Beranda blog Halaman 162

Perplexity Luncurkan AI Browser Comet: Pelacakan Data Pengguna Makin Ganas?

0

Pernahkah Anda merasa setiap iklan di internet tahu terlalu banyak tentang diri Anda? Sejak era digital melesat, perusahaan teknologi terus mencari cara baru untuk mengumpulkan data pengguna—dan kini, kecerdasan buatan (AI) menjadi senjata terbaru mereka. Perplexity, perusahaan AI yang sedang naik daun, baru saja mengumumkan rencana peluncuran browser berbasis AI bernama Comet. Bedanya, browser ini diklaim akan melacak aktivitas pengguna lebih dalam dari sebelumnya.

Dalam wawancara podcast YouTube pekan lalu, CEO Perplexity Aravind Srinivas mengungkap ambisi kontroversialnya: “Kami ingin memahami pengguna sedalam mungkin, bahkan di luar aplikasi kami.” Pernyataan ini langsung memantik kekhawatiran privasi. Srinivas menjelaskan bahwa dengan data yang lebih personal, Comet bisa menampilkan iklan “super relevan” yang dioptimalkan secara hiper-personal—sebuah model bisnis yang ia yakini akan menarik brand besar untuk membayar mahal.

Getty / futurism

Dari Hotel hingga Restoran: Apa Saja yang Dilacak Comet?

Srinivas tidak sekadar ingin tahu situs yang Anda kunjungi. Ia menyebutkan contoh konkret: “Hotel apa yang Anda pesan, restoran favorit, bahkan kebiasaan belanja online.” Pendekatan ini mirip dengan praktik Facebook dan Google yang pernah ketahuan mengumpulkan data pengguna tanpa izin—sebuah skandal yang masih berlanjut hingga kini. Bedanya, Comet mengklaim bisa melakukan ini dengan presisi AI yang lebih canggih.

Meski Perplexity menegaskan mereka tidak “menjual” data sesuai definisi California Consumer Privacy Act (CCPA), kebijakan privasi Comet mengizinkan pembagian informasi pribadi ke advertiser dan mitra bisnis. Seperti diungkapkan dalam studi FTC tentang pengawasan data, celah hukum semacam ini sering dimanfaatkan untuk monetisasi terselubung.

Pasar Browser AI: Pertarungan Sengit Melawan Google

Comet bukan satu-satunya pemain di arena ini. Google—yang baru saja dinyatakan sebagai monopoli oleh pengadilan federal—menghadapi tekanan dari OpenAI yang bersiap merilis browser AI sendiri. Ada pula proyek seperti Dia oleh The Browser Company dan Wavebox, yang menawarkan alternatif berbasis AI. Namun, seperti diungkapkan dalam analisis fitur pelacakan mata Honor, teknologi pelacakan mutakhir selalu berpotensi disalahgunakan.

Pertanyaannya: apakah pengguna siap menukar privasi mereka dengan iklan yang “lebih relevan”? Atau seperti kata Srinivas, ini hanya soal kepercayaan—asal perusahaan bisa memberikan nilai tambah? Jawabannya mungkin terletak pada seberapa transparan Perplexity dalam mengelola data miliaran pengguna potensial.

Getty / futurism

Dengan maraknya isu interoperabilitas data di sektor kesehatan, contoh Comet menjadi pengingat: perlindungan data pribadi adalah pertarungan yang belum usai. Dan kali ini, AI-lah yang memegang senjata.

Teknologi Hijau untuk Daur Ulang Tekstil Vat Dyed Secara Tertutup

0

Telset.id – Bayangkan jika setiap pakaian yang Anda kenakan bisa didaur ulang tanpa limbah, bahkan hingga ke serat terkecilnya. Mimpi itu kini semakin dekat dengan terobosan teknologi hijau dari University of Nebraska-Lincoln yang berhasil menciptakan sistem daur ulang tekstil pertama di dunia dengan metode closed-loop.

Industri tekstil saat ini menyumbang 10% emisi karbon global—lebih besar dari penerbangan dan pelayaran internasional digabungkan. Dengan produksi serat yang melonjak menjadi 125 juta metrik ton per tahun, solusi berkelanjutan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. “Kita tidak bisa terus menanam lebih banyak kapas atau memelihara lebih banyak domba,” tegas Yiqi Yang, profesor di balik penemuan ini, dalam wawancara eksklusif.

A green technology for the close-loop recycling of vat dyed textiles

Revolusi di Balik Pewarna Vat

Masalah utama daur ulang tekstil selama ini terletak pada pewarna vat—jenis pewarna tekstil yang sengaja dirancang untuk melekat kuat. Tim Yang mengembangkan sistem aqueous (berbasis air) yang mampu:

  • Memisahkan pewarna dari serat tanpa merusak keduanya
  • Mendaur ulang 100% pelarut dan pewarna yang digunakan
  • Menghasilkan serat baru dengan kualitas lebih baik dari kayu

Teknologi ini bahkan berhasil diuji pada denim bekas, menantang anggapan bahwa daur ulang tekstil mustahil dilakukan dalam skala industri. “Ini bukan sekadar teori—kami sudah membuktikan kelayakan ekonominya,” tambah Yuanyi Shao, peneliti utama dalam proyek ini.

Masa Depan Tekstil yang Berkelanjutan

Yang dan timnya tidak berhenti di situ. Mereka juga mengembangkan material tekstil dari limbah pertanian seperti bulu ayam—solusi ganda untuk mengurangi limbah sekaligus menciptakan sumber serat alternatif. “Tanpa inovasi seperti ini, mustahil memenuhi permintaan tekstil global yang terus membengkak,” papar Yang.

Penemuan ini sejalan dengan tren teknologi hijau global, seperti yang dilakukan perusahaan yang memaksimalkan efisiensi dengan teknologi terkini. Namun tantangan terbesarnya justru ada di adopsi industri. “Kami butuh mitra yang berani berinvestasi besar,” akunya.

