Telset.id, Jakarta – Jika Anda merasa manajemen perusahaan mengawasi ketat pekerjaan dan perilaku Anda selama jam kerja, mungkin bisa dibilang masih lebih beruntung ketimbang apa yang dialami pegawai Hangzhou Zhongheng Electric. Betapa tidak, pegawai di perusahaan ini diawasi secara penuh. Bukan hanya perilaku dan pekerjaannya, tetapi juga otak mereka. Kok bisa?
Menurut digitaltrends, seperti dilansir South China Morning Post, Senin (7/5/2018), ini dilakukan Hangzhou Zhongheng Electric dengan menggunakan helm yang dirancang khusus untuk memantau gelombang otak karyawan.
Data tersebut nantinya dikumpulkan dari perangkat guna memantau tanda-tanda stres, depresi dan masalah lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan di tempat kerja. Ketika alat ini mendeteksi masalah, pekerja yang bersangkutan diberitahu untuk mengambil cuti atau pindah ke bagian lain yang lebih tenang.
Baca juga: China Turun Tangan Terkait Embargo ZTE
Hangzhou Zhongheng Electric menyatakan teknologi tersebut telah meningkatkan efisiensi pekerja secara keseluruhan. Salah satu contohnya adalah menyesuaikan panjang dan jumlah jeda agar lebih selaras dengan kebutuhan individu karyawan mereka.
Beberapa perusahaan juga menggunakan teknologi untuk menambah pelatihan mereka. Di Ningbo Shenyang Logistics misalnya, helm pemantauan gelombang otak ini dikombinasikan dengan perangkat virtual reality (VR) yang mensimulasikan tugas-tugas di tempat kerja.
Salah satu manajer Ningbo Shenyang Logistics Zhao Binjian mengatakan bahwa perangkat ini telah mengurangi jumlah kesalahan yang dibuat oleh pekerja baru secara signifikan berkat peningkatan pemahaman antara karyawan dan pengusaha.
Binjian mengatakan bahwa helm itu digunakan untuk melatih karyawan baru. Namun dia tidak berkomentar apakah helm itu hanya digunakan oleh karyawan baru atau karyawan lama juga.
Sebenarnya teknologi ini tidak unik di China, bahkan helm tersebut telah digunakan di negara-negara barat juga, walaupun hanya untuk tugas-tugas terbatas dan sukarela seperti memanah.
China adalah negara pertama yang menggunakan teknologi ini dalam skala industri yang luas. Para peneliti di lapangan berharap masuknya data akan memungkinkan mereka untuk meningkatkan algoritma dan kecerdasan buatan yang berfungsi untuk memantau perangkat.
Kendati demikian, teknologi ini bukan tanpa masalah. Banyak karyawan awalnya waspada terhadap perangkat itu dan beberapa ahli percaya bahwa mereka benar.
Profesor Qiao Zhian dari Beijing Normal University mengatakan bahwa teknologi itu dapat disalahgunakan oleh para juragan untuk melanggar privasi.
“Tidak ada undang-undang atau peraturan untuk membatasi penggunaan peralatan semacam ini di China. Para juragan mungkin memiliki insentif yang kuat untuk menggunakan teknologi tersebut untuk keuntungan yang lebih tinggi, dan para karyawan biasanya dalam posisi yang terlalu lemah untuk mengatakan tidak,” kata Zhian. [WS/IF]