Telset.id – Di era serba digital ini, membesarkan remaja ibarat berjalan di atas tali. Di satu sisi, Anda ingin memberi kebebasan bereksplorasi. Di sisi lain, kekhawatiran akan keamanan online terus menghantui. Meta memahami dilema ini dan menghadirkan solusi lewat Instagram Teen Accounts.
Faktanya, 58% remaja mengaku pernah mengalami cyberbullying (data Pew Research). Sementara itu, kasus seperti remaja peretas kripto atau penipuan verifikasi Twitter menunjukkan betapa rentannya mereka di dunia maya. Lalu bagaimana cara menjadi pendamping yang efektif tanpa terkesan mengontrol?
1. Dari Monolog ke Dialog: Seni Berkomunikasi dengan Generasi Z
Lupakan gaya komunikasi satu arah. Kunci utama adalah membangun percakapan yang setara. Mulailah dengan pertanyaan terbuka tentang aktivitas digital mereka:
- “Konten kreator favoritmu siapa?” – Memahami preferensi konten mereka
- “Kalau ada yang bikin tidak nyaman online, biasanya kamu ngapain?” – Membuka diskusi tentang keamanan digital
Meta mencatat, remaja yang merasa didengarkan 3x lebih mungkin melaporkan masalah ke orang tua. Ini jauh lebih efektif daripada sekadar memantau batas waktu layar ala TikTok.
Baca Juga:
2. Instagram Teen Accounts: Perlindungan Otomatis untuk Generasi Digital
Meta kini menerapkan pengaturan ketat secara default untuk pengguna di bawah 18 tahun:
- Privasi maksimal: Akun secara otomatis menjadi private
- Filter interaksi: Membatasi pesan dari akun tidak dikenal
- Pengingat waktu layar: Notifikasi saat penggunaan berlebihan
Yang menarik, remaja di bawah 16 tahun memerlukan persetujuan orang tua untuk melonggarkan pengaturan ini. Langkah proaktif ini patut diapresiasi di tengah maraknya kasus eksploitasi remaja di dunia digital.
Sebagai penutup, ingatlah bahwa teknologi hanyalah alat. Yang terpenting adalah membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan remaja Anda. Dengan pendekatan yang tepat, dunia digital bisa menjadi ruang tumbuh kembang yang aman dan inspiratif.
