Telset.id, Jakarta – Berdasarkan riset, ternyata pengguna Facebook merasa lebih bahagia ketika puasa Facebook atau tidak menggunakan media sosial itu selama sebulan. Hasil ini didapatkan lewat riset terkait hubungan penggunaan Facebook terhadap kondisi psikis manusia.
Dilansir Telset.id dari Engadget, penelitian dari New York University dan Stanford University menunjukan bahwa pengguna Facebook lebih bahagia, lebih puas dengan kehidupannya, dan lebih sedikit mengalami rasa cemas usai meninggalkan Facebook.
Kemudian riset itu juga menunjukan, bahwa pengguna akan lebih mengurangi mengakses Facebook dan media sosial lainnya, ketika mereka telah melakukan puasa Facebook.
{Baca juga: FBI Masih Lanjutkan Penyelidikan Kasus Skandal Facebook}
Kebanyakan dari mereka, telah menemukan berbagai hal yang sebenarnya harus dilakukan di dunia nyata, seperti bertemu teman, keluarga atau menonton televisi.
Meski demikian, penelitian ini dirasa memiliki kelemahan. Data yang dilaporkan kemungkinan tidak mewakili emosional subjek yang lengkap, dan belum jelas apa yang akan terjadi jika pengguna Facebook “puasa” lebih lama.
Selain itu, penelitian ini juga dilakukan menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat di tahun 2016, ketika ketegangan politik sedang tinggi-tingginya. Sehingga mungkin akan lebih menyenangkan meninggalkan Facebook, karena bisa membantu pengguna menghindari perdebatan politik yang memanas.
Sebelumnya, studi dalam Journal of Social and Clinical Psychology menunjukkan bahwa orang yang mengakses Facebook dalam durasi lama, cenderung merasa lebih kesepian ketimbang yang memakainya dalam waktu terbatas. Buntutnya bisa depresi
Penelitian berjudul “No more FOMO: Limiting social media decreases loneliness and depression” membuktikan bahwa durasi penggunaan media sosial berdampak langsung terhadap kondisi sang pengguna dari waktu ke waktu.
{Baca juga: Ini Bukti Facebook Bisa Bikin Kamu Depresi}
“Efek yang dimaksud terutama berkaitan dengan peningkatan rasa kesepian dan depresi. Bahkan, pengguna bisa stres. Sungguh ironis, tetapi mungkin tidak mengejutkan,” papar penulis utama dalam studi, psikolog Melissa G. Hunt.
Para psikolog meminta 143 peserta menyelesaikan survei untuk menentukan suasana hati dan keadaan pada awal penelitian. Mereka juga diminta menyerahkan hasil tangkapan layar ponsel untuk memberikan data dasar penggunaan media sosial selama sepekan. (NM/FHP)