Worldcoin Kumpulkan 500.000 Data Retina Warga Indonesia, Komdigi Bereaksi

REKOMENDASI

ARTIKEL TERKAIT

Bayangkan, dalam hitungan bulan, lebih dari setengah juta warga Indonesia dengan sukarela memberikan data biometrik paling sensitif mereka—retina mata—kepada sebuah perusahaan asing. Fakta mengejutkan ini terungkap dalam konferensi pers Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) pada Jumat (9/5/2025), yang menyebut Tools for Humanity (TFH), pengelola Worldcoin, telah mengumpulkan data retina dari 500.000 lebih individu di Tanah Air.

Worldcoin, proyek identitas digital berbasis blockchain yang digadang-gadang sebagai solusi masa depan, ternyata menyimpan praktik pengumpulan data yang memicu tanda tanya besar. Bagaimana bisa sebuah perusahaan asing dengan leluasa mengumpulkan data biometrik warga Indonesia? Apa sebenarnya tujuan di balik pengumpulan data retina ini? Dan yang paling krusial—seberapa aman data sensitif tersebut?

Alexander Sabar, Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima laporan masyarakat tentang aktivitas mencurigakan Worldcoin. “Kami mendapatkan aduan publik terkait imbalan uang untuk pemindaian retina,” ujarnya. Respons cepat pun diambil: izin sementara TFH sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) langsung dibekukan.

Menguak Praktik Pengumpulan Data Biometrik

Pertemuan antara Komdigi dan perwakilan TFH pada Rabu (7/5/2025) mengungkap fakta mencengangkan. Perusahaan tersebut mengakui telah memindai dan menyimpan kode retina lebih dari 500.000 orang Indonesia. “Semua aktivitas pemindaian retina kini telah dihentikan, termasuk operasi enam mitra lokal mereka,” tegas Alexander.

Yang menjadi pertanyaan: mengapa retina? Tidak seperti sidik jari atau wajah, retina memiliki tingkat keunikan yang sangat tinggi dan hampir mustahil dipalsukan. Teknologi pemindaian retina sendiri bukan hal baru—beberapa perangkat seperti Galaxy Note 4 pernah mengusung fitur serupa untuk keamanan perangkat. Namun, skalanya tidak pernah sebesar ini.

Insentif Uang Tunai: Jerat atau Solusi?

Salah satu faktor pendorong tingginya partisipasi warga adalah imbalan uang tunai yang ditawarkan—konon mencapai Rp 800.000 per pemindaian. Di tengah tekanan ekonomi, tawaran ini ibarat angin segar bagi banyak orang. Namun, apakah kita benar-benar menyadari nilai sebenarnya dari data biometrik kita?

Alexander Sabar menggarisbawahi bahwa Komdigi sedang meninjau kebijakan privasi TFH secara menyeluruh. “Fokus utama kami adalah perlindungan data biometrik, termasuk tanggung jawab hukum antar entitas dalam ekosistem TFH,” jelasnya. Pertanyaan besar lainnya adalah bagaimana perlindungan data anak di bawah umur, mengingat tidak ada verifikasi ketat dalam proses pemindaian.

Masa Depan Identitas Digital di Indonesia

Worldcoin bukan sekadar proyek pemindaian retina. Mereka mengusung World ID—sistem identitas digital global yang diklaim bisa membedakan manusia asli dan bot di era AI. Namun, bagaimana ini berhubungan dengan sistem identitas digital nasional Indonesia? Komdigi meminta penjelasan mendetail dari TFH tentang hal ini.

Teknologi identitas biometrik sendiri sebenarnya memiliki potensi besar. Seperti pada iPad Pro 11 inci dengan Liquid Retina Display, atau iPhone SE generasi terbaru yang mengusung keamanan biometrik canggih. Namun, ketika skalanya melibatkan jutaan data sensitif warga suatu negara, regulasi ketat mutlak diperlukan.

Komdigi menjanjikan analisis teknis menyeluruh terhadap aplikasi Worldcoin dan kebijakan privasi TFH. Hasil evaluasi ini akan menentukan nasib layanan Worldcoin di Indonesia ke depan. Satu hal yang pasti: perlindungan data pribadi warga Indonesia harus menjadi prioritas utama.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI

HARGA DAN SPESIFIKASI