Kamera
Ini salah satu bagian paling menarik. Mengapa terjadi perdebatan panjang diantara dua device ini diantara netizen, karena keduanya sama-sama menggunakan kamera ganda yang sekarang sedang menjadi trend pada smartphone. Biasanya kamera ganda hanya disematkan di smartphone hi-end, sekarang smartphone mid-end juga memilikinya.
Apalagi promo Xiaomi selain konfigurasi kameranya menyerupai flagship Xiaomi Mi 6, juga digadang-gadang kalau kamera gandanya dalam foto potrait (bokeh effect) lebih baik dari iPhone 7 Plus, yang tentu saja membuat orang berharap sangat banyak. Walaupun menggunakan stock Android OS, untuk Mi A1 fitur dan menu kamera menggunakan olahan Xiaomi di MIUI.
Kedua smartphone memiliki konfigurasi dual camera berbeda. Xiaomi Mi A1 memadukan antara lensa standar (wide) dengan telephoto. Perbedaan focal length lensa ini memungkinkan Mi A1 mendapatkan “zoom optikal” 2x.
Sementara Moto G5S Plus memilih konfigurasi dual camera yang berbeda, satu lensa dengan sensor RGB (berwarna) dan satu lensa lagi dengan sensor Monokrom. Lensa dengan sensor monokrom menangkap perbedaan kontras yang besar, tujuannya selain menambah dynamic range pada hasil foto, juga membantu hasil foto lowlight.
Kita akan membahas beberapa aspek dari kemampuan kameranya untuk mendapat gambaran lebih utuh.
Bokeh Effect
Bokeh, fitur yang lagi dikejar banyak smartphone sekarang, membuat background tambak blur dan objek menjadi lebih stand out. Capture dari dual camera, memungkinkan fitur ini yang biasanya hanya bisa dihasilkan lensa DSLR, juga bisa dimiliki smartphone, tentu saja dengan bantuan software. Jadi peran software pada efek bokeh ini juga sangat menentukan.
Xiaomi Mi A1 menamakan fitur bokehnya dengan Potrait Mode, seperti iPhone, saat digunakan lensa 2x zoom otomatis digunakan. Butuh jarak optimal antara objek dan smartphone, agar foto bokeh ini bisa dihasilkan, dan kita bisa melihat tanda depth effect muncul jika jaraknya sudah pas. Urusan bokeh diatur oleh algoritma smartphone langsung, tidak dapat diatur manual.
Moto G5S Plus menamakan mode bokehnya sebagai Depth Enabled. Tidak ada aturan jarak yang ditetapkan untuk bisa membuat efek bokeh, lebih ke posisi objek dan background. Dari awal sebelum foto diambil efek blurnya bisa diset manual dengan slider, ingin seberapa blur. Sesudah gambar diambil efek ini masih bisa diset ulang tingkat blur-nya bahkan dipilih ingin fokus ke objek depan atau malah ke objek belakang.
Untuk hasil bokeh yang baik, kedua smartphone harus berada di-penerangan yang sangat baik, paling baik di outdoor. Di dalam ruangan dengan penerangan lampu standar, efek bokeh ini lebih sulit diambil dan gambar tidak tajam.
Untuk objek manusia dan benda-benda besar di bawah penerangan yang cukup, Mi A1 lebih rapih memberikan efek bokeh, separasi antara objek di bagian depan dan belakang terasa lebih jelas. Sedang pada G5S Plus lebih mudah blur pada bagian tepian dan sering ada bagian belakang yang harusnya blur, tetapi tidak dibuat blur..
Tetapi Moto G5S Plus juga memiliki kelebihan untuk foto produk, karena jarak antara lensa dan objek yang tidak perlu jauh, misalnya contoh foto di bawah ini, moto bisa mem-blur botol di belakang produknya dengan lebih menarik.
Olahan hasil foto bokeh ini pada Moto masih ada plilihan lebih apakah akan dibuat background belakang menjadi hitam putih, sementara objek tetap berwarna, atau sekalian mengganti backgraund belakang dengan gambar lain. Hanya saja fasilitas ini masih beta dan masih butuh banyak update untuk lebih sempurna.
Makro
Jika mengukur batas maksimum kedekatan lensa dengan objek, Mi A1 memiliki keunggulan untuk foto makro, karena bisa lebih dekat ke objek dengan jarak lensa dengan objek bisa dibawah 6cm. Kemudian 2x zoom juga bisa membantu membuat objek yang kecil tampak lebih dekat, memberikan alternatif lain untuk foto makro.
Untuk foto makro standar, misalnya contoh foto bunga di bawah ini , kedua kamera hampir identik hasilnya, bahkan warna-warna yang dihasilkan juga dekat. Pada pembesaran juga hasil detailnya mirip.
HDR
Kedua kamera memiliki menu HDR, tapi kelebihan Moto, menu HDR nya selain on dan off, ada pilihan auto. Jadi algoritma software yang menentukan kapan HDR diperlukan kapan tidak. Sementara Xiaomi hanya ada pilihan HDR on atau off.
Untuk foto dengan kondisi beda kontras yang besar, kamera Mi A1 cenderung menaikkan brightness lebih tinggi, untuk menghasilkan foto yang lebih jelas di sisi yang lebih gelap. Pada contoh hasil foto di bawah, perhatikan tulisan tunggal di bagian kiri atas yang lebih terbaca pada kamera Xiaomi.
Tetapi impact nya, warna yang dihasilkan menjadi berubah tidak seperti aslinya, dan dynamic range sedikit lebih flat, seperti hijau pada papan reklame the kiosk yang harusnya hijau tua, tampil menjadi lebih muda, dan warna biru langit menjadi lebih ringan.