Dengan paten yang sedang diproses, teknologi ini berpotensi mengubah wajah industri mode—dari yang semula linear menjadi ekonomi sirkular seutuhnya. Pertanyaannya sekarang: siapkah brand fashion besar meninggalkan model bisnis lama mereka?

China Speed: Revolusi Industri Otomotif yang Bikin Pabrikan Global Keringat Dingin

0

Telset.id – Bayangkan sebuah pabrik mobil di mana lusinan lengan robot bekerja dalam sinkronisasi sempurna, mengelas rangka kendaraan dengan presisi nanometrik, sementara kecerdasan buatan mengoptimalkan setiap tahap produksi. Ini bukan adegan dari film sci-fi, melainkan kenyataan di pabrik Zeekr di Ningbo, China – di mana konsep “China Speed” sedang menulis ulang aturan main industri otomotif global.

Robots weld chassis of electric cars at a Zeekr factory in Ningbo, in China's eastern Zhejiang province

Di lantai produksi yang hampir sepenuhnya otomatis ini, mobil listrik bisa bergerak dari papan gambar ke showroom hanya dalam 15 bulan – sebuah kecepatan yang membuat pabrikan tradisional seperti Volkswagen dan Nissan harus berlari mengejar. “Kami berada di titik kritis bagi pembuat mobil global mapan,” tulis laporan terbaru Bain & Company, menggambarkan bagaimana China telah menjadi laboratorium inovasi otomotif paling dinamis di dunia.

Robot dan AI: Resep Rahasia China Speed

Rahasia di balik kecepatan produksi gila-gilaan ini terletak pada integrasi robotika canggih dan kecerdasan buatan di setiap tahap manufaktur. Di pabrik Zeekr, sebuah lengan robot raksasa dengan mudah mengangkat potongan aluminium panas, mendinginkannya dalam bak air sebelum memberikannya ke mesin berikutnya untuk dipotong dan ditekan – proses yang dulu membutuhkan puluhan pekerja kini diselesaikan dalam hitungan detik.

At EV firm Zeekr's vast Ningbo plant, advanced robotics and artificial intelligence have been leveraged at every stage of the manufacturing process

Meski begitu, manusia tetap memegang peran penting. Sekitar 2.500 pekerja masih dibutuhkan untuk tugas-tugas presisi tinggi dan kontrol kualitas – membuktikan bahwa di era otomatisasi, sentuhan manusia tetap tak tergantikan. “Masa depan adalah sejarah kami,” bunyi slogan di lobi pabrik Zeekr, menggambarkan visi mereka yang tak hanya berorientasi pada kecepatan, tetapi juga keberlanjutan.

Dari 3 Tahun Menjadi 9 Bulan: Tekanan pada Pemasok Global

Revolusi ini tidak hanya mengubah pabrikan mobil, tetapi juga seluruh rantai pasok. Michael Fischer, bos pemasok otomotif Prancis Forvia, mengungkapkan bagaimana standar waktu pengembangan di China telah membuat pabrikan global kelabakan. “Dulu butuh tiga tahun untuk mengembangkan lampu depan baru. Di China, itu tidak akan bekerja,” ujarnya. Kini, proses yang sama bisa diselesaikan hanya dalam sembilan bulan berkat kolaborasi erat dengan pabrikan lokal dan pemanfaatan solusi yang sudah ada.

The factory still employs around 2,500 workers to do some delicate tasks and for quality control

Di pabrik Valeo di Changshu, empat robot besar bekerja tanpa lelah merakit lampu LED untuk Zeekr dan merek China lainnya. “Kami tidak bekerja 24/7!” canda Gu Jianmin, manajer inovasi Valeo China. Tapi dengan bantuan AI dan teknologi simulasi, tes ketahanan yang dulu memakan bulanan kini bisa diselesaikan dalam waktu singkat.

Perubahan ini memaksa pabrikan asing untuk beradaptasi cepat. Di ajang Auto Shanghai baru-baru ini, Volkswagen dan Nissan meluncurkan puluhan model baru yang dikembangkan “di China untuk China”, dengan para eksekutifnya bersikeras mereka telah menyesuaikan diri dengan “China Speed”. Bahkan Tesla, yang dulu dianggap sebagai pemimpin inovasi mobil listrik, kini harus menawarkan diskon besar-besaran untuk Model X dan S demi bersaing di pasar China yang semakin kompetitif.

Some of Zeekr's models only took 15 months to develop, a spokesman tells AFP

Pergeseran ke kendaraan listrik telah menjadi katalis utama percepatan ini. Tanpa mesin pembakaran internal yang kompleks, proses pengembangan menjadi jauh lebih sederhana. “Anda mulai dengan mendesain mobil secara virtual, membuat sesedikit mungkin prototipe, sehingga bisa bergerak sangat cepat,” jelas Mikael Le Mouellic, konsultan BCG.

Strategi Zeekr dengan “Sustainable Experience Architecture”-nya yang bisa menjadi platform untuk mobil kelas A hingga E adalah contoh sempurna bagaimana efisiensi bisa dicapai. Sementara pabrikan tradisional masih membutuhkan 48-54 bulan untuk meluncurkan model baru, merek China seperti Zeekr bisa melakukannya dalam 24-30 bulan – dengan beberapa model bahkan hanya 15 bulan dari konsep ke produksi.

Hasilnya terlihat dalam pilihan yang tersedia untuk konsumen: ada 2.755 model dari 163 merek di pasar China saat ini. Sebuah kelimpahan yang tak terbayangkan di pasar lain, dan bukti nyata bagaimana “China Speed” telah mengubah wajah industri otomotif selamanya. Dengan produksi 3.000 mobil per minggu dari pabrik Tesla Shanghai sekalipun, tampaknya pertarungan untuk supremasi otomotif global baru saja dimulai.

