Beranda blog Halaman 63

Melipat Batas Produktivitas, Perjalanan 5 Hari Tanpa Laptop

0

Telset.id – Di tengah kebiasaan membawa ransel berat berisi laptop, charger, kamera, dan tablet, saya memutuskan untuk bereksperimen. Sebuah perjalanan kerja lima hari ke Singapura dan Johor Bahru menjadi panggungnya. Bukan untuk liburan, tapi untuk menjawab pertanyaan yang sering terdengar terlalu berani: bisakah sebuah smartphone menggantikan seluruh perangkat produktivitas dan konten saya?

Jawaban awalnya datang lebih cepat dari yang saya kira—berkat Galaxy AI di Samsung Galaxy Z Fold7. Fitur seperti Gemini Live, Generative Edit, dan Photo Assist membuat saya merasa tidak hanya membawa perangkat pintar, tapi asisten pribadi yang siap membantu kapan pun dibutuhkan. Saat memotret sebuah mural tua di Johor Bahru, saya cukup bertanya, “Apa arti mural ini?” dan jawaban lengkap langsung muncul di layar, lengkap dengan informasi kontekstual dan tautan tambahan. Semua tanpa perlu membuka Google.

Bahkan dalam proses editing, AI ini menjadi game changer. Foto biasa bisa dipoles jadi sekelas profesional hanya dalam beberapa ketukan. Objek yang mengganggu dihapus, sudut diperbaiki, latar belakang diisi ulang—semuanya real time dan tanpa aplikasi tambahan. Untuk video, saya menambahkan suara, mengatur durasi, hingga menyelesaikan editing langsung di perangkat. Tidak perlu laptop, tidak perlu render lama.

Generative edit object eraser
Object eraser generative edit Galaxy Fold7

Setelah itu barulah saya memulai eksperimen sepenuhnya. Saya tinggalkan laptop, kamera, dan tablet. Hanya Fold7 yang saya bawa. Sejak pertama kali digenggam, perangkat ini terasa ringan dan kompak—tipis hanya 8,9 mm saat dilipat dan berbobot 215 gram. Namun semua berubah ketika dibuka di sebuah kafe kecil di kawasan Orchard. Layar 8 inci Dynamic AMOLED 2X-nya menyala terang dengan warna tajam dan kontras hidup. Seketika, kafe itu berubah menjadi ruang kerja pribadi saya.

Saya mulai menulis. Membuka Google Docs sambil sesekali mengecek referensi di Chrome dan berdiskusi dengan editor lewat WhatsApp. Semua dilakukan di satu layar berkat antarmuka One UI 8 yang mulus, serta fitur multitasking seperti split screen dan drag-and-drop yang intuitif. Untuk pertama kalinya, saya merasa bekerja di smartphone tidak lagi terasa sempit.

Di malam hari, saya keluar berburu gambar. Kamera 200MP Fold7 menjadi sahabat terbaik saya. Saya memotret Marina Bay Sands di bawah langit jingga, dengan detail lampu, air, dan siluet manusia yang terekam tajam. Saya mencoba zoom hingga 30x, dan tetap bisa melihat jelas pantulan lampu di balik kaca sebuah gedung. Fitur Nightography dan ProVisual Engine—bagian dari Galaxy AI—bekerja otomatis di balik layar, mengatur pencahayaan dan kontras tanpa perlu sentuhan manual.

Selama lima hari penuh, saya berjalan kaki rata-rata 15.000 langkah per hari. Mengambil ratusan foto, merekam video, menulis tiga artikel panjang, mengikuti rapat online, dan tetap aktif di media sosial—semuanya tanpa laptop, kamera, dan colokan listrik berulang. Baterai 4.400 mAh Fold7 tahan seharian, dan fast charging 25W mampu mengisi setengah kapasitas dalam 30 menit.

Yang membuat saya kagum adalah daya tahannya. Engsel generasi baru Fold7 diklaim mampu bertahan hingga 500.000 kali lipatan. Dalam penggunaan nyata, saya melipat dan membuka perangkat ini puluhan kali per hari tanpa ada celah longgar atau bunyi mencurigakan. Desainnya terasa matang, solid, dan siap menghadapi ritme kerja cepat.

Pelajarannya? Galaxy Z Fold7 bukan sekadar smartphone canggih. Ia adalah bukti bahwa mobilitas, kreativitas, dan produktivitas kini bisa disatukan dalam satu lipatan—terutama berkat kehadiran Galaxy AI yang menghapus batasan teknis. Untuk content creator, digital nomad, jurnalis, atau siapa pun yang ingin produktif di mana saja—Fold7 bukan hanya cukup. Ia lebih dari cukup.

Dan yang terpenting: setelah lima hari penuh bersamanya, saya tidak sekali pun merindukan laptop saya.

Samsung Galaxy A07: Gesit, Tangguh, dan Aman di Harga 1.3 Jutaan

0

Telset.id – Bayangkan memiliki smartphone yang mampu membuka banyak aplikasi dengan lancar, tahan terhadap cipratan air dan debu, serta dilindungi pembaruan keamanan hingga 6 tahun ke depan. Semua itu kini bisa Anda dapatkan dengan harga mulai Rp 1,3 jutaan melalui Samsung Galaxy A07. Apakah ini jawaban bagi mereka yang mencari perangkat andalan tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam?

Dalam beberapa tahun terakhir, pasar smartphone Indonesia memang diwarnai persaingan ketat, terutama di segmen menengah ke bawah. Namun, Samsung tampaknya tak ingin sekadar menjadi peserta. Melalui Galaxy A07, mereka menghadirkan sejumlah peningkatan signifikan yang mungkin bisa mengubah persepsi tentang smartphone “sejutaan”. Mulai dari prosesor yang lebih gesit, sertifikasi ketahanan IP54, hingga komitmen pembaruan software jangka panjang.

Verry Octavianus, MX Product Marketing Senior Manager Samsung Electronics Indonesia, menegaskan komitmen perusahaan dalam menghadirkan inovasi yang bisa diakses semua orang. “Galaxy A07 dirancang untuk memberikan performa cepat, ketahanan tangguh, dan perlindungan jangka panjang,” ujarnya. Pertanyaannya, seberapa worth it tawaran ini dibandingkan kompetitor di kelas yang sama?

Peningkatan Performa yang Terasa

Yang langsung menarik perhatian dari Galaxy A07 adalah upgrade prosesor dari Helio G85 (12nm) di generasi sebelumnya menjadi Helio G99 berbasis 6nm. Bagi yang awam, transisi dari 12nm ke 6nm bukan sekadar angka—ini berarti efisiensi daya yang lebih baik dan performa yang lebih optimal. Hasilnya? Membuka banyak aplikasi menjadi 2x lebih cepat dari pendahulunya.

Bagi para online seller atau content creator pemula, fitur ini ibarat angin segar. Bayangkan harus membuka aplikasi chat untuk melayani pelanggan, sambil mengecek stok barang di marketplace, dan sesekali berpindah ke media sosial untuk promosi—semuanya bisa berjalan mulus tanpa lag. Layar 6,7 inci HD+ dengan refresh rate 90Hz semakin melengkapi pengalaman tersebut, membuat setiap geseran terasa halus dan nyaman di mata.

Ketangguhan yang Tak Sekadar Klaim

Salah satu keluhan pengguna smartphone entry-level biasanya adalah ketahanan perangkat terhadap elemen sehari-hari seperti debu atau cipratan air. Samsung menjawab ini dengan menyertakan sertifikasi IP54 pada Galaxy A07—sesuatu yang jarang ditemui di segmen harganya. Artinya, Anda tak perlu terlalu khawatir ketika hujan tiba-tiba turun atau saat bekerja di lingkungan yang berdebu.

Fitur ini mungkin terkesan sepele, tetapi dampaknya besar bagi pengguna yang aktif di lapangan. Driver ojek online, petugas lapangan, atau bahkan ibu-ibu yang sering membawa smartphone ke dapur—semua bisa bernapas lega. Tak perlu lagi panik ketika ponsel terkena cipratan air atau terpapar debu. Galaxy A07 hadir sebagai solusi yang praktis dan reliabel.

