniman vs Alat Dokumentasi Andal

Inilah jantung dari perbedaan identitas kedua ponsel ini. Sistem kamera Xiaomi 17 Ultra dirancang dengan DNA Leica yang kuat, menawarkan “continuous optical zoom” pada lensa periskop 200 MP-nya (dari 3.2x hingga 4.3x). Fitur ini memberikan fleksibilitas kreatif yang luar biasa, memungkinkan transisi zoom yang mulus saat merekam video, menciptakan gaya sinematik yang ekspresif. Ini adalah sistem untuk mereka yang menikmati proses menciptakan gambar dengan karakter dan cerita.

Samsung Galaxy S25 Ultra menjawab dengan setup yang lebih konvensional namun sangat versatile: lensa wide 200 MP, tele 10 MP (3x), periskop 50 MP (5x), dan ultrawide 50 MP. Pendekatannya adalah konsistensi dan keandalan. Hasil foto tajam, performa zoom yang dapat diprediksi, dan pengalaman memotret yang mudah bagi siapa saja. Ini adalah kamera untuk mendokumentasikan perjalanan, momen sehari-hari, dan konten sosial dengan hasil yang selalu bagus tanpa repot.

Untuk kamera selfie, perbedaan filosofi juga tampak. Xiaomi melengkapinya dengan sensor 50 MP untuk detail setinggi mungkin, cocok untuk vlogger dan kreator konten. Samsung bertahan dengan 12 MP yang mengutamakan warna natural dan HDR yang seimbang, lebih ditujukan untuk selfie casual dan portrait yang langsung bisa dibagikan. Seperti halnya dalam perbandingan hasil kamera dengan flagship lainnya, pilihan seringkali kembali pada selera: detail maksimal atau keseimbangan yang instan.

Jadi, jika Anda adalah fotografer enthusiast yang ingin bereksperimen dan memiliki kontrol penuh, Xiaomi 17 Ultra adalah kanvas digital Anda. Jika Anda menginginkan kamera siap pakai yang hampir tidak pernah mengecewakan dalam berbagai kondisi, Galaxy S25 Ultra adalah teman yang lebih bisa diandalkan.

Software, Harga, dan Nilai Jangka Panjang

Di balik layar, HyperOS 3 (berbasis Android 16) pada Xiaomi menawarkan fitur-fitur yang mendukung kreativitas dan kustomisasi. Namun, Samsung masih menjadi raja dalam hal komitmen dukungan software dengan One UI 8 yang menjanjikan hingga 7 pembaruan mayor. Ini bukan hanya angka; ini adalah jaminan bahwa perangkat Anda akan tetap relevan dan aman untuk tahun-tahun mendatang, sebuah nilai yang sangat berharga bagi pengguna yang berencana menggunakan ponselnya dalam waktu lama.

Dari sisi harga, Xiaomi 17 Ultra hadir dengan penawaran yang agresif di sekitar $1000, memberikan nilai hardware yang sangat kuat untuk uang yang Anda keluarkan. Anda mendapatkan performa top, kamera Leica, dan baterai besar dengan harga yang lebih terjangkau. Samsung Galaxy S25 Ultra diprediksi berada di kisaran $1200. Selisih harga tersebut seolah membayar ekosistem yang mapan (dengan dukungan S-Pen dan DeX), reliabilitas merek, serta janji dukungan software jangka panjang yang sulit ditandingi.

Pada akhirnya, ini adalah pertanyaan tentang apa yang Anda nilai lebih: fitur dan kekuatan mentah terbaik hari ini, atau investasi pada ekosistem dan kedamaian pikiran untuk besok. Seperti yang juga terlihat dalam duel flagship untuk prioritas berbeda lainnya, tidak ada jawaban yang mutlak benar, hanya yang paling tepat untuk Anda.

Kesimpulannya, pilihan antara Xiaomi 17 Ultra dan Samsung Galaxy S25 Ultra jauh melampaui spesifikasi di atas kertas. Xiaomi 17 Ultra adalah manifestasi dari flagship yang berani, ditujukan untuk para kreator yang menginginkan alat ekspresi yang powerful, tahan banting, dan dilengkapi dengan teknologi pengisian daya super cepat. Ia adalah pilihan untuk mereka yang hidupnya penuh dengan proyek dan petualangan visual.