Samsung Internet Bakal Berubah Total di One UI 8, Ini Bocorannya

0

Telset.id – Baru beberapa pekan One UI 7 dirilis, Samsung sudah memulai pengembangan One UI 8 yang akan membawa Android 16. Kabar terbaru mengungkap perubahan signifikan pada Samsung Internet—browser andalan yang selama ini terkesan “polos”.

Tim Telset.id berhasil mengakses build awal One UI 8 yang diuji di Galaxy S25 dan Galaxy Z Flip 6. Meski masih dalam tahap awal, satu hal langsung mencolok: Samsung Internet tak lagi monoton dengan latar hitam. Pengguna bisa menggantinya dengan gambar favorit, menandai era baru personalisasi browser.

samsung-internet-redesign-one-ui-8-1-2

Revolusi Desain yang Lebih “Hidup”

Perubahan paling mencolok adalah hilangnya kesan kaku. Spasi antar-elemen UI diperlebar, membuat navigasi terasa lebih lapang. “Ini langkah tepat untuk mengurangi visual clutter, terutama di perangkat layar kecil seperti Galaxy Z Flip,” komentar salah satu pengembang dalam forum tertutup.

Fitur baru yang patut disorot adalah carousel riwayat browsing. Tak cuma menampilkan situs yang baru dikunjungi, sistem ini juga menyinkronkan data dari perangkat lain yang terhubung ke akun Samsung sama. Bayangkan, Anda bisa melanjutkan browsing dari Galaxy Tab langsung di smartphone—tanpa repot mencari history manual.

Menu Pintas yang Lebih Cerdas

Ketika Anda mengetuk ikon tiga garis (hamburger menu), kini muncul pop-up dengan dua lapis navigasi: deretan tombol bundar untuk fitur populer (seperti tab privat atau bookmark), diikuti grid ikon untuk akses cepat. Uniknya, warna ikon otomatis menyesuaikan tema perangkat—detail kecil yang memperkuat kesan terintegrasi.

Menariknya, perubahan ini sejalan dengan ekspansi Samsung Internet ke platform lain. Seperti pernah kami laporkan di artikel sebelumnya, browser ini kini sudah merambah ke Windows. Dengan desain baru di One UI 8, konsistensi pengalaman multi-device semakin terasa.

Jadwal Rilis dan Spekulasi Fitur

Berdasarkan pola update sebelumnya, One UI 8 diperkirakan meluncur bersama Galaxy Z Fold 7 dan Z Flip 7 sekitar Juli-Agustus 2024. Perangkat lain seperti seri Galaxy S24 akan menyusul dalam beberapa bulan berikutnya.

Meski build saat ini belum menunjukkan perubahan drastis di luar Samsung Internet, sumber internal menyebut pengembangan masih intensif. “Biasanya fitur flagship baru muncul di build beta mendatang,” ungkap seorang karyawan Samsung yang enggan disebutkan namanya.

Dengan kecepatan akses internet Samsung yang sudah mengungguli iPhone (baca riset lengkapnya di sini), optimasi browser ini bisa menjadi senjata tambahan. Namun, kita masih harus menunggu apakah perubahan desain dibarengi peningkatan performa.

Satu hal yang pasti: setelah kasus Galaxy J2 Pro tanpa internet tahun lalu, Samsung kini tampak serius memperkuat pengalaman browsing. Tunggu saja kejutan lain yang mungkin masih tersembunyi di balik kode One UI 8.

Robot AI Kini Bantu Ilmuwan Jalankan Eksperimen Secara Mandiri

0

Telset.id – Bayangkan jika robot-robot cerdas bisa bekerja sama dengan ilmuwan untuk menjalankan eksperimen ilmiah secara mandiri. Itulah yang sedang diwujudkan oleh para peneliti di National Synchrotron Light Source II (NSLS-II), fasilitas penelitian milik Departemen Energi AS di Brookhaven National Laboratory.

Dengan bantuan kecerdasan buatan (AI), tim ilmuwan ini melatih robot-robot kolaboratif untuk beradaptasi dengan berbagai jenis eksperimen—mulai dari penelitian baterai hingga material kuantum. Robot-robot ini tidak hanya mengikuti perintah yang sudah diprogram, tetapi juga belajar dari data real-time, layaknya seorang peneliti manusia.

Robot AI bekerja di laboratorium penelitian sinar-X

Mengubah Paradigma Eksperimen Sains

NSLS-II saat ini mengoperasikan 29 beamline (jalur sinar) dengan tiga lagi dalam tahap konstruksi. Setiap beamline memiliki kompleksitas eksperimen yang berbeda, mulai dari kristalografi makromolekul hingga analisis material baterai. Tantangannya adalah menciptakan sistem otomatisasi yang fleksibel, mampu menyesuaikan diri dengan berbagai jenis eksperimen tanpa perlu pemrograman ulang.

Phillip Maffettone, ilmuwan komputasi di NSLS-II, menjelaskan bahwa pendekatan ini bukan sekadar mempercepat eksperimen yang ada, melainkan juga membuka pintu bagi generasi baru beamline yang lebih modular dan terintegrasi dengan AI. “Kami merancang sistem yang dinamis, bisa beradaptasi dengan kebutuhan pengguna,” ujarnya.

Uji Coba Sukses: 195 Sampel Tanpa Kesalahan

Tim peneliti telah berhasil menguji prototipe sistem robotik ini di Pair Distribution Function (PDF) beamline. Robot Universal UR3e yang dilengkapi dengan gripper Robotiq Hand-E dan kamera pendeteksi objek berhasil menjalankan eksperimen selama delapan jam tanpa kesalahan. Robot ini mampu memindai dan memproses 195 sampel secara berurutan, termasuk mengidentifikasi posisi sampel yang ditempatkan secara acak.

