Telset.id, Jakarta – Indosat dan XL tengah tersandung masalah, karena terindikasi kartel dan dugaan price fixing dalam penetapan tarif telepon lintas operator (off-net) sehingga memicu perang tarif di luar Jawa. Menanggapi hal itu, Hutchison 3 Indonesia (Tri) menyatakan tidak mau ikut-ikut perang tarif seperti Indosat dan XL.
Seperti diketahui, polemik revisi PP No. 52 dan 53 Tahun 2000, terkait interkoneksi dan network sharing telah memicu munculnya perang kedua operator seluler tersebut di luar Jawa. KPPU mencium gelagat price fixing dalam penetapan tarif telepon lintas operator (off-net) di luar Jawa.
Awalnya, Indosat Ooredoo menurunkan tarif pembicaraan ke semua operator sejak pertengahan tahun lalu, dengan meluncurkan program telepon Rp 1 per detik untuk panggilan suara lintas operator (off-net). Mengikuti jejak sang rival, XL pun meluncurkan program serupa untuk panggilan telepon ke semua operator dengan tarif Rp 1 per detik.
[Baca juga: KPPU Endus Praktik Kongkalikong Penetapan Tarif Seluler]
Menanggapi aksi perang tarif yang dilakukan kedua operator tersebut, pihak Hutchison 3 Indonesia atau Tri mengatakan tidak mau mengikuti jejak Indosat dan XL. Pasalnya, perang tarif dinilai tidak akan menguntungkan bagi siapapun. Terlebih, Tri juga sudah punya strategi sendiri yang lebih fair bagi pelanggan.
“Sebenarnya perang tarif tidak akan menguntungkan siapa pun. Dan bagi Tri, yang lebih penting adalah kepuasan konsumen, bukan melulu soal perang harga,” kata Chief Commercial Officer Tri Indonesia, Dolly Susanto di Menara Mulia, Jakarta, Rabu (12/10/2016).
Menurutnya, kualitas layanan sebenarnya lebih penting dibandingkan memberikan harga yang jor-joran murah. “Kalau harganya murah tapi produknya tidak bisa dipakai karena kualitasnya jelek, pasti konsumen juga tidak akan suka,” ujarnya.
Harusnya, lanjut Dolly, kalau operator sudah berpikir untuk kepuasan konsumen dengan tidak melakukan perang tarif, maka sebenarnya tidak akan terjadi praktik kartel harga.
[Baca juga: Perang Tarif Berpotensi Memperdaya Konsumen]
“Kalau Anda sudah berpikir kepuasan konsumen yang utama, masa sih Anda melakukan kartel yang justru merugikan konsumen. Dan kita tahu konsumen itu mencari produk yang nyaman kok, bukan hanya murah aja,” terang Dolly.
Terkait soal harga, Dolly menegaskan bahwa Tri selalu transparan dengan pemerintah soal penetapan tarif operator. Dengan begitu, skema tarif yang ditawarkan juga sudah sesuai dan masuk akal.
Tri sendiri baru saja memberikan update informasi tentang program yang tengah mereka gelar bertajuk Festival #Ambisiku. Program ini sudah digelar sejak 30 Maret lalu di tiga kota besar di Indonesia, yakni Yogyakarta, Makassar, dan Bandung dengan berbagai rangkaian program seperti Parade #Ambisiku dan Kejar #Ambisiku.
[Baca juga: Festival #Ambisiku, Cara Tri Jaring Anak Muda Kreatif]
Selama festival tersebut, total ada 11 ribu anak muda yang berpartisipasi, dan sudah ada 150 merek lokal hasil karya para anak muda yang dipamerkan. Pada festival ini nantinya akan direview 250 peserta yang sudah mempresentasikan idenya.
Para peserta yang lolos, selain akan dibantu di segi finansial, mereka juga akan dibantu untuk memperkenalkan produknya ke masyarakat luas demi mengembangkan produk mereka.[HBS]