Telset.id, Jakarta – Teknologi bahan berbasis bio atau makhluk hidup, terus berkembang, sejalan dengan perkembangan teknologi informatika. Para peneliti terus mengembangkan bahan-bahan seperti kayu dan sutera laba-laba untuk menjadi serat yang sangat kuat tapi ringan.
Salah satunya adalah peneliti dari KTH Royal Institute of Technology di Swedia yang mengembangkan material selulosa baru lebih kuat dari semua bahan berbasis bio sebelumnya. Bahkan bahan ini diklaim lebih kuat dibandingkan pemegang rekor sebelumnya, serat laba-laba dragline sutera, yang dianggap sebagai bahan bioserat alami paling kuat.
“Salah satu tantangan utama bagi siapa saja yang bekerja dengan bahan-bahan milyuner-pulsa adalah bagaimana memanfaatkan properti yang ada pada skala nano,” kata peneliti KTH Royal Institute of Technology Daniel Söderberg, seperti dilansir Digitaltrends, Sabtu (12/5/2018).
Menurut Söderberg, jalan menuju teknologi ini sebenarnya sudah dikembangkan oleh alam melalui evolusi selama jutaan tahun. Contohnya adalah kayu yang dibangun dari material bernama nanocellulose oleh pohon dari air dan karbon dioksida melalui biosintesis.
Selama pertumbuhan, lanjutnya, pohon berhasil menempatkan nanocellulose bersama-sama dengan cara yang terkontrol dan teratur. Karena alam juga, kayu mempertahankan beberapa sifat dari nanocellulose.
“Apa yang telah kami lakukan adalah mengembangkan proses di mana kami dapat menggunakan kekuatan dan kekakuan nanocellulose lebih baik dibandingkan dengan pohon dan membuat bahan dari itu yang dapat digunakan untuk membangun produk berbasis bio yang kuat,” jelas dia.
Proses manufaktur tim melibatkan pencabutan nanofiber di saluran yang sangat sempit, melalui aliran air pH rendah dan deionisasi. Ini membantu nanofibril selulosa untuk mengatur dirinya sendiri ke dalam bentuk yang ketat.
Akhirnya bahan ini jadi kuat dan kaku, tapi juga ringan. Seperti jaring laba-laba, serat nanocellulose lebih kuat dari logam, alloys dan keramik.
Manfaat lainnya adalah bahan berbasis bio anyar ini dapat digunakan untuk berbagai aplikasi medis karena cocok dipergunakan pada tubuh manusia. Bahan itu juga bisa digunakan untuk membangun berbagai peralatan untuk mobil, pesawat hingga furnitur. Selain itu, karena bahan ini berbasis bio, pastinya akan bisa didaur ulang secara alami.
Söderberg mengatakan bahwa tim saat ini sedang bekerja untuk meningkatkan proses fabrikasi. Ini termasuk mengatasi beberapa tantangan, seperti kecepatan pembuatan serat, dan kemampuan mengeringkannya.
“Pertanyaan kunci yang kami kerjakan adalah penyederhanaan dan paralelisasi, untuk membuat beberapa serat pada saat yang sama,” katanya. [WS/IF]