“Pengguna sering bercanda bahwa mereka ingin ada robot yang bisa menggantikan mereka dalam mengganti sampel,” kata Daniel Olds, ilmuwan beamline di NSLS-II. “Kini, kami sedang mewujudkannya.”

Masa Depan: Robot yang Bekerja Sama dengan Ilmuwan

Ke depan, tim berencana mengembangkan sistem yang lebih canggih, termasuk kemampuan robot untuk mengganti alat (seperti gripper) sesuai kebutuhan eksperimen. Mereka juga mengeksplorasi penggunaan multi-agent robotics untuk eksperimen yang lebih kompleks.

Stuart Campbell, kepala ilmuwan data di NSLS-II, menambahkan bahwa integrasi robotik ini tidak hanya akan mempercepat penelitian di satu fasilitas, tetapi juga memungkinkan kolaborasi lintas laboratorium nasional. “Suatu hari, kita bisa menggunakan robot untuk menjalankan eksperimen multimoda di berbagai fasilitas penelitian secara bersamaan,” ujarnya.

Dengan perkembangan ini, masa depan penelitian sains semakin dekat dengan visi di mana manusia dan robot bekerja sama untuk mencapai terobosan ilmiah yang lebih cepat dan efisien.

Strategi Sukses Pengembang Game Hadapi Guncangan Industri

0

Telset.id – Dunia game sedang bersiap menyambut gelombang baru dengan kehadiran Nintendo Switch 2, PlayStation 5 Pro, dan Xbox Series X refresh. Di tengah hiruk-pikuk ini, penelitian terbaru mengungkap strategi jitu bagi pengembang game untuk bertahan—bahkan berkembang—di tengah perubahan drastis industri.

Pengembang game sedang bekerja di studio modern

Studi dalam jurnal Strategy Science dari INFORMS menganalisis bagaimana pengembang merespons “guncangan inovasi”, yaitu terobosan teknologi tak terduga yang mengubah aturan main industri. Fokus penelitian ini adalah peluncuran PlayStation 2 pada 2000—momen yang memaksa seluruh industri berevolusi.

Fleksibilitas Lebih Penting Daripada Kecepatan

Nicholas Argyres dari Washington University, peneliti utama studi ini, menemukan bahwa pengembang dengan pengalaman lintas platform memiliki keunggulan signifikan. “Bukan yang tercepat mengadopsi teknologi baru yang bertahan, melainkan yang punya kombinasi tepat antara fleksibilitas dan keahlian,” jelasnya.

Pengembang PC ternyata memiliki nilai lebih. Keahlian pemrograman mereka lebih mudah diadaptasi ke berbagai platform konsol, memungkinkan transisi lebih mulus. Sementara itu, studio dengan spesialisasi niche cenderung bertahan di satu platform lebih lama—strategi yang berisiko jika platform tersebut kalah bersaing.

Licensed Games: Strategi “All-In” yang Berisiko

Lyda Bigelow dari University of Utah, salah satu peneliti, mengungkap pola menarik pada game berlisensi seperti film Hollywood atau liga olahraga. “Mereka harus rilis multi-platform secepatnya karena waktu terbatas untuk memanfaatkan hype,” katanya. Strategi ini masih relevan hingga kini, meski membutuhkan investasi besar di awal.

Di sisi lain, studio kecil dengan basis fans loyal sering memilih fokus pada satu platform. “Mereka mengorbankan jangkauan pasar demi kedalaman hubungan dengan komunitas,” tambah Bigelow. Pilihan ini bisa berbuah manis atau justru menjadi bumerang, tergantung kesuksesan platform yang dipilih.

Era Multiplatform: Pelajaran dari PlayStation 2

Hakan Ozalp dari University of Amsterdam menekankan bagaimana era PlayStation 2 menjadi titik balik menuju rilis game multiplatform. “Ini bukan sekadar soal pendapatan, tapi mitigasi risiko,” ujarnya. Pengembang yang hanya berfokus pada satu konsol sering terjebak memilih kuda yang salah.

Di tengah persiapan menghadapi gelombang baru konsol, penelitian ini menawarkan pelajaran berharga. Seperti diungkapkan Argyres, “Adaptasi strategis—bukan sekadar adopsi teknologi terbaru—adalah kunci sukses di industri yang terus berubah.”

Bagi pengembang game Indonesia, temuan ini semakin relevan dengan maraknya pemanfaatan OSVR di Steam dan inisiatif seperti alat bantu aksesibilitas dari Ubisoft. Fleksibilitas dan pemahaman mendalam tentang pasar menjadi senjata utama di tengah persaingan yang semakin ketat.

Yahoo Siap Beli Chrome Jika Google Dipaksa Jual oleh Pengadilan

0

Telset.id – Dunia teknologi mungkin akan menyaksikan salah satu transaksi terbesar dalam sejarah internet. Yahoo Inc., dengan dukungan pemiliknya Apollo Global Management Inc., secara resmi menyatakan kesiapannya untuk membeli browser Chrome jika Google dipaksa melepasnya oleh pengadilan federal AS.

Brian Provost, General Manager Yahoo Search, memberikan kesaksian mengejutkan dalam persidangan antitrust Google di Washington. “Chrome adalah pemain strategis terpenting di web. Kami siap mengejarnya bersama Apollo,” ujar Provost, seperti dikutip dari TechXplore. Nilai browser ini diperkirakan mencapai puluhan miliar dolar AS.

Yahoo

Kasus ini bermula ketika Departemen Kehakiman AS dan sekelompok negara bagian menuduh Google memonopoli pasar pencarian internet secara ilegal. Hakim Amit Mehta telah memutuskan tahun lalu bahwa Google memang melanggar hukum antitrust. Kini, pengadilan sedang mempertimbangkan paket perubahan yang diajukan penegak hukum, termasuk kemungkinan pemisahan Chrome dari raksasa teknologi tersebut.

Bagi Yahoo, ini adalah kesempatan emas untuk bangkit kembali. Perusahaan yang pernah menjadi raja mesin pencari di awal 2000-an ini telah beberapa kali berganti kepemilikan. Terakhir, Apollo membelinya dari Verizon Communications Inc. pada 2021. Sejak itu, Yahoo berusaha menghidupkan kembali mesin pencarinya dan bahkan sedang mengembangkan browser sendiri.

Tapi Yahoo bukan satu-satunya yang berminat. OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, juga mengungkapkan ketertarikannya pada Chrome. Nick Turley, kepala ChatGPT, bahkan dengan tegas menyatakan kesediaannya untuk membeli browser tersebut jika dilepas Google. “Ya, kami akan melakukannya, seperti banyak pihak lain,” katanya dalam persidangan 22 April lalu.

Pertarungan memperebutkan Chrome bisa menjadi pertanda baru dalam industri teknologi. Jika transaksi ini terjadi, peta kekuatan di dunia browser dan mesin pencari mungkin akan berubah drastis. Apalagi, seperti diungkapkan dalam analisis sebelumnya, dominasi Google di berbagai sektor digital memang sedang mendapat sorotan tajam.

Lalu, bagaimana dampaknya bagi pengguna biasa? Jika Chrome berpindah tangan, bisa jadi kita akan melihat integrasi fitur-fitur baru yang lebih personal. Yahoo mungkin akan menyatukannya dengan layanan email mereka, sementara OpenAI mungkin akan membawa kecerdasan buatan lebih dalam ke pengalaman browsing sehari-hari. Siapapun yang akhirnya membeli Chrome, satu hal pasti: era baru internet sedang menanti.

Perlunya Regulasi Ketat untuk AI di Tengah Persaingan Global

0

Telset.id – Jika Anda berpikir perkembangan kecerdasan buatan (AI) hanya soal inovasi dan kemajuan teknologi, bersiaplah untuk melihat sisi gelapnya. Dunia saat ini sedang berlomba-lomba menguasai AI, tetapi regulasi yang ada belum mampu mengimbangi kecepatan perkembangannya.

AI sering disebut sebagai teknologi penentu abad ke-21, membentuk segala hal mulai dari pertumbuhan ekonomi hingga keamanan nasional. Namun, dengan investasi global yang semakin besar, banyak ahli mulai mempertanyakan apakah dunia telah memasuki “perlombaan senjata” AI.

AI dan Masyarakat

China, AS, Inggris, dan Uni Eropa masing-masing telah berkomitmen mengucurkan miliaran dolar untuk memajukan AI. Persaingan dalam penelitian, infrastruktur, dan aplikasi industri untuk teknologi baru ini semakin intensif. Namun, di saat yang sama, regulasi di beberapa wilayah kesulitan mengikuti perkembangan pesat AI.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang risiko etika, ketidaksetaraan ekonomi, dan tata kelola AI global. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi kemajuan pesat dalam AI. Perusahaan seperti Accenture dari AS dan DeepSeek dari China telah mengembangkan sistem AI generatif skala besar.

Pendekatan Berbeda Negara-negara Dunia

Pemerintah Inggris baru-baru ini mengumumkan niatnya untuk “membentuk revolusi AI daripada menunggu untuk melihat bagaimana AI membentuk kita” melalui Rencana Aksi Peluang AI. Ini akan memiliki fokus kuat pada regulasi, keterampilan, dan tata kelola etika.

Jika Inggris dan Eropa daratan memprioritaskan regulasi, China menggunakan ukuran dan selera inovasinya untuk berkembang pesat menjadi apa yang telah digambarkan sebagai “pasar super AI”. Sementara itu, AS menyeimbangkan inovasi dengan masalah keamanan nasional.

China baru-baru ini merilis detail regulasi baru yang akan berlaku pada September, yang akan memerlukan pelabelan eksplisit konten yang dihasilkan AI dan menyediakan metadata untuk menghubungkan konten tersebut dengan penyedia layanan yang menghasilkannya. Beban akan berada pada platform yang menampilkan konten yang dihasilkan AI untuk menyediakan informasi tersebut.

Namun, pendekatan yang berbeda ini menyoroti dimensi geopolitik yang semakin besar dari pengembangan AI yang berisiko menyebabkan perbedaan standar. Sementara persaingan dapat mendorong inovasi, tanpa kerja sama internasional tentang keselamatan, etika, dan tata kelola, perlombaan AI global dapat menyebabkan kesenjangan regulasi dan pengawasan yang terfragmentasi.

The Conversation

Risiko Investasi AI yang Cepat

Banyak analis khawatir hal ini akan membawa dampak negatif yang signifikan. Yang paling mengkhawatirkan, ada prospek disinformasi yang dihasilkan AI yang tidak terkendali merusak pemilu dan lembaga demokrasi.

AI lebih dari sekadar terobosan teknologi lainnya—ini adalah pendorong strategis kekuatan dan pengaruh ekonomi. Negara-negara yang memimpin dalam AI saat ini akan memainkan peran penting dalam membentuk masa depan otomatisasi, ekonomi digital, dan kerangka kerja regulasi internasional.

Ekspansi global AI didorong oleh beberapa motivasi kunci. AI memiliki potensi untuk sangat meningkatkan produktivitas dan kreativitas. Ini dapat menciptakan model bisnis baru dan mengubah seluruh industri. Pemerintah yang berinvestasi dalam AI bertujuan untuk mengamankan keunggulan ekonomi jangka panjang, terutama di sektor-seperti keuangan, perawatan kesehatan, dan manufaktur canggih.

