Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana melindungi remaja dari risiko bermedia sosial? Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, baru saja mengambil langkah besar dengan memperluas fitur Akun Remaja (Teens Accounts) ke Facebook dan Messenger. Ini adalah respons terhadap meningkatnya kekhawatiran orang tua tentang keamanan digital anak-anak mereka.
Fitur ini sebenarnya bukan hal baru. Pada September 2024, Meta pertama kali meluncurkannya di Instagram. Hasilnya? Lebih dari 54 juta akun remaja di seluruh dunia telah dikategorikan sebagai Akun Remaja per 8 April 2025. Yang menarik, 97% pengguna berusia 13-15 tahun mempertahankan pengaturan ketat yang diterapkan secara otomatis.
Kini, langkah perlindungan tersebut merambah ke platform lain milik Meta. Bagaimana implikasinya bagi remaja dan orang tua? Mari kita telusuri lebih dalam.
Perlindungan Otomatis untuk Generasi Digital
Sistem Akun Remaja di Facebook dan Messenger dirancang untuk bekerja secara proaktif. Begitu terdeteksi pengguna berusia 13-15 tahun, platform akan otomatis mengaktifkan berbagai pengaturan keamanan:
- Pembatasan konten tidak pantas berdasarkan usia
- Filter ketat terhadap pesan dari akun tidak dikenal
- Pengingat penggunaan waktu layar yang sehat
- Pembatasan notifikasi di malam hari
Yang membedakan, remaja akan menerima notifikasi sebelum akun mereka dikonversi menjadi Akun Remaja. Ini memberikan kesempatan bagi mereka yang mungkin sudah berusia lebih dari 15 tahun untuk menyesuaikan pengaturan.
Ekspansi Bertahap dengan Dua Fitur Baru
Peluncuran awal dilakukan di AS, Inggris, Australia, dan Kanada. Namun Meta telah mengisyaratkan rencana ekspansi ke negara lain dalam waktu dekat. Bersamaan dengan perluasan ini, Instagram juga mendapat dua fitur keamanan baru:
- Remaja di bawah 16 tahun kini memerlukan persetujuan orang tua untuk siaran langsung (Live)
- Penyamaran gambar tidak pantas di DM tidak bisa dinonaktifkan tanpa izin orang tua
Loredana Crisan, VP Produk di Meta, menjelaskan: “Kami ingin menciptakan pengalaman yang lebih aman sekaligus memberdayakan remaja untuk membuat keputusan digital yang bijak.”
Respons Orang Tua dan Tantangan ke Depan
Inisiatif Meta ini menuai beragam reaksi. Survei terbaru menunjukkan 82% orang tua menyambut positif fitur-fitur ini. Namun, beberapa pakar digital mengingatkan bahwa teknologi saja tidak cukup.
“Perlindungan otomatis penting, tapi dialog antara orang tua dan anak tetap kunci,” tegas Dr. Sarah Jeong, pakar psikologi digital dari University of Sydney. Ia menyarankan orang tua memanfaatkan fitur ini sebagai pembuka percakapan tentang keamanan online.
Ke depan, tantangan terbesar Meta adalah menjaga keseimbangan antara perlindungan dan kebebasan berekspresi remaja. Apalagi dengan rencana perluasan ke lebih banyak negara yang memiliki standar budaya berbeda tentang konten “pantas”.
Yang jelas, langkah ini menandai era baru dalam tanggung jawab platform media sosial terhadap pengguna mudanya. Bukan sekadar menyediakan wadah, tapi juga memastikan mereka bisa tumbuh dengan aman di dunia digital.