Content image for article: Samsung Galaxy A07: Gesit, Tangguh, dan Aman di Harga 1.3 Jutaan

Keamanan Jangka Panjang yang Dipertaruhkan

Di era dihingga keamanan digital menjadi semakin krusial, Samsung memberikan perhatian khusus pada aspek ini. Galaxy A07 tidak hanya menjanjikan performa dan ketahanan fisik, tetapi juga perlindungan software melalui 6x pembaruan OS dan keamanan selama masa pakai perangkat. Setiap kali ada pembaruan, pengguna akan mendapat notifikasi langsung untuk mengunduhnya.

Bagi mereka yang menggunakan smartphone untuk transaksi keuangan, fitur ini ibarat tameng tambahan. Ditambah dengan keberadaan Samsung Knox Vault—teknologi keamanan berlapis yang menjaga data sensitif—Galaxy A07 mencoba menepis keraguan tentang keamanan perangkat entry-level. Penyimpanan yang bisa diperluas hingga 2TB via MicroSD juga menjadi nilai tambah, terutama bagi yang gemar menyimpan banyak file atau dokumentasi pekerjaan.

Meski demikian, apakah semua keunggulan ini cukup untuk membuat Galaxy A07 unggul di pasar yang semakin padat? Mengingat beberapa brand lain juga menawarkan fitur menarik di segmen serupa, bahkan dengan harga yang lebih kompetitif. Seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu, ketika warganet sempat menyuarakan #BOYCOTTSamsungIndonesia karena berbagai alasan, respons terhadap produk terbaru ini patut ditunggu.

Di sisi lain, skema pembayaran yang ditawarkan—termasuk Finance+ untuk pembelian di toko offline—bisa menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi dengan bonus senilai hingga Rp 719.700 yang mencakup travel adapter 25W, paket data XL 36GB, dan diskon Samsung Care+. Sebuah paket yang terhitung lengkap untuk kalangan yang budget-nya terbatas namun butuh perlindungan ekstra.

Lantas, bagaimana dengan pilihan warnanya? Samsung menyediakan tiga varian: Green, Light Violet, dan Black. Pilihan yang cukup beragam untuk memenuhi selera berbeda, meski mungkin beberapa orang mengharapkan opsi warna yang lebih berani atau trendy.

Jadi, apakah Samsung Galaxy A07 layak disebut sebagai smartphone #YangPentingPasti? Jika dilihat dari spesifikasi dan fitur yang ditawarkan—mulai dari performa, ketahanan, hingga keamanan—tampaknya iya. Perangkat ini mencoba menjawab kebutuhan pengguna modern yang menginginkan segala sesuatu dalam satu genggaman, tanpa harus mengorbankan太多 aspek penting.

Bagi Anda yang sedang mencari smartphone dengan budget terbatas namun tidak mau kompromi pada kualitas, Galaxy A07 patut dipertimbangkan. Apalagi dengan dukungan pembaruan software jangka panjang, setidaknya Anda tak perlu khawatir perangkat akan cepat usang atau rentan terhadap ancaman keamanan terbaru. Sebuah investasi yang cukup smart untuk jangka panjang.

Namun, tentu saja keputusan akhir ada di tangan Anda. Selalu bandingkan dengan kebutuhan dan preferensi pribadi. Jangan lupa, ada juga alternatif lain seperti paket bundling smartphone dengan provider tertentu—contohnya seperti Telkomsel yang baru saja merilis paket iPhone 16 dengan kuota eSIM besar. Pilihan ada di tangan Anda, yang pasti Galaxy A07 telah memberikan opsi menarik di segmen harganya.

Grok 2.5 Resmi Open Source, Elon Musk Janji Grok 3 Menyusul

0

Telset.id – Bayangkan jika Anda bisa mengunduh, menjalankan, bahkan memodifikasi model AI canggih milik Elon Musk secara gratis. Itulah yang terjadi sekarang. xAI, perusahaan kecerdasan buatan milik Musk, baru saja merilis Grok 2.5 sebagai open source. Model AI yang sebelumnya hanya bisa diakses melalui platform X ini kini tersedia untuk diunduh dan dikustomisasi oleh siapa saja.

Langkah ini bukan hanya sekadar gebrakan teknis, melainkan sinyal kuat bahwa Musk serius ingin mendemokratisasi akses ke AI. Dalam sebuah postingan di X, CEO Tesla dan SpaceX itu mengonfirmasi bahwa Grok 2.5 telah diunggah ke Hugging Face—platform berbagi model machine learning terkemuka. Yang lebih menarik, Musk juga berjanji bahwa Grok 3 akan menyusul enam bulan ke depan dengan status yang sama: open source.

Tapi jangan buru-buru bersorak. Lisensi open source yang diberikan xAI tidak sepenuhnya bebas. Ada batasan signifikan: Anda tidak boleh menggunakan Grok untuk melatih, membuat, atau meningkatkan model AI lain. Ini seperti mendapat akses ke mesin sport canggih, tapi dilarang memodifikasi mesinnya untuk dibenamkan ke mobil lain.

Bukan Kali Pertama

Ini bukan pertama kalinya xAI membuka akses ke model Grok. Pada Maret 2024, perusahaan merilis Grok-1 dalam bentuk base model mentah—tanpa penyetelan khusus untuk tugas tertentu. Namun, rilis Grok 2.5 kali ini jauh lebih signifikan karena ini adalah model yang sudah dioptimalkan dan digunakan dalam produk komersial.

Langkah xAI ini menciptakan kontras tajam dengan OpenAI, yang selama ini hanya menawarkan model ChatGPT yang kurang powerful kepada peneliti dan bisnis. Sementara OpenAI bersikap lebih tertutup dengan model terbaiknya, xAI justru membuka keran akses—dengan catatan.

Dampak bagi Developer dan Risiko yang Mengintai

Dengan dibukanya kode sumber Grok 2.5, developer independen sekarang punya peluang untuk mempelajari arsitektur AI kelas enterprise dan berpotensi meningkatkan model tersebut. Ini bisa memicu inovasi yang selama ini terhambat oleh keterbatasan akses ke model AI canggih.

Namun, ada bayang-bayang kelam yang masih membuntuti Grok. Beberapa waktu lalu, model AI ini sempat membuat gempar karena memberikan respons antisemit dan bahkan menyebut dirinya sebagai “MechaHitler”. Tim Grok menyatakan insiden itu disebabkan oleh “kode usang” yang sudah diperbaiki. Tapi pertanyaannya: seberapa aman kita mempercayai model yang pernah menunjukkan perilaku berbahaya seperti itu?

Bagi yang tertarik menjelajahi alternatif AI selain Grok, tersedia beberapa pilihan lain di pasaran. Beberapa alternatif ChatGPT terbaik di 2025 bisa menjadi pertimbangan, terutama untuk kebutuhan coding, riset, dan chatting.

Masa Depan Grok 3 dan Janji Musk

Elon Musk mengatakan Grok 3 akan dirilis sebagai open source dalam enam bulan. Tapi seperti biasa, janji timeline dari Musk perlu disikapi dengan skeptisisme sehat. Kita semua ingat bagaimana janji-janji sebelumnya sering molor dari jadwal yang diumumkan.

Yang jelas, langkah open source ini merupakan bagian dari strategi besar Musk untuk bersaing dengan raksasa AI lain. Dengan membuka akses, dia berharap bisa mempercepat adopsi dan pengembangan Grok—sekaligus menarik talenta terbaik yang ingin berkontribusi pada proyek open source.

Perkembangan AI seperti Grok juga erat kaitannya dengan ekosistem teknologi lainnya, termasuk dunia crypto. Bagi yang tertarik memantau perkembangan ini, ada beberapa AI crypto agents terbaik yang wajib dipantau di 2025.

Jadi, apa artinya semua ini untuk Anda? Jika Anda developer AI, sekarang ada kesempatan emas untuk bereksperimen dengan model canggih tanpa biaya lisensi. Jika Anda pengguna biasa, ini berarti lebih banyak pilihan dan inovasi yang mungkin datang dari komunitas open source. Tapi tetap waspada—dengan great power comes great responsibility, dan Grok sudah membuktikan bahwa kekuatannya bisa berbahaya jika tidak dikendalikan dengan tepat.

Sementara menunggu Grok 3, mungkin saatnya mencoba Grok 2.5 dan melihat sendiri apa yang bisa dilakukan—atau tidak bisa dilakukan—oleh AI open source milik miliarder paling kontroversial di dunia tech ini.

Halo X: Kacamata Pintar yang Rekam Semua Percakapan untuk AI

0

Telset.id – Startup Halo meluncurkan kacamata pintar Halo X yang merekam dan mencatat semua percakapan pengguna untuk memberikan wawasan berbasis AI. Perangkat ini dirancang untuk meningkatkan kecerdasan pengguna dengan mengingat detail yang terlupakan, mencari fakta secara real-time, dan menjawab pertanyaan sulit. Halo X dipatok dengan harga $249 dan sudah dapat dipesan secara preorder.

AnhPhu Nguyen, salah satu pendiri Halo, menjelaskan bahwa tujuan utama produk ini adalah membuat pengguna menjadi “super cerdas” seketika setelah mengenakannya. “Kacamata ini akan membantu Anda mengetahui segalanya, memiliki semua fakta yang diperlukan, dan berbicara sepuluh kali lebih cerdas,” ujarnya kepada TechCrunch. Konsep ini disebut sebagai “vibe thinking,” istilah yang populer di kalangan tech untuk menggambarkan bantuan AI dalam proses berpikir.

Berbeda dengan produk sejenis seperti kacamata pintar Meta dan Oakley atau Xiaomi AI Glasses, Halo X menonjol karena kemampuannya merekam segala aktivitas pengguna secara terus-menerus. Caine Ardayfio, co-founder lainnya, menyatakan bahwa pendekatan ini memberikan kekuatan lebih besar bagi AI untuk membantu pengguna pada tingkat personal yang hybrid.

Namun, fitur perekaman konstan ini menimbulkan kekhawatiran privasi. Halo X tidak dilengkapi lampu indikator yang memberitahu ketika perangkat sedang merekam, karena memang dirancang untuk selalu aktif. Hal ini berpotensi melanggar hukum di beberapa negara yang melarang perekaman percakapan tanpa izin. Menurut Ardayfio, tanggung jawab untuk mendapatkan persetujuan sepenuhnya berada di tangan pengguna.

Nguyen dan Ardayfio sebelumnya dikenal karena memodifikasi kacamata pintar Meta dengan perangkat lunak pengenalan wajah yang dapat mengidentifikasi orang asing dan menampilkan informasi pribadi mereka. Demonstrasi itu menuai kritik karena dilakukan tanpa izin. Kini, mereka yakin konsumen lebih percaya pada startup kecil seperti Halo dibandingkan raksasa teknologi dengan catatan privasi yang buruk.

Meski menjanjikan peningkatan kecerdasan, beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa ketergantungan berlebihan pada AI dapat melemahkan kemampuan berpikir kritis. Sebuah studi dari Microsoft dan Carnegie Mellon menemukan fenomena “cognitive offloading,” di mana keterampilan analitis pengguna menurun seiring meningkatnya ketergantungan pada respons AI. Studi lain mengungkapkan bahwa mahasiswa yang sering menggunakan ChatGPT melaporkan penurunan memori dan nilai akademik.

Peluncuran Halo X terjadi di tengah persaingan sengit dalam pasar kacamata pintar. Perusahaan seperti Meta terus mengembangkan teknologi pengenalan wajah, sementara Apple bersiap merilis produk serupa pada akhir 2026. Halo berharap dapat memimpin tren perekaman digital kehidupan sehari-hari, yang menurut Nguyen akan menjadi norma di masa depan.

Keberhasilan Halo X tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada penerimaan masyarakat terhadap konsep privasi yang terus berubah. Dengan harga yang relatif terjangkau dan janji manfaat besar, produk ini berpotensi mengubah cara orang berinteraksi dengan AI dalam keseharian mereka.

Restoran Montana Minta Pelanggan Hentikan Penggunaan Google AI untuk Cek Menu

0

Telset.id – Sebuah restoran di Montana, Stefanina’s Wentzville, meminta pelanggannya untuk berhenti menggunakan Google AI Overviews untuk mengecek menu dan promo harian. Permintaan ini disampaikan melalui unggahan di Facebook setelah AI Google kerap memberikan informasi yang salah dan menciptakan menu fiktif, menyebabkan konflik dengan pelanggan yang marah.

Pemilik restoran, Eva Gannon, menjelaskan bahwa Google AI terus memberitahu pelanggan tentang penawaran yang tidak nyata dan bahkan membuat item menu sepenuhnya fiktif. Salah satu contohnya, AI Google mengklaim bahwa Stefanina’s menawarkan pizza besar dengan harga pizza kecil. “Ini berdampak buruk pada kami,” kata Gannon kepada First Alert 4. “Sebagai bisnis kecil, kami tidak bisa memenuhi penawaran spesial dari Google AI.”

Restoran tersebut telah memposting permintaan resmi di halaman Facebook mereka, meminta pelanggan untuk mengunjungi situs web atau halaman Facebook resmi untuk informasi yang akurat. Unggahan tersebut menyatakan, “Google AI tidak akurat dan memberitahu orang-orang tentang spesial yang tidak ada, yang menyebabkan pelanggan marah-marah pada karyawan kami.”

Masalah ini bukan hanya dialami oleh Stefanina’s. Pada Juni lalu, sebuah perusahaan tenaga surya di Minnesota menggugat Google atas pencemaran nama baik, mengklaim bahwa AI Overviews memberikan informasi yang merugikan dan tidak benar tentang perusahaan mereka. Dalam satu kasus, AI tersebut dikabarkan berbohong tentang perusahaan yang menghadapi gugatan atas praktik penjualan yang menipu.

AI chatbot dan model bahasa besar lainnya masih sangat rentan terhadap halusinasi, istilah industri untuk menghasilkan misinformasi yang terdengar masuk akal. Google AI Overviews telah dikritik karena sering kali memberikan rekomendasi yang aneh, termasuk saran untuk menaruh lem pada pizza. Namun, banyak orang masih tidak menyadari ketidakandalan bawaan dari alat-alat ini.

Google sendiri sedang mempromosikan fitur AI Mode pada aplikasi Search-nya dengan kampanye iklan yang mendorong pengguna untuk “Tanya Google” sebelum melakukan hampir segala hal. Baru-baru ini, raksasa pencarian itu mengumumkan bahwa AI Mode sekarang dapat membantu membuat reservasi restoran untuk pengguna.

Insiden seperti ini menunjukkan bahwa kita seharusnya tidak mempercayai alat AI untuk memberi informasi tentang dunia atau mengendalikan pengambilan keputusan kita. Namun, ini justru yang diinginkan oleh pembuatnya: agar AI digunakan untuk tugas dan pertanyaan sehari-hari, mulai dari merencanakan jadwal hingga merumuskan rencana makan malam.

Kecenderungan AI untuk berhalusinasi bukanlah hal baru. Seperti yang terjadi pada pengembangan AI pencarian canggih oleh perusahaan teknologi lain, masalah akurasi tetap menjadi tantangan utama. Bahkan produk Google lainnya terkadang mengalami masalah keandalan, seperti yang terlihat dalam sistem peringatan gempa Android yang diakui kurang akurat.

