Mid-range Battle: Moto G5S Plus vs Xiaomi Mi A1

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Layar

Layar kini jadi elemen yang sangat penting di smartphone. Coba tengok smartphone bagus, komponen layarnya selalu masuk ke jajaran part yang paling mahal dari keseluruhan part perangkat. Penelitian sekarang memperlihatkan kita semakin adiktif terhadap smartphone, sedikit-sedikit menyalakan smartphone dan menatap konten di layarnya.

Rata-rata sekarang setiap orang menurut survey sehari bisa menatap layar sekitar 5 jam. Bayangkan dari 24 jam sehari, ambil 7 jam digunakan untuk tidur, dan dari sisa 17 jam, 5 jam digunakan untuk menatap layar smartphone. Jadi sepertiga waktu sadar kita digunakan untuk menatap layar smartphone. Itu belum lagi ditambah jika kita menatap layar laptop/PC dan televisi.

Karena ditatap lama, harusnya layar ini menjadi prioritas untuk kita. Sayangnya harga layar yang berkualitas bagus sangat mahal, sehingga banyak smartphone budget menggunakan layar seadanya. Industri smartphone seringkali mendorong kita hanya berpikir komponen penting dari smartphone adalah kecepatan prosesor, besarnya RAM dan hebatnya kamera, mengalihkan kita untuk berpikir tentang layar yang bagus dan nyaman untuk dilihat.

Kedua smartphone ini, baik Mi A1 dan G5S Plus, memiliki spesifikasi layar yang mirip, berukuran 5.5 inci, resolusi Full HD, dan menggunakan type layar LCD. Mi A1 lebih fancy dengan menyatakan layarnya LTPS LCD, sementara G5S Plus menggunakan istilah yang umum, IPS LCD.

Keduanya sebenarnya sama saja, hanya LTPS ini, Low Temperature Poly-Silicon adalah salah satu bahan/substrat yang digunakan pada TFT-LCD. Mungkin Xiaomi mau menunjukkan bahwa mereka sudah menggunakan bahan yang lebih baru, karena LTPS ini memungkinkan layar memiliki kerapatan ppi yang lebih baik, di atas 300 ppi.

Kedua layar juga memiliki kerapatan yang sama, 400 ppi, jadi sebenarnya Moto G5S Plus walau tidak menggunakan istilah LTPS, seharusnya juga sudah menggunakan substrat TFT-LCD yang sama.

Ketika mencoba kedua layar, saya menemukan sesuatu yang beda, di luar kebiasaan Xiaomi men-setting color space. Biasanya Xiaomi, dan produk smartphone China lain, men-setting color gamut, atau luasan cakupan warna menggunakan standar NTSC. NTSC ini sampai sekarang saya juga masih bertanya-tanya kenapa masih digunakan, karena kalibrasi warna ini sudah tidak digunakan, dan hadir di zaman televisi tabung.

Kamera modern sekarang, layar monitor desain, film bioskop, tidak pernah lagi menggunakan standar NTSC. Standar paling umum sekarang sRGB, DCI-P3, atau adobeRGB. Dari ketiga standar warna digital yang paling umum tersebut, sRGB adalah standar warna yang paling kecil color space-nya dan paling umum digunakan dibanyak device, terutama monitor.

Setting layar color gamut NTSC ini menghasilkan range warna yang besar, makanya kita sering melihat layar-layar smartphone China sekarang warnanya pop-up. Tinggal masalahnya, warna pop-up ini belum tentu sesuai dengan apa yang kita lihat, atau device yang kita gunakan. Misalkan kita menggunakan kamera DSLR memfoto bunga merah, warna merah yang ditangkap kamera DSLR ini belum tentu sama ketika dilihat di layar smartphone.

Kebiasaan menggunakan warna pop-up ini akhirnya juga memberikan pengaruh kepada otak dan mata kita. Dan itu yang dialami ketika melihat layar Mi A1, warnanya mute, atau tidak pop-up. Mungkin saja tidak banyak yang sadar ketika menggunakannya sebagai single device, tetapi ketika bersebelahan dengan device lain, terlihat warna Mi A1 tampil lebih pucat.

Pada setting-an warna display, biasanya kita menemui setting-an warna standar, atau vibrant. Pada Mi A1 pilihan ini tidak ada, tetapi ada di Moto G5S Plus, dan by default, Moto menggunakan standar warna yang lebih vibrant.

Warna mute ini sangat terasa ketika digunakan untuk menonton, dan color space ini baru menjadi salah satu masalah. Ketika dicoba menonton trailer Black Panther, ada bagian2 gambarnya gelap, menandakan dynamic range di Mi A1 juga kurang. Ketika trailer yang sama diputar bersebelahan dengan Moto G5S Plus, gambar yang dihasilkan moto lebih enak dinikmati.

Warna pucat ini berimbas ketika digunakan menonton film, dimana color space untuk film-film bioskop berbeda standar dengan warna natural. Itu makanya kita senang menonton di bioskop, dan film yang sama terasa berbeda ketika diputar ulang di televisi oleh stasiun TV.

Kita akan menyukai warna toko Black Panther yang berkulit gelap tampil dengan warna kulit yang lebih bercahaya dan pantulan cahaya pada kulitnya lebih hidup, dibanding warna seperti kulit gelap yang diberi sedikit bedak seperti telihat di Mi A1.