Samsung Galaxy S25 Ultra, di sisi lain, adalah epitome dari flagship yang terpolish dan terpercaya. Dengan dukungan S-Pen, fitur DeX untuk produktivitas desktop, dan janji update software yang panjang, ia dibangun untuk menjadi partner jangka panjang yang andal dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Jika harus memilih satu pemenang yang paling aman untuk kebanyakan pengguna premium, Galaxy S25 Ultra-lah jawabannya. Ia menawarkan pengalaman yang lebih konsisten, perangkat lunak yang lebih halus, dan nilai tahan yang lebih kuat seiring berjalannya waktu. Xiaomi 17 Ultra memang luar biasa untuk segmen tertentu, tetapi keseimbangan dan kedewasaan Galaxy S25 Ultra membuatnya menjadi flagship Android yang lebih komprehensif untuk dilewatkan.

Lenovo ThinkPad Rollable XD Bocor, Layarnya Bisa Melebar ke Atas!

0

Bayangkan sebuah laptop yang bisa berubah ukuran layarnya sesuai kebutuhan Anda. Bukan dengan software atau mode layar lebar, tetapi secara fisik. Layarnya benar-benar bisa digulung dan diperpanjang, mengubah perangkat dari ukuran portabel menjadi kanvas kerja yang luas. Konsep yang terdengar seperti fiksi ilmiah ini sedang diwujudkan oleh Lenovo, dan bocoran terbaru menunjukkan mereka tidak berhenti pada satu model.

Setelah meluncurkan ThinkBook Plus Gen 6 Rollable AI PC secara komersial, Lenovo tampaknya sedang mematangkan langkah berikutnya. Perusahaan asal Tiongkok itu dikenal sebagai satu-satunya merek PC besar yang serius menggarap teknologi layar gulung untuk laptop. Komitmen ini bukan sekadar eksperimen laboratorium, melainkan upaya untuk mendefinisikan ulang bentuk faktor perangkat komputasi masa depan. Di tengah pasar yang jenuh dengan desain konvensional, inovasi semacam ini seperti angin segar—atau mungkin badai disrupsi.

Menurut laporan eksklusif dari Windows Latest, Lenovo bersiap memamerkan konsep terbarunya, ThinkPad Rollable XD, di ajang Consumer Electronics Show (CES) 2026 mendatang. Konsep ini bukan sekadar iterasi kecil, tetapi membawa pendekatan desain yang bahkan lebih berani dan filosofi perangkat yang lebih cerdas. Mari kita selami apa yang membuat bocoran tentang perangkat ini begitu menggoda dan apa artinya bagi masa depan komputasi Anda.

Dari 13 Inci Menjadi 16 Inci: Transformasi Fisik yang Nyata

Inti dari ThinkPad Rollable XD Concept PC terletak pada kemampuannya yang ajaib: mengubah ukuran layar secara fisik. Dalam mode standarnya, perangkat ini menawarkan layar 13,3 inci yang cocok untuk produktivitas sehari-hari dan mobilitas tinggi. Namun, ketika Anda membutuhkan ruang kerja yang lebih luas—untuk mengedit video, menganalisis spreadsheet kompleks, atau sekadar multitasking yang lebih nyaman—layarnya dapat “tumbuh” secara vertikal menjadi 16 inci.

Prosesnya bukan seperti membuka dua layar, melainkan sebuah panel tunggal yang memanjang ke atas. Yang menarik, menurut bocoran, layar ini digulung ke belakang, bukan ke dalam bodi seperti beberapa konsep serupa. Bayangkan seperti menggulung kertas perkamen, tetapi dengan teknologi OLED fleksibel mutakhir. Transformasi ini menghadirkan pengalaman yang jauh lebih mulus dan terintegrasi dibandingkan laptop konvensional atau bahkan perangkat layar gulung lainnya yang pernah ada.

Konsep ini sejalan dengan tren perangkat yang adaptif. Dalam dunia di mana satu ukuran tidak cocok untuk semua, memiliki perangkat yang bisa menyesuaikan bentuk fisiknya dengan tugas yang sedang dikerjakan adalah sebuah lompatan besar. Ini menjawab dilema klasik: memilih antara portabilitas dan area layar yang memadai. Dengan Rollable XD, Anda mendapatkan keduanya dalam satu perangkat.

Ilustrasi konsep laptop dengan layar gulung yang sedang diperpanjang secara vertikal

Transparan dan Berani: Desain yang Memamerkan Teknologi

Di sinilah Lenovo menunjukkan keberaniannya. Alih-alih menyembunyikan mekanisme gulung di balik pelindung logam atau plastik, konsep Rollable XD justru memamerkannya. Bagian belakang perangkat dikabarkan akan menggunakan kaca transparan. Di balik kaca inilah panel fleksibel yang lentur akan terlihat ketika digulung atau dibuka.

Langkah desain ini sangat simbolis. Ini adalah pernyataan percaya diri bahwa teknologi di dalamnya tidak hanya fungsional, tetapi juga patut untuk dipajang. Namun, ini juga menimbulkan tantangan praktis: bagaimana melindungi bagian layar yang selalu terekspos tersebut dari goresan, debu, dan tekanan?

Lenovo, bekerja sama dengan Corning, dikabarkan telah mengantisipasinya dengan melapisi kaca transparan tersebut menggunakan Corning Gorilla Glass Victus 2 yang mampu menahan goresan hingga 180 derajat. Solusi ini menunjukkan bagaimana inovasi material berjalan beriringan dengan inovasi bentuk. Lebih dari sekadar pelindung, kaca transparan itu mungkin menjadi kanvas baru. Windows Latest menyebutkan bahwa Lenovo mungkin memanfaatkan “layar luar” ini untuk menampilkan informasi dari layar utama, seperti notifikasi, widget, atau status sistem, menciptakan lapisan interaksi tambahan yang unik.

Lebih dari Sekadar Layar Gulung: Menuju “Perangkat Cerdas Kontekstual”

Bocoran tersebut menyebut ThinkPad Rollable XD bukan sekadar laptop dengan fitur baru, melainkan sebuah preview dari generasi baru “perangkat cerdas kontekstual” Lenovo. Istilah ini mengisyaratkan pendekatan yang lebih holistik, di mana perangkat tidak hanya mengeksekusi perintah, tetapi memahami situasi dan konteks penggunaannya.

Kecerdasan Buatan (AI) menjadi tulang punggung visi ini. Konsep ini dikabarkan akan dilengkapi dengan fitur-fitur AI yang terintegrasi, seperti penerjemah live yang dapat bekerja dalam percakapan real-time, asisten suara yang lebih responsif, dan dukungan untuk berbagai metode input. Anda dapat mengontrolnya dengan sentuhan, gestur usap, atau perintah suara untuk membuka aplikasi dan beralih mode.

Bayangkan Anda sedang melakukan panggilan video dengan klien internasional. Layar bisa diperlebar untuk menampilkan jendela penerjemah real-time dan catatan meeting secara bersamaan. Atau, ketika sedang dalam perjalanan, perintah suara dapat dengan mudah mengubah mode layar tanpa harus meletakkan tangan pada keyboard. Integrasi ini mencerminkan pergeseran dari komputer sebagai alat pasif menjadi mitra kerja yang aktif dan adaptif, mirip dengan evolusi yang dilihat pada perangkat foldable flagship.

Close-up mekanisme gulung pada panel fleksibel laptop konsep Lenovo

Mimpi atau Kenyataan? Jalan Panjang Menuju Pasar

Pertanyaan besar yang mengemuka adalah: akankah konsep yang menarik ini benar-benar menjadi produk konsumen? Lenovo telah membuktikan keseriusannya dengan meluncurkan ThinkBook Plus Gen 6 Rollable ke pasar. Keberadaan Rollable XD Concept menunjukkan bahwa riset dan pengembangan terus berlanjut, mungkin dengan target segmen yang berbeda—mungkin pasar profesional yang identik dengan lini ThinkPad.

Namun, tantangannya tidak kecil. Daya tahan mekanisme gulung, biaya produksi panel fleksibel dalam skala besar, dan penerimaan pasar terhadap desain radikal adalah hal-hal yang harus dijawab. Lenovo perlu meyakinkan konsumen bahwa keandalan perangkat ini setara dengan laptop ThinkPad konvensional yang legendaris. Inovasi di dunia laptop memang sering melalui fase konsep yang panjang sebelum menjadi mainstream, seperti yang terjadi pada segmen Chromebook di awal kemunculannya.

Keberanian Lenovo untuk mendobrak batas fisik laptop patut diapresiasi. Di era di banyak vendor hanya fokus pada peningkatan spec sheet—prosesor yang lebih cepat, RAM yang lebih besar—Lenovo justru mempertanyakan bentuk dasar dari perangkat itu sendiri. ThinkPad Rollable XD Concept, jika terwujud, bukan sekadar laptop baru. Ia adalah sebuah pernyataan tentang masa depan komputasi yang fleksibel, kontekstual, dan secara fisik selaras dengan alur kerja dinamis penggunanya. Ia menantang kita untuk membayangkan: sejauh mana sebenarnya batas sebuah layar laptop dapat diregangkan?

Qwen, Model AI China yang Kalahkan Popularitas GPT-5 dan Llama

0

Telset.id – Model kecerdasan buatan (AI) open-weight asal China, Qwen, kini melesat menjadi salah satu yang paling populer di dunia, menggeser dominasi model AS seperti GPT-5 dari OpenAI dan Llama dari Meta. Popularitasnya didorong oleh performa yang solid, kemudahan untuk dimodifikasi, dan filosofi open-source yang lebih konsisten dibandingkan rival Barat.

Berdasarkan data dari HuggingFace, platform penyedia akses ke model dan kode AI, unduhan model-model open-source China di platform mereka telah melampaui unduhan model AS sejak Juli 2024. Sementara itu, OpenRouter, platform yang mengarahkan kueri ke berbagai model AI, mencatat Qwen dengan cepat naik popularitasnya sepanjang tahun dan kini menjadi model open-weight kedua paling populer di dunia.

Kesuksesan Qwen—kependekan dari Tongyi Qianwen yang dikembangkan oleh raksasa e-commerce Alibaba—tidak lepas dari pendekatan terbuka yang diusungnya. Berbeda dengan perusahaan AS yang semakin tertutup dengan properti intelektual mereka, tim Qwen rutin mempublikasikan makalah penelitian yang merinci teknik rekayasa dan pelatihan baru. Ratusan makalah akademis yang dipresentasikan di konferensi AI bergengsi NeurIPS menggunakan Qwen sebagai basis.

“Banyak ilmuwan menggunakan Qwen karena ini adalah model open-weight terbaik,” ujar Andy Konwinski, salah satu pendiri Laude Institute, sebuah lembaga nirlaba yang didirikan untuk mendukung model-model terbuka AS. Ia menambahkan bahwa keterbukaan yang diadopsi perusahaan-perusahaan AI China sangat kontras dengan etos tertutup perusahaan besar AS yang tampak takut memberikan kekayaan intelektual mereka.

Dari Kacamata Pintar hingga Mobil Listrik

Kemudahan untuk diunduh dan dimodifikasi membuat Qwen banyak diadopsi oleh berbagai perusahaan untuk keperluan spesifik. Startup Rokid, misalnya, menggunakan Qwen yang telah disesuaikan (fine-tuned) untuk menggerakkan kacamata pintar prototipe terbarunya. Perangkat tersebut dapat menerjemahkan dan menampilkan transkrip percakapan secara real-time di layar transparan kecil.

Qwen mampu menangani berbagai tugas, mulai dari mengidentifikasi produk melalui kamera bawaan, memberikan petunjuk arah, merancang pesan, hingga menjelajahi web. Fleksibilitasnya bahkan memungkinkan versi kecil model ini dijalankan di perangkat seperti smartphone atau laptop untuk fungsi offline, seperti yang dicoba untuk berlatih bahasa Mandarin dasar.

