Telset.id, Jakarta – XL Axiata mencatat kinerja positif di tahun 2019. Operator yang identik dengan warna biru ini meraih pendapatan terbesar sepanjang sejarah perusahaan, yaitu Rp 25,15 Triliun atau naik 9% dibanding tahun sebelumnya.
Peningkatan pendapatan ini ditopang oleh pendapatan layanan data XL Axiata yang meningkat 28% Year-on-Year (YOY), dan pencapaian EBITDA sebesar Rp 9,97 Triliun atau meningkat 17% YOY.
Menurut Presiden Direktur dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini, pencapaian EBITDA ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan dan efisiensi melalui fokus perusahaan pada keunggulan operasional. Perusahaan juga berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 713 miliar dari tahun sebelumnya.
{Baca juga: Trafik Data XL Naik 77% Saat Libur Natal-Tahun Baru}
“EBITDA yang tumbuh lebih pesat dari pendapatan, dan mendorong peningkatan marjin EBITDA, menunjukkan keunggulan efisiensi XL Axiata dari sisi operasional. Neraca keuangan perusahaan saat ini juga dalam posisi sangat sehat dengan rasio net debt to EBITDA at 1.1x,” ujar Dian lewat keterangan tertulis pada Senin (10/02/2020).
Dian menambahkan, jika XL Axiata terus konsisten dengan strategi dual brand dengan menggunakan merek “XL” dan “AXIS” untuk menyasar segmen pasar yang berbeda. Kedua merek tersebut terus tumbuh dan mendapatkan daya tarik dari segmen pelanggan masing-masing sebagaimana dibuktikan oleh Net Promoter Scores (NPS).
Di tahun 2019, nilai NPS XL dan AXIS juga terus tumbuh sehingga memperkuat posisi strong number two di masing-masing segmen. Keberhasilan dalam melakukan upselling dapat dilihat dari ARPU blended yang meningkat 9% menjadi Rp 35 ribu dari sebelumnya Rp 32 ribu.
“Kami mampu mencetak rekor kinerja 2019 karena implementasi strategi kami lakukan secara fokus dan konsisten. Meskipun terjadi peningkatan persaingan harga di industri selama semester kedua 2019, kami terus fokus menjalankan strategi untuk mencapai keunggulan operasional,” tambah Dian.
{Baca juga: Triwulan Ketiga 2019, Pendapatan XL Axiata Naik 11%}
Selama tahun 2019, XL Axiata telah melakukan pembayaran atas pinjaman bank sebesar Rp 950 miliar dan bonds serta sukuk sejumlah Rp 686 miliar melalui kas internal dan refinancing. Hingga 31 Desember 2019, perusahaan tidak memiliki pinjaman dalam mata uang US Dollar. [NM/IF]