Sementara itu, AI semakin terintegrasi ke dalam pertahanan, keamanan siber, dan intelijen. Pemerintah mengeksplorasi cara untuk menggunakan AI untuk keuntungan strategis, sementara juga memastikan ketahanan terhadap ancaman yang diaktifkan oleh AI.

Tapi ketika investasi AI melonjak, semakin penting untuk memastikan bahwa tantangan yang akan dibawa oleh teknologi baru ini tidak terabaikan dalam terburu-buru. Saat AI berkembang, masalah etika menjadi lebih mendesak. Sistem pengawasan bertenaga AI menimbulkan kekhawatiran privasi.

Teknologi deepfake, sementara itu, yang mampu menghasilkan video dan audio yang hiper-realistis, sudah digunakan untuk disinformasi. Tanpa pengawasan regulasi yang jelas, ini bisa sangat merusak kepercayaan dan keamanan serta mengancam institusi demokrasi.

Pada saat yang sama, kita sudah melihat ketidaksetaraan yang dipanggang dalam pengembangan AI. Banyak inovasi yang digerakkan oleh AI melayani pasar dan perusahaan yang kaya. Sementara itu, komunitas yang terpinggirkan menghadapi hambatan untuk mengakses pendidikan, perawatan kesehatan, dan peluang pekerjaan yang ditingkatkan oleh AI.

Memastikan bahwa pengembangan AI menguntungkan masyarakat secara keseluruhan akan membutuhkan pendekatan strategis terhadap keterampilan, pendidikan, dan tata kelola. Perlombaan AI bukan hanya tentang kemajuan ekonomi, tetapi juga memiliki implikasi geopolitik.

Pembatasan ekspor terkait AI, terutama dalam teknologi semikonduktor, menyoroti kekhawatiran yang berkembang atas ketergantungan teknologi dan keamanan nasional. Tanpa kerja sama internasional yang lebih besar, kebijakan AI yang tidak terkoordinasi dapat menyebabkan fragmentasi ekonomi, ketidakkonsistenan regulasi di seluruh perbatasan dan risiko yang tak terhindarkan yang dibawanya.

Meskipun beberapa negara mengadvokasi untuk kesepakatan AI global, diskusi ini masih dalam tahap awal, sehingga mekanisme penegakan tetap terbatas. Ini akan membutuhkan tata kelola multilateral, mirip dengan kerangka kerja global tentang keamanan siber dan perubahan iklim.

Pembahasan yang ada oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa serta G7 dan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) perlu memasukkan mekanisme penegakan khusus AI yang lebih kuat yang memandu pengembangan secara bertanggung jawab.

Ada tanda-tanda kemajuan. Proses AI Hiroshima G7 telah menghasilkan prinsip-prinsip panduan bersama dan kode etik sukarela untuk sistem AI tingkat lanjut. Sementara itu, Observatorium Kebijakan AI OECD membantu mengoordinasikan praktik terbaik di seluruh negara anggota.

Tapi mekanisme penegakan internasional yang mengikat masih dalam tahap awal. Sementara itu, masing-masing negara perlu mengembangkan kerangka kerja regulasi yang fleksibel yang menyeimbangkan inovasi dengan akuntabilitas.

Undang-Undang AI UE, upaya besar pertama untuk secara komprehensif mengatur AI, mengklasifikasikan sistem AI berdasarkan risiko dan memberlakukan kewajiban pada pengembang sesuai dengan itu. Ini termasuk larangan pada aplikasi berisiko tinggi tertentu, seperti penilaian sosial—yang memberi peringkat individu berdasarkan perilaku dan dapat menyebabkan diskriminasi.

Ini adalah langkah ke arah yang benar, tetapi kerja sama yang lebih luas masih diperlukan untuk memastikan standar AI global yang koheren. Satu set aturan yang dapat diberlakukan yang mengatur pengembangan AI diperlukan—dan cepat. AI bisa menimbulkan lebih banyak risiko daripada peluang jika dibiarkan tidak terkendali.

Roborock Saros Z70: Robot Vacuum dengan Lengan Mekanis dan AI Canggih

0

Telset.id – Jika Anda mengira robot vacuum hanya bisa menyedot debu dan mengepel lantai, bersiaplah untuk terkejut. Roborock Saros Z70 hadir dengan lengan mekanis canggih yang bisa melipat, mengenali rintangan, bahkan membereskan barang-barang Anda. Inilah revolusi baru dalam teknologi pembersih rumah.

Diluncurkan secara resmi pada April 2025, Saros Z70 bukan sekadar robot vacuum biasa. Perangkat ini membawa lompatan besar dalam kecerdasan buatan dan kemampuan fisik yang belum pernah ada sebelumnya. Dengan harga promosi $1,999 (dari harga normal $2,599), Roborock menawarkan diskon 23% untuk produk yang bisa mengubah cara Anda membersihkan rumah selamanya.

Roborock Saros Z70 02

Kecerdasan Tingkat Lanjut

OmniGrip, lengan mekanis pada Saros Z70, bukan sekadar aksesori biasa. Dilengkapi dengan sensor presisi, kamera ganda, dan lampu LED, lengan ini bisa melihat, berpikir, dan mengambil keputusan secara mandiri. AI-nya mampu mengenali hingga 108 objek rumah tangga, dengan 50 di antaranya bisa Anda kustomisasi melalui aplikasi Roborock.

“Bayangkan robot yang bisa mengambil kaus kaki yang berserakan dan membawanya ke lemari, atau membuang tisu bekas ke tempat sampah,” kata seorang analis teknologi di CES 2025, tempat Saros Z70 pertama kali diperkenalkan. “Ini bukan lagi fiksi ilmiah.”

Roborock Saros Z70 03

Lebih dari Sekadar Pembersih

Meski fitur lengan mekanisnya yang canggih menjadi sorotan utama, Saros Z70 tetap unggul sebagai robot vacuum dan mop kelas premium. Dengan tinggi hanya 3 inci (tertipis yang pernah dibuat Roborock), perangkat ini bisa masuk ke area sempit yang biasanya menjadi masalah bagi robot vacuum lain.