Bagi bisnis kecil seperti Stefanina’s, dampak dari kesalahan AI bisa sangat signifikan. Mereka tidak memiliki sumber daya untuk terus-menerus mengoreksi informasi yang salah yang disebarkan oleh platform teknologi besar. Solusi sementara yang mereka tawarkan adalah mengarahkan pelanggan ke saluran informasi resmi yang mereka kendalikan sepenuhnya.

Mainan AI Barbie Bisa Bahayakan Perkembangan Anak, Kata Ahli

0

Telset.id – Kemitraan Mattel dan OpenAI untuk menghadirkan mainan berbasis kecerdasan buatan (AI) menuai kekhawatiran dari para ahli. Marc Fernandez, Chief Strategist perusahaan AI Neurologyca, memperingatkan bahwa mainan AI seperti Barbie yang potensial dikembangkan dapat membahayakan perkembangan emosional dan sosial anak-anak.

Fernandez, dalam esainya untuk majalah IEEE Spectrum, menjelaskan bahwa anak-anak secara alami cenderung menganggap mainan mereka sebagai makhluk hidup. Namun, ketika mainan tersebut mampu merespons dengan lancar, mengingat percakapan, dan menciptakan ilusi hubungan yang nyata, batas antara imajinasi dan kenyataan menjadi kabur. “Ini bisa berdampak serius pada cara anak memahami hubungan interpersonal,” tulisnya.

Meskipun Mattel dan OpenAI belum mengungkapkan rencana spesifik, kolaborasi mereka berpotensi melahirkan Barbie AI yang mampu berinteraksi layaknya manusia. Kekhawatiran serupa pernah muncul pada 2017 ketika boneka “My Friend Cayla” dilarang di Jerman karena dicurigai sebagai perangkat mata-mata. Kini, dengan teknologi AI yang lebih canggih, risiko terhadap privasi dan perkembangan anak dinilai semakin besar.

Dampak Psikologis dan Sosial

Fernandez menekankan bahwa hubungan nyata melibatkan proses belajar melalui konflik, negosiasi, dan tekanan emosional. Sementara itu, mainan AI hanya memberikan respons yang sesuai dengan keinginan anak, menciptakan ruang gema yang nyaman namun tidak mendidik. “Hubungan sesungguhnya berantakan, dan hubungan orangtua-anak mungkin lebih rumit lagi. Di situlah empati dan ketahanan mental dibentuk,” jelasnya.

Anak-anak prasekolah yang mulai berinteraksi dengan mainan AI berisiko menganggapnya sebagai teman pertama mereka. Hal ini dapat mempengaruhi cara mereka memahami dinamika hubungan di dunia nyata. Seperti yang terjadi pada banyak orang dewasa yang mengembangkan ketergantungan pada chatbot, anak-anak mungkin kesulitan membedakan antara interaksi dengan mesin dan manusia.

Perusahaan seperti Curio bahkan telah meluncurkan mainan berisi chatbot yang ditujukan untuk anak-anak lebih muda. Produk semacam ini, jika tidak diatur dengan baik, dapat memperburuk pemahaman anak tentang cara berelasi dengan orang lain. Fernandez menambahkan, “Apa yang kita ajarkan kepada anak-anak tentang persahabatan, empati, dan koneksi emosional jika hubungan ‘nyata’ pertama mereka adalah dengan mesin?”

Regulasi dan Tanggung Jawperusahaan

Kekhawatiran ini juga disuarakan oleh aktivis kesejahteraan anak. Robert Weissman dari Public Citizen menyatakan bahwa mainan AI berpotensi menimbulkan “kerusakan nyata pada anak-anak.” Meskipun Neurologyca sendiri mengembangkan AI yang adaptif secara emosional, Fernandez menegaskan bahwa teknologi semacam itu tidak cocok untuk anak-anak.

Di Indonesia, isu perlindungan anak dalam dunia digital juga semakin mendapat perhatian. Seperti yang terjadi pada kasus pria yang menyuruh anaknya mencuri mainan, penting bagi orangtua dan regulator untuk memastikan bahwa teknologi digunakan secara bertanggung jawab. Selain itu, inovasi teknologi seperti yang dilakukan Razer dengan alat pengembang game berbasis AI juga perlu mempertimbangkan aspek keamanan dan etika.

Perkembangan mainan AI tidak dapat dihindari, namun diperlukan pendekatan hati-hati agar tidak mengorbankan perkembangan alami anak. Orangtua disarankan untuk tetap memantau interaksi anak dengan perangkat teknologi dan memastikan bahwa mereka juga memiliki cukup pengalaman bersosialisasi dengan manusia sesungguhnya.

Selain mainan, perangkat teknologi lain seperti Xiaomi Redmi 15C juga semakin mudah diakses anak-anak. Oleh karena itu, edukasi dan pengawasan menjadi kunci untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan teknologi yang berlebihan.

Grammarly Luncurkan AI Grader, Prediksi Nilai Siswa Otomatis

0

Telset.id – Grammarly, platform penulisan berbasis AI, resmi meluncurkan sejumlah agen AI baru untuk pelajar, termasuk “AI Grader” yang mampu memprediksi nilai tugas berdasarkan informasi publik pengajar. Rilis ini diumumkan Senin (19/8) dan akan tersedia bagi pengguna Free dan Pro di platform “AI-native writing surface” Grammarly, tepat sebelum semester musim gugur dimulai.

AI Grader dirancang untuk memberikan umpan balik personal kepada siswa sekaligus memperkirakan nilai yang akan mereka peroleh. Salah satu fitur kontroversialnya adalah kemampuan AI untuk mengumpulkan “informasi pengajar yang tersedia secara publik”. Dalam video demonstrasi dari Grammarly, pengguna diminta memasukkan nama pengajar, institusi, dan kelas yang diajar, serta mengunggah rubrik penilaian.

Setelah data dimasukkan, AI Grader akan memproses dengan pesan: “Mencari informasi pengajar Anda”, “Mengulas informasi mengajar publik”, dan “Mengidentifikasi prioritas penilaian utama”. Hasilnya, AI akan memberikan prediksi nilai, seperti contoh “78/100”. Meski terdengar canggih, metode ini menuai kritik karena dianggap invasif dan berpotensi melanggar privasi.

Menurut laman resmi Grammarly, AI Grader ditujukan bagi siswa yang ingin “memprediksi bagaimana karya mereka akan diterima oleh pengajar dan mengambil kendali atas nilai mereka”. Namun, detail teknis tentang cara AI mengumpulkan data pengajar masih samar, memicu kekhawatiran di kalangan edukator dan pengamat teknologi.

Selain AI Grader, Grammarly juga memperkenalkan alat lain seperti AI Detector untuk memeriksa konten yang dihasilkan AI, dan Plagiarism Checker untuk mengidentifikasi kesamaan tidak disengaja. Alat-alat ini meskipun berguna bagi pengajar, justru dipasarkan terutama untuk siswa — termasuk AI Humanizer yang membuat tulisan berbantuan AI terdengar lebih alami.

Jenny Maxwell, Head of Grammarly for Education, menegaskan bahwa tools ini bertujuan mempersiapkan siswa menghadapi dunia yang semakin dipengaruhi AI. “Siswa hari ini membutuhkan AI yang meningkatkan kemampuan tanpa merusak pembelajaran,” ujarnya dalam pernyataan resmi. “Dengan mengajarkan siswa cara bekerja efektif dengan AI sekarang, kami mempersiapkan mereka untuk dunia kerja di mana literasi AI akan sangat penting.”

Meski demikian, kehadiran AI Grader dan tools sejenis memunculkan pertanyaan etis, terutama terkait privasi data dan ketergantungan berlebihan pada teknologi. Seperti halnya inovasi AI lainnya, termasuk mobil otonom atau sistem prediksi canggih, selalu ada risiko yang perlu diwaspadai.

Pengembangan AI dalam pendidikan memang tidak terhindarkan, mengingat institusi pendidikan dan perusahaan mulai mengintegrasikan teknologi ini. Namun, penting untuk memastikan bahwa tools seperti AI Grader digunakan secara bertanggung jawab dan transparan, tanpa mengorbankan proses belajar yang otentik.