Adopsi Qwen tidak hanya terjadi di China. Perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka AS seperti Airbnb, Perplexity, dan Nvidia juga dilaporkan menggunakan model ini. Bahkan Meta, yang pernah menjadi pionir model terbuka dengan Llama, dikabarkan menggunakan Qwen untuk membantu membangun model baru mereka. Di dalam negeri, BYD, produsen mobil listrik terkemuka China, telah mengintegrasikan Qwen ke dalam asisten dashboard baru untuk kendaraannya.

Kelebihan Open-Weight di Tengah Kekecewaan Model AS

Kenaikan popularitas Qwen dan model open-weight China lainnya seperti DeepSeek dan Moonshot AI bertepatan dengan beberapa kemunduran yang dialami model AS ternama dalam 12 bulan terakhir. Peluncuran Llama 4 oleh Meta pada April 2025 dinilai mengecewakan karena gagal mencapai puncak dalam tolok ukur populer seperti LM Arena. Kekurangan ini membuat banyak pengembang mencari model terbuka alternatif.

OpenAI juga menghadapi kritikan serupa ketika meluncurkan GPT-5 pada Agustus. Beberapa pengguna mengeluhkan “sikap” model yang terasa dingin, sementara yang lain menemukan kesalahan-kesalahan sederhana yang mengejutkan. Meskipun OpenAI merilis model open-source yang kurang kuat bernama gpt-oss di bulan yang sama, Qwen dan model China lainnya tetap lebih populer. Alasannya, lebih banyak upaya yang dicurahkan untuk membangun dan memperbarui mereka, serta detail rekayasanya sering dipublikasikan secara luas.

Sebuah makalah dari tim Qwen yang merinci cara meningkatkan kecerdasan model selama pelatihan dinobatkan sebagai salah satu makalah terbaik di NeurIPS tahun ini. Konwinski berpendapat bahwa perusahaan AI AS telah terlalu fokus untuk mendapatkan keunggulan marginal pada tolok ukur sempit, seperti keterampilan matematika atau coding, dengan mengorbankan dampak luas model mereka di dunia nyata. “Ketika tolok ukur tidak mewakili penggunaan atau masalah nyata yang dipecahkan di dunia, Anda akhirnya terjebak dalam mode yang lelah dan tidak selaras,” katanya.

Popularitas Qwen menunjukkan bahwa ukuran kesuksesan sebuah model AI tidak hanya terletak pada kecerdasannya dalam tes, tetapi juga pada seberapa luas ia digunakan untuk membangun hal-hal lain. Dengan perkembangan pesat yang terus dilakukan Alibaba Cloud pada model ini, termasuk rilis versi-versi sebelumnya yang gratis, Qwen dan model open China lainnya tampaknya sedang berada di jalur yang tepat. Fenomena ini turut memperkaya lanskap persaingan global AI, di mana aktor-aktor baru dari luar AS dan China juga mulai menunjukkan taringnya.

Realme 16 Pro Pakai Dimensity 7300-Max, Baterai 7.000mAh

0

Telset.id – Realme telah mengonfirmasi bahwa varian Pro dari seri Realme 16 yang akan diluncurkan di India pada 6 Januari 2026 akan ditenagai oleh chipset MediaTek Dimensity 7300-Max 5G. Smartphone ini juga akan dibekali baterai berkapasitas besar 7.000mAh dan sistem pendingin AirFlow VC.

Konfirmasi spesifikasi ini datang menjelang peluncuran resmi Realme 16 Pro Series yang dijadwalkan pekan depan. Sebelumnya, Realme telah mengungkap bahwa kedua model, yaitu Realme 16 Pro dan 16 Pro+, akan mengusung kamera utama belakang beresolusi 200MP. Bedanya, varian Pro+ akan mendapatkan tambahan kamera telephoto periskop dengan dukungan zoom optikal 3.5x.

Dengan chipset Dimensity 7300-Max, Realme mengklaim ponsel ini mampu mencetak skor lebih dari 970.000 poin pada benchmark AnTuTu. Performa tersebut didukung oleh sistem pendingin AirFlow VC yang dirancang untuk menjaga stabilitas performa selama penggunaan intensif. Pilihan chipset ini sempat menjadi bahan perbincangan, dengan beberapa pengamat mempertanyakan apakah ini merupakan turun kelas dari pendahulunya yang menggunakan platform berbeda.

