Telset.id, Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengaku akan bahu-membahu dengan Presiden China, Xi Jinping, untuk membantu perusahaan telekomunikasi ZTE Corp supaya bisa kembali beroperasi dalam waktu dekat.
“Akibat operasional ZTE berhenti, banyak pekerjaan di China yang hilang. Departemen Perdagangan AS dan China akan berunding untuk menyelesaikan permasalahan itu. Jangan sampai banyak orang menganggur,” kata Trump via Twitter dilansir Reuters.
Larangan pengiriman komponen oleh pemerintah AS memang membuat ZTE kelimpungan. Kabar terbaru, perusahaan asal China tersebut memutuskan berhenti beroperasi. ZTE telah mengirimkan pesan ke Bursa Saham Hong Kong mengenai penghentian aktivitas bisnis itu.
Mau tak mau, ZTE harus berpikir keras untuk menjaga kas perusahaan yang untuk sementara tanpa pemasukan. ZTE juga masih mencoba lobi-lobi untuk meminta ampun soal embargo. Namun, upaya para petinggi ZTE menemui banyak kendala karena embargo melibatkan konflik petinggi dua negara.
Sejak awal April 2018, ZTE tak lagi bisa membeli chipset Qualcomm yang notabene milik AS. Hal tersebut terjadi setelah ada larangan resmi dari Departemen Perdagangan Negeri Paman Sam. Keputusan Departemen Perdagangan AS tersebut bertujuan untuk menghukum ZTE.
Mereka menilai, ZTE telah melanggar kesepakatan atas kesalahan yang diperbuat pada tahun lalu. ZTE sudah mengaku bersalah lantaran ketahuan mengirimkan barang dan teknologi buatannya di AS ke Iran dan Korea Utara. ZTE pun diwajibkan menindak pihak yang bertanggung jawab.
ZTE didorong memecat empat karyawan senior dan mendisiplinkan 35 orang lainnya dengan mengurangi bonus dan memberikan teguran keras. Sayang, ZTE melanggar kesepakatan itu. ZTE tidak mendisiplinkan serta tidak mengurangi bonus untuk 35 orang yang bertanggung jawab meski empat karyawan senior telah dipecat. [SN/IF]