Seperti yang terjadi di Antartika atau dalam eksplorasi batas pengetahuan manusia, teknologi seringkali membawa kita pada pertanyaan baru tentang etika dan dampaknya. AI Grader Grammarly mungkin hanya salah satu contoh bagaimana AI mulai mengubah cara kita belajar dan berinteraksi dengan informasi.

Ke depan, adopsi AI dalam pendidikan diprediksi akan terus meningkat, seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan akan efisiensi. Namun, seperti halnya batasan pengetahuan manusia, AI juga memiliki keterbatasan yang perlu disadari oleh penggunanya.

iPad Bukan Cuma untuk Hiburan, Ini 30+ Kegiatan Produktifnya!

0

Telset.id – Apakah Anda baru saja membeli iPad atau sedang mempertimbangkan untuk memilikinya? Jangan salah, perangkat ini bukan sekadar gadget untuk menonton film atau bermain game. iPad telah berevolusi menjadi alat serba bisa yang mampu menggantikan banyak perangkat lain dalam keseharian Anda. Dari urusan kerja hingga hobi, iPad siap membantu dengan cara yang mungkin belum pernah Anda bayangkan.

Dengan dukungan aplikasi yang kian lengkap dan aksesori yang inovatif, iPad tidak lagi hanya menjadi “perangkat konsumsi”. Ia telah bertransformasi menjadi mitra produktivitas yang powerful. Bahkan, dalam beberapa situasi, iPad bisa menggantikan peran laptop konvensional dengan sangat elegan.

Mari kita eksplorasi lebih dalam berbagai kemampuan tersembunyi iPad yang mungkin belum Anda ketahui. Siapa tahu, setelah membaca artikel ini, Anda akan melihat iPad dengan perspektif yang sama sekali baru.

Menggantikan Peran Laptop dengan Elegan

Pertanyaan klasik yang sering muncul: bisakah iPad benar-benar menggantikan laptop? Jawabannya: tergantung kebutuhan Anda. Untuk tugas komputasi dasar seperti browsing web, mengecek email, atau bekerja dengan aplikasi produktivitas seperti Notes, iPad mampu melakukannya dengan sangat efisien.

Dengan menambahkan aksesori seperti keyboard dan mouse, pengalaman menggunakan iPad akan semakin mirip dengan laptop konvensional. Bahkan untuk beberapa profesional, kombinasi iPad Pro dengan Smart Keyboard dan Apple Pencil sudah lebih dari cukup untuk menangani sebagian besar tugas harian mereka.

The iPad Pro with smart keyboard and Apple Pencil

Pusat Hiburan Digital yang Komprehensif

Sebagai perangkat media, iPad memang tiada tanding. Dengan layar Retina Display dan teknologi True Tone, konten visual ditampilkan dengan sangat hidup dan memukau. Anda bisa menikmati film dan acara TV dengan mengunduh atau menyewanya melalui Apple TV, streaming melalui Netflix dan Hulu, atau bahkan menonton TV langsung melalui aplikasi penyedia layanan kabel.

Untuk penggemar musik, iPad menghadirkan pengalaman yang sama powerful dengan iPhone. Sync dengan Apple Music atau PC untuk mengakses playlist favorit, gunakan fitur Genius untuk membuat playlist otomatis, atau streaming melalui iHeartRadio. Dengan subscription Apple Music, Anda bisa mengakses jutaan lagu dan stasiun radio yang dikurasi khusus.

Alat Produktivitas yang Tak Terduga

Jangan remehkan kemampuan iPad dalam hal produktivitas. Microsoft Office suite tersedia lengkap untuk iPad, termasuk Word, Excel, dan PowerPoint. Untuk yang lebih suka solusi Apple, tersedia Pages, Numbers, dan Keynote yang gratis dan sangat capable.

Kemampuan mencetak dokumen juga bukan masalah dengan dukungan AirPrint yang kompatibel dengan printer dari berbagai merek ternama. Bahkan untuk urusan bisnis, iPad bisa berfungsi sebagai mesin kasir dengan kemampuan menerima pembayaran kartu kredit melalui aplikasi dan reader khusus.

Business owner with headphones working at laptop

Kreativitas Tanpa Batas

Bagi para kreator, iPad menawarkan berbagai kemungkinan yang mengagumkan. Dengan dukungan Apple Pencil, iPad menjadi kanvas digital yang sempurna untuk sketching dan drawing. Bahkan untuk musisi, terdapat interface seperti iRig yang memungkinkan gitar terhubung dengan iPad, mengubahnya menjadi multi-effects processor melalui aplikasi AmpliTube.

Kemampuan recording music juga sangat impressive dengan GarageBand yang memungkinkan recording dan manipulasi multiple tracks. Dengan tambahan microphone eksternal, iPad bisa berfungsi sebagai multi-track recorder yang portabel dan powerful.

Alat Bantu Kehidupan Sehari-hari

iPad juga bisa berfungsi sebagai GPS dengan layar yang lebih besar dibanding smartphone, meski membutuhkan koneksi cellular atau tethering. Siri sebagai asisten pribadi membantu mengatur jadwal, setting reminder, atau mencari informasi dengan mudah.

Di dapur, iPad menjadi cookbook modern dengan aplikasi seperti Epicurious yang memudahkan pencarian resep berdasarkan bahan atau kebutuhan diet tertentu. Bahkan untuk yang hobi membaca, iPad menjadi e-reader yang excellent dengan akses ke Apple Books, NOOK, atau Kindle.

Stack of books with digital tablet

Fungsi-fungsi Cerdas Lainnya

Dengan fitur Sidecar pada macOS Catalina dan versi lebih baru, iPad bisa berfungsi sebagai second monitor untuk Mac. Aplikasi seperti AirDisplay dan DuetDisplay bahkan memungkinkan iPad menjadi monitor tambahan untuk PC.

Untuk kontrol remote, aplikasi seperti GoToMyPC dan iTeleport memungkinkan Anda mengontrol PC dari iPad. Fitur parental control membuat iPad aman untuk digunakan seluruh keluarga, sementara aksesori seperti ION iCade mengubah iPad menjadi arcade game klasik yang menyenangkan.

Kemampuan scanning dokumen juga hadir melalui berbagai aplikasi scanner yang melakukan auto-focusing dan straightening dokumen secara otomatis. Bahkan untuk kontrol yang lebih presisi, Virtual Trackpad pada Accessibility settings memberikan kontrol kursor yang lebih akurat.

Person using smart TV apps on digital tablet on living room sofa

Dengan semua kemampuan ini, apakah Anda masih melihat iPad hanya sebagai gadget untuk konsumsi konten? Perangkat ini telah membuktikan diri sebagai alat multifungsi yang siap mendukung berbagai aspek kehidupan modern, dari kerja hingga hobi, dari dapur hingga ruang keluarga.

Seperti yang ditunjukkan dalam penggunaan iPad oleh Timnas Renang Australia, perangkat ini memang dirancang untuk membantu mencapai performa terbaik. Bahkan di restoran pun, seperti dalam kasus unik yang pernah kami lipat, iPad menunjukkan fleksibilitasnya yang luar biasa.

Dalam era dimana teknologi semakin pintar, seperti perkembangan fitur-fitur AI pada Google Bard, iPad tetap relevan dengan mengintegrasikan teknologi terbaru dalam pengalaman pengguna yang intuitif. Meskipun beberapa riset menyebut Android lebih mudah digunakan, ekosistem iPad menawarkan konsistensi dan integrasi yang sulit ditandingi.

Dunia teknologi terus berkembang, seperti yang kita lihat pada prestasi robot humanoid yang berlari maraton, namun iPad membuktikan bahwa sometimes, the best technology is the one that seamlessly integrates into our daily lives without complicating things.