Kemampuan pembersihannya didukung oleh daya sedot 22.000Pa, sikat samping FlexiArm Riser yang bisa menjangkau sudut-sudut ruangan, dan sistem mop yang bisa mengangkat diri hampir 1 inci dari lantai saat melewati karpet. Yang lebih mengesankan, dock-nya bisa mengisi ulang air mop, memanaskannya, mengeringkan lap mop, bahkan menambahkan deterjen secara otomatis.

Roborock Saros Z70 04

Dalam industri yang semakin kompetitif, kehadiran Saros Z70 layaknya “momen Sputnik” – terobosan pertama yang membawa teknologi dari tahap pengembangan langsung ke pasar massal. Seperti yang kami laporkan sebelumnya dalam artikel mendalam tentang teknologi AI Roborock, perusahaan ini terus memimpin inovasi di bidang peralatan rumah cerdas.

Dengan hanya 10 unit yang dirilis setiap harinya (stok diupdate setiap tengah malam), Saros Z70 menjadi produk yang sangat dicari. Bagi mereka yang ingin memiliki asisten pembersih rumah paling canggih di dunia, mungkin inilah saatnya untuk bertindak cepat.

Fitur AI Terbaru di FunTouch OS 15: Vivo Hadirkan Inovasi Canggih

0

Telset.id – Jika Anda pengguna smartphone Vivo atau iQOO, bersiaplah untuk pengalaman yang lebih cerdas dan intuitif. Vivo baru saja merinci semua fitur Artificial Intelligence (AI) yang akan hadir di FunTouch OS 15. Sistem operasi ini, yang diumumkan tahun lalu, kini mulai menyebar ke berbagai perangkat Vivo dan iQOO dengan segudang kemampuan berbasis AI yang siap mempermudah hidup Anda.

Dalam dunia yang semakin didominasi oleh kecerdasan buatan, Vivo tidak mau ketinggalan. Mereka menghadirkan berbagai fitur AI yang tidak hanya meningkatkan pengalaman fotografi, tetapi juga produktivitas dan komunikasi sehari-hari. Mari kita telusuri satu per satu inovasi yang ditawarkan FunTouch OS 15.



Fitur AI untuk Fotografi yang Lebih Baik

Fitur pertama yang patut disorot adalah AI Erase. Dengan kemampuan ini, Anda bisa menghapus elemen yang tidak diinginkan dari foto langsung melalui aplikasi Album. Tidak perlu lagi khawatir dengan objek mengganggu yang merusak komposisi foto Anda.

Selanjutnya, ada AI Live Cutout yang memungkinkan Anda mengisolasi subjek atau objek dari foto hanya dengan menekan lama pada layar. Fitur ini sangat berguna untuk membuat konten kreatif atau mengedit gambar dengan presisi tinggi.

Bagi Anda yang sering kecewa dengan hasil foto yang buram, AI Photo Enhance hadir sebagai solusi. Fitur ini meningkatkan kejelasan, warna, dan detail wajah dalam foto yang kurang sempurna, sehingga gambar Anda terlihat lebih profesional.

Fitur AI di FunTouch OS 15

Produktivitas dan Komunikasi dengan AI

Fitur Circle to Search memungkinkan Anda mencari apa pun di layar hanya dengan melingkari objek tersebut. Tidak perlu lagi mengetikkan kata kunci—cukup lingkari dan temukan informasi yang Anda butuhkan.

Untuk komunikasi lintas bahasa, AI Call Translation menjadi penyelamat. Fitur ini terintegrasi dengan aplikasi Dialer Vivo dan dapat menerjemahkan percakapan secara real-time. Anda hanya perlu memilih bahasa Anda dan bahasa lawan bicara, lalu biarkan AI yang bekerja.

Selain itu, AI Screen Translation menawarkan terjemahan konten layar secara instan. Sedangkan AI Transcript Assist di aplikasi Recorder akan mengubah rekaman audio menjadi teks, lengkap dengan ringkasan dan pencarian kata kunci.

AI untuk Kebutuhan Harian

Fitur AI Live Text menggunakan teknologi OCR (Optical Character Recognition) untuk mengekstrak teks dari gambar atau screenshot. Teks yang diekstrak bisa langsung disalin ke clipboard dan dibagikan ke aplikasi lain.

Terakhir, AI Note Assist membantu mengorganisir catatan Anda dalam bentuk poin-poin, memberikan ringkasan cepat, dan bahkan menerjemahkan teks. Cocok untuk mereka yang sering membuat catatan panjang dan butuh bantuan untuk menyusunnya.

Dengan semua fitur ini, FunTouch OS 15 membawa pengalaman pengguna ke level berikutnya. Apakah Anda siap merasakan kecanggihan AI di smartphone Vivo atau iQOO Anda?

Bocoran Spesifikasi iQOO Neo10 Pro+: Snapdragon 8 Elite dan Layar 2K

0

Telset.id – Jika Anda mengira iQOO Neo10 Pro adalah puncak dari lini smartphone gaming brand ini, bersiaplah untuk terkejut. Bocoran terbaru mengungkap kehadiran varian lebih gahar: iQOO Neo10 Pro+. Dengan chipset Snapdragon 8 Elite dan layar 2K, perangkat ini siap menggebrak pasar.