Black Panther Trailer – Youtube , Xiaomi Mi A1 – Moto G5S Plus

Lihat warna pakaian dan kulit dari kedua smartphone secara bersebelahan, lihat warna emas yang melingkar di leher dan tangan, gambar-gambar ini  lebih hidup di Moto G5S Plus.

Pada film 1080 Pirate of Caribbean, senja hari lebih terasa di Moto G5S Plus dengan warna lembayung dan pantulan rumput yang menguning, sementara warna-warna ini tidak terasa di Mi A1.

Xiaomi Mi A1 – Moto G5S Plus

Mohon maaf untuk mengatakan ini, di Mi A1 menonton film bioskop agak terasa seperti menonton sinetron atau film seri di televisi, color tone-nya mute dan standar.

Karena penasaran dengan tampilan Mi A1 yang berbeda dengan kebiasaan Xiaomi ini, saya mencoba lebih jauh mengamati dan mengukur brightness-nya, karena salah satu kunci gambar dan film terlihat lebih baik adalah brightness yang cukup. Makanya ketika kita melihat smartphone demo display di toko-toko resmi, misal toko Apple, toko Samsung, toko Sony, dll, semua produk display diberikan aplikasi khusus untuk selalu menampilkan layar dengan brightness maksimum yang memperlihatkan kemampuan layarnya.

Cukup mengejutkan ternyata ketika auto brightnenss diaktifkan, seperti kebiasaan kita menggunakan layar smartphone, agar semakin terang ketika di tempat terang dan menjadi lebih gelap di tempat gelap, Mi A1 memberikan brightness “seadanya” , dan G5S Plus pada settingan yang sama memberikan kecerahan 2-3 kali lipat.

Pada ruangan dengan kecerahan lampu kira-kira 80 lux, Xiaomi dengan auto-brightness dan bar manual ditengah memberikan kecerahan layar sekitar 25-50 lux, sedangkan Moto 60-80 lux.

Menurut saya, setting auto-brightness Xiaomi ini terlalu rendah dan berkontribusi terhadap mute-nya warna-warna yang ditampilkan, termasuk dynamic range-nya. Makanya foto-foto perbandingan di atas, diukur dengan layar tanpa auto brightness dan di set 200 lux untuk melihat perbedaan colour space yang sesungguhnya. Entah apa alasan Xiaomi mengkalibrasi rendah auto-brightness-nya, apakah untuk menjaga daya tahan baterai lebih baik?

Color space yang kecil juga yang membuat hasil kamera Mi A1 saat dilihat di layar warnanya seperti wash-out, tetapi ketika dipindahkan ke layar PC yang terkalibrasi, ternyata warna-warna yang dihasilkan bagus.

Moto G5S Plus – Xiaomi Mi A1 , color space layar

Mungkin Xiaomi dan Google, pada next update sebaiknya memikirkan untuk men-setting ulang kalibrasi brightness-nya dan menambahkan color space yang lebih besar, atau memberi pilihan pengguna untuk bisa memilih colour space yang ingin digunakan.

Beberapa foto di bawah ini memperlihatkan lagi perbedaan warna yang dihasilkan antara layar Mi A1 dengan G5S Plus. Pada bagian warna hijau dan merah yang masuk bagian warna primer, terlihat lebih jelas layar Mi A1 lebih dull. Bahkan ketika Moto G5S Plus menggunakan kalibrasi warna standar, bukan vibrant, warna primer ini terlihat lebih hidup di Moto G5S Plus. Pada foto-foto ini kedua layar di set dengan kecerahan yang sama tanpa auto brightness.

Ini salah satu contoh hasil foto dari masing-masing smartphone yang ditampilkan di masing-masing layar. Warna makanan mana yang lebih menarik?

Bahasan di atas bukan berarti layar Xiaomi jelek, jika kita menggunakannya sebagai single device, untuk sebagian orang mungkin tidak terasa dan terlihat baik-baik saja. Apalagi mata manusia mudah beradaptasi. Tetapi ketika dibandingkan dengan device lain akan tetap  terlihat bedanya, apalagi bagi mereka yang sudah terbiasa melihat layar-layar smartphone hi-end yang terkalibrasi dan memiliki range warna yang luas.

Untuk kualitas layar, kedua device memiliki sudut pandang yang baik karena sudah berteknologi IPS. Untuk kecerahan layar tanpa auto brightness, keduanya bisa dimaksimalkan hingga 450 nits. Dengan auto-brightness keduanya juga bisa dibaca di tempat yang terang seperti dibawah matahari.

Hanya saja dalam satu dua kali kebetulan, auto brightness ini terkadang lambat beradaptasi untuk Mi A1, sehingga ketika Mi A1 dikeluarkan dari kantung di bawah sinar matahar, misalnya saat ingin memotret, layar Mi A1 seolah-olah terlihat blank, padahal sesungguhnya sudah tampil, hanya saja brightness-nya belum otomatis terpompa.

Untuk kualitas layar, kelebihan harus diberikan kepada Moto G5S Plus, karena adanya pilihan color space yang lebih besar untuk menikmati beragam konten, dan setting auto brightness yang lebih baik.

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI