Telset.id, Jakarta – Mulai tahun depan, iklan Spotify akan bersih dari segala hal berbau politik, demi menjaga penggunanya dari konten terkait pilpres Amerika Serikat (AS) di tahun depan. Kebijakan untuk menghentikan iklan politik akan berlaku secara menyeluruh, termasuk ke Spotify podcast asli maupun eksklusif. Kebijakan
Layanan streaming musik berbayar paling populer di dunia itu punya hampir punya 141 juta pengguna. Spotify tak ingin para pengguna terprovokasi oleh iklan terkait pilpres AS pada November 2020.
“Kami belum perlu memiliki sistem dan alat untuk memvalidasi maupun meninjau konten politik terkait pemilihan,” kata juru bicara Spotify, dikutip Telset.id dari Reuters, Senin (30/12/2019).
{Baca juga: Selain Vaping, Facebook dan Instagram “Haramkan” Iklan Senjata}
Spotify, yang hanya menerima iklan politik di AS, tidak menjawab tentang angka pendapatan dari politisi. “Spotify bukan platform periklanan online,” kata Eric Wilson, ahli strategi digital Republik.
Kebijakan baru Spotify akan mencakup kelompok-kelompok politik seperti kandidat untuk jabatan, pejabat terpilih, partai politik, komite aksi politik dan SuperPACS, serta konten kampanye.
Langkah tersebut hanya berlaku untuk penjualan iklan Spotify, bukan iklan yang disematkan dalam konten pihak ketiga. Sayang, belum ada tanggal pasti mengenai penerapan kebijakan itu.
Bukan cuma Spotify yang tidak lagi menampilkan iklan politik. Facebook, Google, sampai Twitter juga melakukan hal yang sama.
{Baca juga: Google Hapus 300 Iklan Donald Trump, Ini Alasannya}
Facebook dan Google berada di bawah tekanan besar menyoal kesalahan informasi di platform. Akhirnya, mereka menghentikan iklan politik yang mengandung klaim salah atau menyesatkan.
Twitter telah melarang iklan politik pada Oktober 2019, sedangkan Google akan menghentikan iklan-iklan yang menargetkan audiens menggunakan data seperti catatan pemilih dan afiliasi politik. (SN/FHP)