Spesifikasi kunci Realme 16 Pro terungkap menjelang peluncuran

Selain jantung performa, Realme 16 Pro akan menawarkan layar AMOLED dengan resolusi 1.5K dan refresh rate tinggi 144Hz. Yang mencolok adalah klaim kecerahan puncak layar yang mencapai 6.500 nit, angka yang sangat tinggi untuk kelas smartphone. Dari sisi ketahanan, ponsel ini akan memiliki rating IP69, yang menandakan ketahanan terhadap debu dan semburan air bertekanan tinggi.

Kapasitas baterai raksasa 7.000mAh menjadi salah satu fitur andalan, menjanjikan daya tahan yang luar biasa. Di sisi perangkat lunak, Realme 16 Pro akan langsung menjalankan realme UI 7.0 berbasis Android 16, yang diperkaya dengan fitur-fitur AI seperti AI Recording, AI Framing master, dan integrasi dengan Google Gemini.

Untuk pilihan warna, Realme 16 Pro akan tersedia dalam tiga varian eksklusif: Master Gold, Pebble Gray, dan Orchid Purple. Informasi mengenai varian warna dan konfigurasi RAM ini sebelumnya juga telah muncul dalam bocoran untuk pasar India.

Peluncuran Realme 16 Pro yang hanya berjarak beberapa bulan dari pendahulunya, Realme 15 Pro yang diumumkan pada Agustus 2025, menunjukkan siklus produk yang semakin cepat di pasar smartphone mid-range yang kompetitif. Kehadiran seri baru ini diharapkan dapat memperkuat posisi Realme di segmen harga sekitar 30 ribu Rupee India, meskipun pilihan chipset Dimensity 7300-Max menuai beragam tanggapan dari kalangan pengamat.

Dengan kombinasi kamera 200MP, baterai berdaya tahan sangat lama, layar dengan refresh rate tinggi, dan ketahanan level IP69, Realme 16 Pro tampaknya menargetkan pengguna yang mengutamakan fotografi, daya tahan baterai, dan ketahanan fisik perangkat. Semua jawaban atas spekulasi dan bocoran akan terungkap secara resmi dalam acara peluncuran pada 6 Januari mendatang.

Laporan Baru Ungkap Kode AI Lebih Banyak Bug Dibanding Kode Manusia

0

Telset.id – Sebuah laporan terbaru dari perusahaan perangkat lunak AI, CodeRabbit, mengungkap fakta mengejutkan: kode yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan ternyata jauh lebih rentan kesalahan dibandingkan kode yang ditulis oleh manusia. Analisis terhadap 470 pull request menunjukkan kode AI menghasilkan rata-rata 10,83 masalah per permintaan, sementara kode buatan manusia hanya 6,45. Artinya, kode AI memproduksi 1,7 kali lebih banyak isu.

Temuan ini memberikan bukti empiris terhadap kekhawatiran yang selama ini dirasakan secara intuitif oleh banyak pengembang. Meskipun adopsi alat bantu AI dalam pemrograman melonjak drastis—dari 14% menjadi 90% dalam setahun menurut data Google—kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemudahan itu dibayar mahal dengan keandalan yang dipertanyakan. Alat-alat generatif AI kerap kali tidak akurat, memaksa programmer menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan yang lolos.

“Hasilnya?” tulis CodeRabbit dalam laporannya, seperti dikutip Telset.id. “Jelas, terukur, dan konsisten dengan apa yang banyak developer rasakan secara intuitif: AI mempercepat output, tetapi juga memperkuat kategori kesalahan tertentu.” Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa percepatan produksi kode tidak serta-merta berarti peningkatan kualitas.

Yang lebih mengkhawatirkan, kode yang dihasilkan AI ditemukan memiliki tingkat masalah “kritis” dan “utama” yang lebih tinggi. CodeRabbit menyebutnya sebagai “peningkatan bermakna dalam kekhawatiran substantif yang membutuhkan perhatian reviewer.” Jenis kesalahan yang paling banyak ditemukan berkaitan dengan logika dan kebenaran kode, yang merupakan fondasi dari fungsionalitas perangkat lunak.