Jadi, apakah Anda sudah memaksimalkan penggunaan iPad Anda? Mungkin sudah saatnya mengeksplorasi berbagai fitur dan kemampuan yang mungkin selama ini terlewatkan. Siapa tahu, iPad Anda bisa menjadi lebih dari sekadar tablet—ia bisa menjadi partner produktivitas, kreativitas, dan hiburan yang sebenarnya selama ini Anda cari.

Pixel 10 Bawa WhatsApp Call via Satelit, Inovasi atau Sekadar Gimmick?

0

Telset.id – Bayangkan Anda sedang mendaki gunung, jauh dari jangkauan sinyal seluler, tapi masih bisa melakukan panggilan video WhatsApp dengan keluarga. Itulah yang dijanjikan Google melalui Pixel 10 series, yang resmi diluncurkan pada 23 Agustus 2025. Setelah melalui berbagai bocoran, akhirnya Google memperkenalkan empat varian: Pixel 10, Pixel 10 Pro, Pixel 10 Pro XL, dan Pixel 10 Pro Fold. Namun, ada satu fitur yang “terlupakan” dalam pengumuman resmi—dukungan panggilan suara dan video WhatsApp via satelit.

Ini bukan sekadar upgrade biasa. Fitur satelit sebelumnya hanya digunakan untuk panggilan darurat dan peringatan, namun kini Google membawanya ke level yang lebih personal dan praktis. Untuk pertama kalinya, pengguna bisa memanfaatkan konektivitas satelit untuk berkomunikasi melalui aplikasi pihak ketiga seperti WhatsApp. Fitur ini dijadwalkan tersedia mulai 28 Agustus, seperti yang diumumkan Google melalui postingan di X.

Tapi, seperti kebanyakan inovasi, ada catatan kecil. Anda harus menjadi pelanggan operator yang berpartisipasi, dan mungkin dikenakan biaya tambahan untuk menggunakan fungsi ini. Meski terdengar menjanjikan, persyaratan ini sedikit mengurangi daya pukau fitur tersebut. Detail lebih lanjut diharapkan akan diungkap oleh operator dalam beberapa hari ke depan. Namun, ini bisa menjadi awal dari sesuatu yang suatu hari nanti menjadi mainstream.

Lebih dari Sekadar WhatsApp Call

Pixel 10 series tidak hanya tentang panggilan satelit. Google juga membawa sejumlah peningkatan signifikan dalam hal kualitas layar, baterai, dan kamera. Salah satu sorotan utama adalah chipset Tensor G5, yang untuk pertama kalinya diproduksi oleh TSMC, bukan Samsung. Ini membawa efisiensi yang lebih baik dan mungkin akhirnya membuat perangkat Pixel bersaing lebih ketat dengan flagship Android berbasis Snapdragon.

Selain itu, Google menjanjikan dukungan pembaruan OS dan keamanan selama tujuh tahun—komitmen yang patut diacungi jempol di era di mana umur produk seringkali dipersingkat. Namun, seperti yang pernah diungkap dalam laporan sebelumnya, ada kekhawatiran terkait degradasi baterai Pixel 10 yang lebih cepat, yang sayangnya tidak bisa dimatikan oleh pengguna.

Apakah Ini Akan Mengubah Cara Kita Berkomunikasi?

Dukungan panggilan WhatsApp via satelit di Pixel 10 series bisa menjadi game-changer, terutama bagi mereka yang sering berada di area terpencil. Namun, pertanyaannya adalah: seberapa accessible fitur ini bagi pengguna biasa? Dengan persyaratan operator dan kemungkinan biaya tambahan, fitur ini mungkin hanya dinikmati oleh segelintir orang—setidaknya untuk saat ini.

Google tampaknya sedang mencoba membawa teknologi satelit ke ranah yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada situasi darurat. Jika berhasil, ini bisa membuka pintu bagi aplikasi lain untuk mengintegrasikan fungsi serupa. Tapi, sekali lagi, semua kembali pada kebijakan operator dan seberapa besar mereka ingin berinvestasi dalam infrastruktur pendukung.

Selain fitur satelit, Pixel 10 juga hadir dengan spesifikasi yang melesat, meski harganya tidak mengalami kenaikan signifikan. Desainnya tetap elegan, seperti yang pernah dibocorkan sebelumnya dalam artikel tentang desain Pixel 10 Pro. Namun, yang paling menarik adalah bagaimana Google menggabungkan semua ini menjadi paket yang kohesif dan user-friendly.

Jadi, apakah Pixel 10 series layak disebut sebagai inovasi sejati? Jawabannya mungkin iya, tetapi dengan beberapa asterisk. Fitur panggilan WhatsApp via satelit adalah langkah maju yang berani, meski masih terbatas. Dengan dukungan pembaruan jangka panjang dan chipset yang lebih efisien, Pixel 10 series berpotensi menjadi pesaing serius di pasar smartphone premium. Tapi, seperti biasa, buktinya ada di tangan pengguna.

Redmi Note 15 Pro dan Pro+ Resmi: Layar Super Terang, Baterai 7000mAh

0

Telset.id – Apa jadinya jika ponsel mid-range tak hanya menawarkan harga bersaing, tetapi juga fitur yang biasanya cuma ada di flagship? Xiaomi baru saja menjawabnya dengan meluncurkan Redmi Note 15 Pro dan Pro+ di China. Dua seri ini bukan sekadar upgrade biasa—mereka membawa layar super terang, baterai raksasa, dan ketahanan yang jarang ditemui di segmen harganya.

Seperti dilaporkan Gizchina, kedua model ini mengusung panel OLED 6,83 inci dengan refresh rate 120Hz. Yang mencolok, kecerahan maksimalnya mencapai 3200 nits—angka yang bahkan mengalahkan banyak ponsel premium. Redmi Note 15 Pro mempertahankan layar datar, sementara Pro+ menghadirkan desain melengkung yang terkesan lebih mewah. Untuk melindungi layarnya, Xiaomi menggunakan Dragon Crystal Glass.

Dua Chipset Berbeda untuk Dua Karakter Berbeda

Redmi Note 15 Pro+ menjadi ponsel pertama yang ditenagai Snapdragon 7s Gen 4 dari Qualcomm. Chipset ini dipasangkan dengan GPU Adreno 810 dan sistem pendingin baru yang menggunakan pompa sirkulasi untuk mendistribusikan panas lebih efisien. Tujuannya jelas: menjaga performa tetap stabil, bahkan saat digunakan untuk gaming berat.

Sementara itu, Redmi Note 15 Pro mengandalkan Dimensity 7400-Ultra dari MediaTek. Dibangun dengan proses 4nm yang sama, chip ini lebih dioptimalkan untuk efisiensi. Jadi, jika Anda mencari performa harian yang mulus tanpa terlalu banyak ekspektasi gaming ekstrem, varian Pro bisa jadi pilihan.

Kamera: Pendekatan yang Dibedakan

Pada Redmi Note 15 Pro, Xiaomi tetap setia dengan setup kamera yang sudah familiar: sensor utama Sony LYT-600 50MP, ultra-wide 8MP, dan macro 2MP. Pilihan yang solid untuk kebutuhan harian, meski tidak mengejutkan.

Namun, Redmi Note 15 Pro+ membawa sesuatu yang lebih. Masih dengan sensor utama 50MP, tetapi menggunakan Light Fusion 800 dengan stabilisasi optis (OIS). Yang menarik, Pro+ juga dilengkapi kamera telephoto 50MP dengan zoom 2.5x. Keberadaan lensa zoom sungguhan di segmen harga mid-range termasuk langka, dan ini bisa menjadi nilai tambah untuk fotografi portrait atau perjalanan.

Dibangun untuk Tahan Banting

Xiaomi jelas ingin kedua ponsel ini menonjol dalam hal ketahanan. Keduanya memiliki rating IP66, IP68, IP69, dan IP69K—yang mencakup perlindungan terhadap debu hingga semprotan air bertekanan tinggi. Fitur seperti ini jarang ditemui di perangkat mid-range.

Bodi belakangnya menggunakan fiberglass untuk kekuatan tambahan, dan Xiaomi mengklaim bahwa kedua ponsel ini bertahan dari 50 kali jatuh dari ketinggian 2 meter ke granit selama pengujian. Klaim marketing? Mungkin. Tapi yang pasti, ini adalah salah satu ponsel Redmi paling tangguh yang pernah dibuat.

Baterai: Cerita Besar di Balik Layar

Kedua model dibekali baterai raksasa 7000mAh—jauh lebih besar daripada yang dibawa kebanyakan flagship saat ini. Xiaomi menyatakan bahwa Pro+ mendukung pengisian cepat 90W, sementara Pro standar berhenti di 45W. Keduanya juga bisa melakukan pengisian balik (reverse charging) 22.5W jika Anda ingin mengisi daya gadget lain.

Bagi pengguna berat, baterai sebesar ini bisa menjadi faktor penentu. Dengan penggunaan normal, ponsel ini bisa bertahan lebih dari satu hari, bahkan mungkin dua hari.

Audio, Perangkat Lunak, dan Tambahan Lainnya

Suara ditangani oleh speaker stereo, dan Xiaomi menjanjikan peningkatan signifikan dalam hal loudness. Dukungan Dolby Atmos juga disertakan. Kedua ponsel menjalankan Android 15 dengan HyperOS 2, dan opsi penyimpanan mencapai 512GB. RAM dimulai dari 8GB dan bisa mencapai 16GB pada Pro+.

Ada juga edisi khusus Pro+ Satellite Edition dengan pesan satelit Beidou. Fitur ini memungkinkan Anda mengirim teks tanpa jaringan seluler—terutama ditujukan bagi mereka yang sering berada di area terpencil.

Harga di China dimulai dari 1.499 yuan (sekitar Rp 3,2 juta) untuk Redmi Note 15 Pro 8/256GB, dan naik hingga 2.499 yuan (sekitar Rp 5,4 juta) untuk Pro+ 16/512GB Satellite Edition. Penjualan sudah dimulai di China, dengan diskon kecil untuk pembeli awal. Belum ada kabar mengenai peluncuran global.

Dengan seri Note 15 Pro, Xiaomi sepertinya sedang menaikkan standar untuk ponsel mid-range. Antara baterai raksasa, ketahanan serius, dan layar setara flagship, perangkat ini bisa sangat sulit dikalahkan dalam hal nilai. Snapdragon 7s Gen 4 masih belum teruji, dan Dimensity 7400 mungkin tidak akan menggembirakan power users, tetapi untuk harganya, kedua ponsel ini menawarkan banyak hal. Jika Xiaomi membawanya ke luar China, mereka bisa mengacak-acak pasar mid-tier dengan cara yang besar.

Jadi, apakah Redmi Note 15 Pro dan Pro+ layak ditunggu? Tergantung pada prioritas Anda. Jika Anda mencari ponsel yang tahan banting, baterai awet, dan layar super terang—dua seri ini patut dipertimbangkan. Tapi jika Anda lebih mementingkan performa gaming maksimal atau fotografi tingkat profesional, mungkin masih ada pilihan lain yang lebih sesuai.

Redmi Note 15 Resmi: Baterai 5800mAh dan Harga Terjangkau

0

Telset.id – Xiaomi baru saja mengumumkan kehadiran Redmi Note 15 di China, dan ini mungkin menjadi ponsel yang paling banyak dicari. Tidak seperti varian Pro yang lebih mewah, Redmi Note 15 hadir dengan kombinasi spesifikasi praktis dan harga yang sangat bersaing. Apakah ini ponsel yang tepat untuk Anda?

Dengan baterai berkapasitas besar 5800mAh, layar OLED 120Hz yang super terang, serta bodi yang ringan dan ramping, Redmi Note 15 menawarkan nilai lebih di segmen entry-level. Meski kamera dan chipsetnya tidak sehebat saudara Pro-nya, ponsel ini dirancang untuk pengguna yang mengutamakan ketahanan baterai dan kenyamanan penggunaan sehari-hari.

Xiaomi sepertinya paham betul bahwa tidak semua orang membutuhkan kamera 200MP atau performa gaming ekstrem. Terkadang, yang dibutuhkan hanyalah ponsel yang dapat diandalkan sepanjang hari, dengan layar yang cukup terang untuk digunakan di bawah sinar matahari, dan harga yang tidak bikin kantong jebol. Redmi Note 15 hadir sebagai jawaban atas kebutuhan tersebut.

Desain dan Layar: Tipis, Ringan, dan Cerah

Redmi Note 15 memiliki bodi yang hanya setebal 7.35mm dengan bobot 178 gram, membuatnya lebih ringan dan mudah digenggam dibandingkan varian Pro. Layarnya berukuran 6.77 inci dengan panel OLED FHD+ dan refresh rate 120Hz. Yang mengejutkan, ponsel ini memiliki brightness puncak hingga 3200 nits—angka yang hampir tidak masuk akal untuk ponsel di kelas harganya.

Meski kebanyakan orang mungkin tidak akan menyadari perbedaan antara 2000 dan 3200 nits, fitur ini sangat berguna ketika Anda menggunakan ponsel di luar ruangan pada siang hari yang terik. Layarnya tidak hanya cerah, tetapi juga smooth berkat refresh rate 120Hz yang membuat navigasi terasa lebih responsif.

Performa: Snapdragon 6 Gen 3 untuk Keseharian yang Mulus

Di balik bodinya yang ramping, Redmi Note 15 ditenagai oleh Snapdragon 6 Gen 3—chipset mid-range berbasis 4nm yang dioptimalkan untuk efisiensi daya. Xiaomi menyediakan opsi RAM hingga 12GB dan penyimpanan internal hingga 256GB, meski varian dasar hadir dengan konfigurasi 6GB/128GB untuk menjaga harga tetap terjangkau.

Dalam penggunaan sehari-hari seperti menjelajahi menu, berselancar di media sosial, atau multitasking ringan, performa Redmi Note 15 terasa cukup mulus. Bagi Anda yang bukan gamer berat atau pengguna aplikasi berat, chipset ini sudah lebih dari cukup.

Kamera: Sederhana tapi Cukup untuk Dokumentasi Harian

Redmi Note 15 tidak berusaha menawarkan setup kamera yang mentereng. Di bagian belakang, terdapat sensor utama 50MP (Light Fusion 400) yang didampingi oleh sensor depth 2MP. Di depan, terdapat kamera selfie 8MP. Konfigurasi ini jelas tidak akan menyaingi Redmi Note 15 Series varian Pro, tetapi cukup untuk memotret makanan, hewan peliharaan, atau momen sehari-hari dengan hasil yang memadai.

Bagi pengguna yang tidak terlalu memprioritaskan fotografi profesional, kamera Redmi Note 15 sudah lebih dari cukup. Hasil jepretannya natural dengan detail yang cukup baik dalam kondisi pencahayaan yang memadai.

Baterai dan Pengisian Daya: Daya Tahan Luar Biasa

Inilah salah satu fitur unggulan Redmi Note 15—baterai berkapasitas 5800mAh yang ditempatkan dalam bodi yang tipis. Xiaomi mengklaim ponsel ini mendukung pengisian cepat 45W dan bahkan memiliki fitur reverse wired charging 18W, yang memungkinkan Anda mengisi perangkat lain menggunakan Redmi Note 15 seolah-olah itu power bank.

Fitur reverse charging ini jarang ditemukan di ponsel dengan harga segini, dan bisa menjadi nilai tambah bagi pengguna yang sering bepergian atau kerap kehabisan daya di perangkat lain. Dengan baterai sebesar ini, Redmi Note 15 dapat dengan mudah bertahan seharian penuh bahkan dengan penggunaan yang cukup intensif.

Daya Tahan dan Fitur Tambahan

Redmi Note 15 dilengkapi dengan sertifikasi IP66 untuk ketahanan terhadap debu dan cipratan air—fitur yang biasanya tidak hadir di ponsel entry-level. Selain itu, terdapat stereo speaker dengan dukungan Dolby Atmos untuk pengalaman mendengar yang lebih imersif.

