Telset.id, Jakarta – Kemarin publik dunia, termasuk Indonesia, heboh dengan serangan ransomware WannaCrypt atau disebut juga dengan WannaCry. Ransomware ini dikabarkan telah menginfeksi sistem utama di sejumlah rumah sakit yang menyebabkan tidak maksimalnya pelayanan terhadap pasien.
WannaCry sendiri merupakan ransomware yang memanfaatkan eksploitasi Windows yang diperoleh dari operasi hacking NSA yang berhasil didapatkan oleh kelompok hacker bernama “The Shadow Brokers”. Operasi hacking NSA sendiri mampu melakukan penetrasi ke dalam mesin yang menjalankan Windows XP dengan mengeksploitasi kerentanan pada server Windows SMB.
[Baca juga: Indonesia Mendapat Giliran Terkena Ransomware WannaCry]
Lewat celah inilah, WannaCry mampu menyebar dengan waktu yang sangat cepat karena mampu mengeksploitasi semua komputer yang terhubung lewat internet dan berjalan di platform Windows.
Dilansir dari halaman resmi Avast, tak cuma Indonesia saja yang terkena dampak WannaCry, total ada 75 ribu kasus WannaCry di 100 negara yang berhasil ditemukan oleh peneliti keamanan dari Avast. Dari kasus tersebut, para hacker meminta tebusan $300 atau sekitar Rp 3,9 juta agar sistem yang diserang bisa digunakan kembali secara normal.
“WanaCrypt0r 2.0 menargetkan Rusia, Ukraina dan Taiwan, tapi ransomware ini telah sukses menginfeksi banyak instansi seperti rumah sakit dan perusahaan telekomunikasi,” jelas Avast.
[Baca juga: Catat! Ini Langkah Antisipasi Serangan “WannaCry”]
Menurut laman tersebut, versi pertama WanaCrypt0r pertama kali ditemukan pada Februari silam, dan hebatnya sudah mendukung 28 bahasa yang berbeda-beda termasuk Indonesia (seperti pada gambar di bawah ini).
“Semua antivirus yang baik bisa mendeteksi semua versi WanaCrypt0r 2.0. Kami juga merekomendasikan pengguna Windows untuk memperbarui sistem mereka dengan patch terbaru yang tersedia,” ujar Avast. (FHP/HBS)