Kamera G5S Plus sendiri lebih coba mempertahankan brightness yang terkendali pada foto HDR, dan mempertahankan dynamic range yang lebih terasa dan warna yang tidak berubah
Lowlight
Lowlight ini sering menjadi pertarungan pamungkas, karena kebanyakan smartphone masa kini bisa menghasilkan foto yang baik saat cahaya melimpah, tetapi tidak demikian saat minim cahaya. Pengambilan foto di lowlight cukup “tricky”, membesarkan ISO membuat gambar lebih terang tapi noise, lebih besar shutter speed untuk menangkap cahaya, lebih rentang goyangan.
Bukaan lensa dan sensor smartphone yang kecil turut menyumbang terhadap sulitnya foto lowlight. Untuk smartphone mid-end sering ditambahkan menu khusus untuk foto yang lebih baik dalam kondisi gelap. Xiaomi menggunakan HHT – Hand Held Twilight, sedangkan Moto tinggal memilih icon lowlight bergambar bulan sabit.
Keduanya kira-kira sama cara kerjanya, antara menggunakan shutter speed yang lebih lama agar cahaya yang masuk lebih banyak, dan ini berarti posisi tangan kita harus lebih diam untuk menghindari gambar yang goyang, atau dalam waktu tersebut beberapa foto diambil dan digabungkan. Jika diperhatikan, foto lowlight keduanya menggunakan menu auto atau khusus lowlight, akan terlihat di menu khusus, noise lebih terkendali.
Pada Mi A1 jika dilakukan crop 100%, sepertinya mode HHT yang berusaha menekan noise juga berimpak kepada detail dan ketajaman. Perhatikan pada ketegasan huruf Pet Park dan detail tangga di bawahnya. Menu HHT ini sepertinya membuat hasil foto lebih soft.
Dari metadata file foto, jika diperhatikan Mi A1 senantiasa menyimpan file format JPEG cenderung lebih besar dibanding G5S Plus, termasuk penggunaan ISO. Misalnya untuk foto yang sama, Xiaomi menyimpannya dalam ukuran 4,1 MB dan menggunakan ISO 400, sementara G5S Plus 3,4 MB dan ISO 162, walau sebenarnya resolusi kameranya lebih kecil dibanding Moto, 12 MP vs 13 MP.
Kedua kamera juga memiliki fitur kamera pro atau manual. Untuk shutter speed Moto memiliki sedikit keunggulan untuk range exposure time-nya dari mulai 1/6000 hingga ¼ , sementara Xiaomi di 1/1000 hingga 1/15.
Tetapi untuk menu video tambahan, Moto hanya mendukung slow motion, sedang Xiaomi mendukung baik mode slow motion dan time-lapse.
Untuk perekaman Video Moto memiliki keunggulan pada EIS atau Electronic Image Stabilization, gambar video yang direkam sambil bergerak cenderung lebih stabil dan tidak bergoyang-goyang. Sementara Xiaomi lebih cocok digunakan untuk membuat video dalam posisi tidak bergerak. Hasil video keduanya bisa dilihat di bawah ini:
Untuk urusan resolusi, keduanya bisa merekam hingga 4K video dengan 30fps, hanya saja di full HD atau 1080 video, Moto sekali lagi lebih unggul karena tersedia 1080 dengan 60fps yang menghasilkan gambar yang lebih halus dan rapat. Xiaomi hanya memiliki mode 30 fps untuk video 1080 nya.
Selfie Kamera
Ukuran MP kamera selfie di Moto sedikit lebih besar dengan 8MP, sementara Xiaomi 5MP. Keduanya memiliki aperture yang sama f/2.0. Untuk foto selfie di tempat temaram, Moto melengkapi kamera selfie dengan lampu LED, sementara Xiaomi tidak memilikinya.
Dalam jarak jangkauan tangan yang sama, area yang dicapai kamera depan Moto lebih wide atau lebar, cocok untuk foto selfie dengan menonjolkan juga background kita sedang berada dimana, sementara muka kita kan terlihat lebih besar dan dekat pada kamera depan Xiaomi, yang mungkin cocok untuk mereka yang lebih ingin menonjolkan tampilan muka cantik dan gantengnya tanpa terdistraksi dengan kondisi background.
Untuk urusan beautify, membuat wajah lebih mulus, kulit lebih licin Xiaomi memiliki mode smart dan pro. Smart ini kamera mencoba menerka sebaik apa wajah kita di permak, sementara pro kita mode pro bisa menambahkan tingkat kelicinan kulit dan kelangsingan muka. Satu yang dibanggakan Xiaomi, kamera depannya bisa menebak gender dan umur mereka yang selfie, walau urusan umur ini setiap kali dicoba bisa senantiasa berubah.
Moto sendiri pendekatan beautify-nya lebih simple, hanya manual dengan pilihan 7 tingkat, auto, dan off.
Kedua kamera juga memiliki mode khusus untuk foto group selfie atau wefie yang berbeda pendekatan. Jika kita adalah genk the more the merrier, foto beramai-ramai ingin masuk semua, Moto menjadi pilihan yang baik, karena mode wide selfie-nya bisa pivot, sedikit diputar ke kiri dan kanan, menggabungkan 3 foto sehingga hasilnya lebar dan bisa mengcover banyak orang.
Xiaomi sendiri pendekatan group selfie-nya berbeda, seperti fitur yang dulu pertama digunakan HTC, group selfie ini mengambil beberapa foto sekaligus dan kemudian menggabungkannya sebisa mungkin sehingga semua orang tampak tersenyum dan tidak sedang tertutup matanya.