Kelemahan Utama: Kualitas dan Keamanan

Namun, kelemahan terbesar yang diidentifikasi oleh CodeRabbit justru terletak pada kualitas dan keterbacaan kode. Masalah-masalah ini, meski tampak sepele, dapat “memperlambat tim dan berakumulasi menjadi utang teknis jangka panjang.” Kode yang sulit dibaca dan dipelihara akan menyulitkan kolaborasi tim dan meningkatkan biaya pengembangan di masa depan.

Di luar masalah teknis, laporan ini juga menyoroti ancaman keamanan siber yang serius. Kode yang dihasilkan AI sering kali memperkenalkan praktik tidak aman, seperti penanganan kata sandi yang tidak tepat yang berpotensi membocorkan informasi sensitif. Temuan ini sejalan dengan penelitian lain, seperti dari firma keamanan Apiiro, yang menemukan bahwa developer pengguna AI menghasilkan sepuluh kali lebih banyak masalah keamanan dibanding rekan yang tidak menggunakan teknologi tersebut. Isu keamanan AI menjadi perhatian global, seperti yang juga dipertanyakan dalam laporan Korea yang mempertanyakan keamanan AI Google Gemini 3 Pro.

David Loker, AI Director di CodeRabbit, menegaskan implikasi dari temuan ini bagi industri. “Temuan-temuan ini memperkuat apa yang telah dirasakan banyak tim engineering sepanjang 2025,” ujarnya dalam sebuah pernyataan. “Alat coding AI secara dramatis meningkatkan output, tetapi mereka juga memperkenalkan kelemahan yang dapat diprediksi dan terukur yang harus secara aktif dimitigasi oleh organisasi.”

Laporan CodeRabbit bukan yang pertama meragukan efektivitas AI dalam pemrograman. Pada September lalu, konsultan manajemen Bain & Company menyimpulkan bahwa meski pemrograman adalah “salah satu area pertama yang menggunakan AI generatif,” “penghematan yang dihasilkan biasa-biasa saja” dan “hasilnya tidak sesuai dengan hype.” Sebuah studi Juli dari nirlaba Model Evaluation and Threat Research bahkan menemukan bahwa programmer justru diperlambat oleh alat bantu AI dibandingkan ketika mereka bekerja tanpanya.

Masa Depan Peran Developer

Realitas ini mengisyaratkan pergeseran dalam tugas developer manusia. Alih-alih digantikan, mereka mungkin justru akan lebih banyak dialihkan untuk menangani dan memperbaiki masalah yang diperkenalkan oleh alat coding AI yang rentan error. Proses review kode menjadi lebih kritis daripada sebelumnya.

Di sisi lain, laporan CodeRabbit juga mencatat satu area di mana AI unggul: minimnya kesalahan pengejaan. Kode buatan manusia dua kali lebih mungkin mengandung typo. Namun, keunggulan kecil ini tampak tenggelam dibandingkan dengan risiko substansial di bidang logika, kualitas, dan keamanan. Fenomena bug perangkat lunak yang mengganggu pengalaman pengguna bukan hal baru, seperti yang terjadi pada bug kamera Android 16 yang membuat Google Pixel goyang dan foto blur.

Industri teknologi terus berupaya meningkatkan keandalan sistem, baik pada perangkat lunak maupun perangkat keras. Sementara itu, pengembangan dan uji coba sistem operasi baru juga terus berjalan, seperti uji coba HyperOS 3 berbasis Android 15 pada POCO F5 dan F5 Pro, yang menunjukkan dinamika pasar perangkat mobile.

Singkatnya, janji-janji perusahaan teknologi bahwa AI akan mempermudah hidup programmer ternyata jauh lebih kompleks. Laporan CodeRabbit memberikan data keras yang menuntut pendekatan lebih hati-hati dan kritis dalam mengintegrasikan alat AI ke dalam alur kerja pengembangan perangkat lunak. Efisiensi tidak boleh mengorbankan kualitas dan keamanan, dua pilar utama dalam dunia pemrograman profesional.