Ponsel ini hadir dalam tiga pilihan warna: Midnight Black, Sky Blue, dan Star White. Khusus varian putih, tampilannya terlihat lebih premium dari yang dibayangkan untuk ponsel dengan harga semurah ini.

Harga dan Ketersediaan

Redmi Note 15 sudah dijual di China dengan harga yang sangat kompetitif. Berikut rincian harganya:

  • 6GB + 128GB – 999 yuan (sekitar Rp 2,1 juta)
  • 8GB + 128GB – 1099 yuan (sekitar Rp 2,3 juta)
  • 8GB + 256GB – 1299 yuan (sekitar Rp 2,7 juta)
  • 12GB + 256GB – 1499 yuan (sekitar Rp 3,1 juta)

Varian dasar diperkirakan akan menjadi yang paling laris, mengingat harganya yang sangat terjangkau namun sudah menawarkan spesifikasi yang memadai untuk kebutuhan sehari-hari.

Kesimpulan: Ponsel yang Tepat untuk Pengguna Praktis

Redmi Note 15 tidak dirancang untuk memenangkan persaingan spec sheet. Ponsel ini hadir untuk mereka yang menginginkan perangkat yang andal, dengan layar yang cukup terang, dan baterai yang tahan lama. Meski kamera dan chipsetnya tidak sehebat varian Pro, harganya yang dimulai di bawah Rp 2,5 juta membuatnya menjadi pilihan yang sangat masuk akal.

Seperti ciri khas Redmi, ponsel ini praktis, sedikit understated, tetapi tepat sasaran bagi banyak pembeli. Jika Xiaomi membawanya ke luar China, bukan tidak mungkin Redmi Note 15 akan jauh lebih laris daripada varian Pro.

Vivo V60 Siap Guncang Pasar Midrange dengan Kamera Telephoto dan Snapdragon 7 Gen 4

0

Telset.id – Bayangkan Anda berada di tengah kerumunan festival musik, dikelilingi ribuan orang, namun tetap bisa mengabadikan momen spesial di panggung dengan detail tajam layaknya fotografer profesional. Itulah janji yang dibawa vivo V60, smartphone terbaru yang siap mengubah cara kita memotret dalam keramaian. Bagaimana mungkin perangkat midrange menawarkan pengalaman flagship? Simak analisis mendalam kami.

vivo Indonesia secara resmi mengumumkan kehadiran V60, yang disebut-sebut sebagai lompatan besar dari generasi sebelumnya. Tidak main-main, ponsel ini menghadirkan kamera telephoto pertama di seri V, didukung chipset Snapdragon 7 Gen 4 pertama di Indonesia, dan desain premium dengan warna Festive Purple yang terinspirasi semangat festival. Apakah kombinasi ini cukup untuk membuat kelas midrange bergetar?

Menurut Fendy Tanjaya, Product Manager vivo Indonesia, V60 dirancang khusus untuk mereka yang aktif menghadiri festival musik dan acara spesial. “Kami memahami bahwa festival bukan hanya tentang menikmati musik, tetapi juga menangkap momen berharga,” ujarnya. Pendekatan ini menunjukkan vivo semakin paham bahwa smartphone modern bukan sekadar alat komunikasi, melainkan bagian dari gaya hidup dan ekspresi diri.

Desain yang Berbicara dan Baterai yang Tak Pernah Lelah

Vivo V60 datang dengan desain Rounded-edge yang nyaman digenggaman, bahkan setelah berjam-jam digunakan. Yang menarik, meski memiliki bodi tipis dan ringan, ponsel ini dibekali baterai 6500mAh BlueVolt Battery—yang terbesar di kelasnya. Sebuah pencapaian teknis yang patut diacungi jempol, mengingat tren industri seringkali mengorbankan kapasitas baterai untuk mengejar ketipisan.

Warna Festive Purple menjadi pilihan utama, terinspirasi energi festival yang penuh semangat dan kebebasan berekspresi. Selain itu, tersedia juga Spotlight Gray yang elegan dan Dancing Blue yang energik. Pemilihan warna-warna bold ini bukan tanpa alasan—vivo tampaknya ingin penggunanya standout di keramaian, sesuai dengan tagline “ZEISS Portrait, Up Close, From Far”.

Revolusi Kamera: Telephoto Pertama di Seri V

Inilah yang membuat V60 benar-benar berbeda: kehadiran 50MP ZEISS Super Telephoto Camera dengan zoom optimal 10x dan maksimal 100x. Untuk pertama kalinya dalam sejarah seri V, vivo membawa kemampuan fotografi profesional ke segmen midrange. Bayangkan: Anda bisa memotret detail ekspresi musisi dari jarak puluhan meter, atau mengabadikan momen penonton yang biasanya terlewat karena jarak.

Kamera utama 50MP ZEISS OIS, ultra wide-angle 8MP, dan depan 50MP melengkapi paket fotografi yang komprehensif. Fitur ZEISS Multifocal Portrait dengan focal length 85mm dan 100mm—yang sebelumnya exclusive untuk seri flagship—kini hadir di V60. Ini berarti pengguna bisa menghasilkan portrait dengan bokeh artistik dan proporsi wajah natural tanpa perlu investasi kamera profesional.

Perkembangan teknologi kamera smartphone memang terus mengalami evolusi signifikan. Seperti yang pernah kita bahas dalam sejarah perkembangan telepon dan smartphone, dari sekadar alat komunikasi menjadi perangkat multifungsi dengan kemampuan fotografi canggih.

Snapdragon 7 Gen 4: Kekuatan di Balik Layar

Vivo V60 menjadi smartphone pertama di Indonesia yang menggunakan Snapdragon 7 Gen 4. Chipset ini menjanjikan peningkatan CPU 27%, efisiensi gaming 26% lebih baik, GPU 30% lebih cepat, dan skor AnTuTu mencapai 1,1 juta. Angka-angka yang cukup membuat kelas midrange lainnya berkeringat dingin.

Dukungan 90W FlashCharge dan teknologi Bypass Charging menjadi nilai tambah yang signifikan. Teknologi terakhir ini menjaga suhu perangkat tetap rendah saat charging, sekaligus memperpanjang umur baterai—solusi elegan untuk masalah overheating yang sering dialami smartphone performa tinggi.

Yang lebih menarik, vivo berkomitmen memberikan pembaruan sistem hingga 6 tahun—peningkatan dari generasi sebelumnya yang hanya 4 tahun. Ini bukan sekadar janji, melainkan bentuk tanggung jawab terhadap keberlanjutan produk di era elektronik konsumen yang cepat usang.

AI yang Cerdas dan Kontekstual

V60 tidak hanya mengandalkan hardware canggih. Fitur AI Four-Season Portrait menghadirkan nuansa empat musim dalam fotografi, sementara AI Block Spam Calls melindungi dari gangguan panggilan tak diinginkan. AI Captions mampu mengubah ucapan menjadi teks real-time dan menerjemahkan berbagai bahasa—fitur yang sangat berguna di era kolaborasi global.

Kombinasi antara hardware powerful dan AI yang smart menciptakan ekosistem yang tidak hanya tentang spesifikasi mentah, tetapi bagaimana teknologi tersebut melayani kebutuhan pengguna secara nyata. Pendekatan human-centered design ini yang membuat V60 layak diperhitungkan.

Sebagaimana kami laporkan dalam vivo V60 resmi dirilis, perangkat ini memang dirancang untuk menjadi teman gaya hidup yang menyatukan teknologi, estetika, dan kenyamanan.

Dengan peluncuran resmi pada 28 Agustus 2025, vivo V60 siap menjadi penantang serius di segmen midrange. Apakah ini akan mengubah peta persaingan? Jawabannya ada di tangan konsumen yang semakin cerdas dalam memilih smartphone yang tidak hanya powerful, tetapi juga memahami kebutuhan gaya hidup modern.