Berbeda dengan saudaranya, Neo10 Pro, yang menggunakan MediaTek Dimensity 9400, varian Pro+ memilih Snapdragon 8 Elite sebagai otaknya. Ini adalah langkah menarik mengingat persaingan sengit antara kedua chipset tersebut. Seperti diungkap dalam bocoran benchmark terbaru, performa keduanya memang sangat ketat.

iQOO Neo10 Pro

Layar Lebar, Kamera Sedikit Berbeda

Neo10 Pro+ dikabarkan memiliki layar 6,82 inci dengan resolusi 2K—sedikit lebih besar dan lebih tajam dibanding Neo10 Pro. Namun, ada trade-off di bagian kamera. Jika Neo10 Pro memiliki dua lensa 50 MP, Pro+ “hanya” mengusung satu lensa 50 MP sebagai utama, sementara lensa ultrawide-nya turun ke 8 MP. Untuk selfie, tetap mengandalkan 16 MP.

Fitur yang patut disorot adalah dukungan pengisian daya 120W. Meski belum ada informasi detail tentang kapasitas baterainya, teknologi ini menjanjikan pengisian super cepat. Anda bisa membaca lebih lanjut tentang optimasi baterai iQOO di artikel kami sebelumnya: Bocoran Ungkap Kapasitas Baterai iQOO Neo10, Tahan Lama!.

Kapan Peluncurannya?

Sampai saat ini, iQOO belum memberikan konfirmasi resmi tentang tanggal peluncuran Neo10 Pro+. Namun, mengingat varian Pro sudah dirilis November lalu, kemungkinan besar Pro+ akan menyusul dalam beberapa bulan ke depan. Jika Anda tertarik dengan perangkat Snapdragon 8 Elite lainnya, simak juga OPPO Find N5, smartphone foldable pertama dengan chipset yang sama di Indonesia.

Dengan spesifikasi yang diusung, iQOO Neo10 Pro+ berpotensi menjadi salah satu smartphone gaming terkuat tahun 2025. Apakah Anda siap menyambutnya?

Snapdragon 6 Gen 1 vs 5 Chipset Rival: Siapa Pemenangnya?

0

Telset.id – Qualcomm Snapdragon 6 Gen 1 hadir sebagai chipset mid-range yang menjanjikan peningkatan signifikan dalam performa dan efisiensi. Tapi, bagaimana jika dibandingkan dengan rival-rival terkuatnya? Mari kita telusuri lima chipset yang dianggap setara dengan Qualcomm Snapdragon 6 Gen 1 dan cari tahu mana atau apa yang layak menjadi pilihan Anda.

Dirilis pada September 2022, Snapdragon 6 Gen 1 mengusung proses fabrikasi 4 nm yang efisien, didukung delapan inti CPU (4x Cortex-A78 2,2 GHz + 4x Cortex-A55 1,8 GHz), serta GPU Adreno 710. Chipset ini juga mendukung RAM LPDDR5 dan kamera hingga 200 MP. Namun, performanya tak sendirian di kelas menengah. Berikut lima pesaingnya:

1. Snapdragon 778G: Saudara Tua yang Masih Tangguh

Masih dari keluarga Qualcomm, Snapdragon 778G menawarkan fabrikasi 6 nm dengan CPU octa-core (1x Cortex-A78 2,4 GHz + 3x Cortex-A78 2,4 GHz + 4x Cortex-A55 1,8 GHz) dan GPU Adreno 642. Meski lebih tua, chipset ini unggul dalam skor benchmark seperti AnTuTu (602.374 vs 579.466) dan kecepatan unduh 5G (3.700 Mbps vs 2.900 Mbps). Meski hampir setara, namun Snapdragon 6 Gen 1 lebih efisien berkat proses 4 nm.

2. Exynos 1380: Andalan Samsung yang Tak Bisa Diremehkan

Exynos 1380 dari Samsung menggunakan fabrikasi 5 nm dengan konfigurasi CPU serupa (4x Cortex-A78 2,4 GHz + 4x Cortex-A55 2 GHz) dan GPU Mali-G68 MP5. Chipset ini unggul dalam skor grafis (3DMark Wild Life: 2.819 vs 2.367) dan resolusi layar yang lebih tinggi. Namun, Snapdragon 6 Gen 1 tetap lebih efisien dan memiliki skor multi-core yang sedikit lebih baik.

3. Dimensity 7050: Pilihan MediaTek yang Menarik

Dimensity 7050 dari MediaTek hadir dengan fabrikasi 6 nm dan CPU (2x Cortex-A78 2,6 GHz + 6x Cortex-A55 2 GHz) serta GPU Mali-G68 MP4. Chipset ini unggul dalam kecepatan CPU single-core, tetapi kalah dalam efisiensi dan skor multi-core. Kehadirannya di ponsel seperti Honor X50 membuatnya layak dipertimbangkan.

4. Snapdragon 7s Gen 2: Upgrade Halus dari Qualcomm

Snapdragon 7s Gen 2 mirip dengan Snapdragon 6 Gen 1, dengan fabrikasi 4 nm dan konfigurasi CPU (4x Cortex-A78 2,4 GHz + 4x Cortex-A55 1,95 GHz). Chipset ini unggul dalam skor multi-core (2.966 vs 2.767) dan frekuensi RAM lebih tinggi. Namun, keduanya berbagi GPU Adreno 710, membuat perbedaan grafis tidak terlalu signifikan.

5. Dimensity 1080: Alternatif Terjangkau dari MediaTek

Dimensity 1080 menawarkan fabrikasi 6 nm dengan CPU (2x Cortex-A78 2,6 GHz + 6x Cortex-A55 2 GHz) dan GPU Mali-G68 MP4. Chipset ini populer di ponsel seperti Realme 12 Pro, tetapi kalah dalam skor AnTuTu dan efisiensi dibandingkan Snapdragon 6 Gen 1.

Jadi, mana yang terbaik? Jawabannya tergantung kebutuhan Anda. Jika mengutamakan efisiensi dan AI, Snapdragon 6 Gen 1 adalah pilihan solid. Namun, untuk performa grafis lebih tinggi, Exynos 1380 atau Snapdragon 778G bisa jadi alternatif. Bagaimana pendapat Anda?