Awas! Terlalu Sering Selfie Bikin Jiwa Terganggu

Telset.id, Jakarta – Penelitian yang dilakukan Ohio State University terhadap 1000 laki-laki, menemukan bahwa mereka yang seringkali mem-posting foto selfie cenderung memiliki skala narsistik dan psikopat yang lebih tinggi.

Mereka yang gemar melakukan selfie, secara otomatis menginginkan look yang sempurna di setiap jepretan. Entah itu rambut yang terurai dengan rapi dan berkilau, wajah yang mulus dan cerah, atau bentuk tubuh yang (setidaknya) terlihat sempurna di depan kamera.

Seiring dengan ‘usaha’ itu, muncul pula ketidakpuasan atas apa yang mereka lihat. Hingga akhirnya, mereka yang sudah kecanduan pada selfie, secara otomatis akan melakukan usaha-usaha meng-ideal-kan penampilan mereka.

Salah satu caranya, melakukan diet ekstrem yang justru membahayakan jiwa mereka. Ada pula yang berujung pada obsesi operasi plastic hingga ratusan juta Rupiah

Hobi selfie, yang lebih parahnya lagi, tidak hanya terjadi pada anak-anak muda, melainkan juga pada mereka yang justru sudah tergolong ‘dewasa’ bukan hanya dari sisi usia tetapi juga dari kepribadian.

Salah satu penyebabnya adalah, rasa takut terlupakan oleh orang lain. Hati-hati, jika Anda sudah sampai di tahap itu, Anda harus segera berpikir ulang sebelum melakukan selfie dan mempublikasikannya.

Semua ini berhubungan dengan perilaku self-centric.  Sebuah studi yang dilakukan terhadap murid sekolah menengah di Welsh, yang diterbitkan tahun lalu, menemukan bahwa seperlima dari anak berusia 12 sampai 15 tahun bangun hampir setiap malam untuk menggunakan media sosial. Hal inipun terjadi pada mereka yang dewasa.

Dalam penelitian tersebut digambarkan adanya kegelisahan jika mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi di sekitar mereka.

“Mereka benci jika tidak tahu apa-apa atau menjadi orang yang kesekian tahu tentang sesuatu yang sedang terjadi, sementara segala hal terjadi begitu cepat,” ujar Elsa Bartley, desainer pengalaman user dewasa di platform media sosial.

Bartley menambahkan, segala sesuatu yang berhubungan dengan platform media sosial seperti halnya Facebook dirancang agar Anda tetap kembali. Mereka memanfaatkan kebutuhan dasar kita—yaitu keinginan akan ikatan sosial, daya tarik dengan informasi yang relevan bagi kita.

“Ada keinginian bahwa segala sesuatu yang Anda lihat di media sosial pada dasarnya terhubung dengan Anda,” ujar Bartley. [WIN/HBS]

 

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI