Telset.id, Jakarta – Selama beberapa tahun terakhir BlackBerry terus berjuang untuk dapat bangkit dari keterpurukan. Android menjadi salah satu alternatif yang dicoba untuk dapat membantu BlackBerry keluar dari masalah. Namun, upaya tersebut tidak semulus yang diangankan, karena Android masih belum mampu mendongkrak performa BlackBerry.
Pada tahun 2015 lalu, BlackBerry meluncurkan smartphone Android pertamanya, BlackBerry Priv. Perangkat ini diharapkan dapat membantu BlackBerry dari keterpurukan. Sayangnya, perangkat Android BlackBerry itu masih belum mampu mendatangkan pemasukan yang berarti karena sepi peminat.
Dalam laporan keuangan untuk kuartal IV 2015 yang baru saja dirilis, BlackBerry mengungkapkan bahwa telah mencatat kerugian sebesar USD 238 juta. Pendapatan yang diraih tersebut turun dari USD 666 juta di tahun lalu menjadi USD 464 juta.
Hasil negatif itu berbanding lurus dengan catatan penjualan smartphone BlackBerry. Perusahaan asal Kanada itu mencatat jumlah penjualan smartphone secara keseluruhan hanya 600 ribu unit dari 700 ribu unit di kuartal sebelumnya. Itu artinya, penjualan Priv masih jauh dari harapan.
Sejumlah analis memperkirakan harga yang mahal menjadi salah satu faktor Priv kurang laku dipasaran. Ada juga yang mengatakan BlackBerry telat menggandeng Android untuk menyelamatkan mereka dari krisis.
Meski masih terseok-seok di pasar smartphone, namun CEO BlackBerry John Chen masih belum mau menyerah. Chen menegaskan pihaknya belum akan mundur dari pasar smartphone, meski ia mengakui harus tetap realistis.
“Fokus pertama saya adalah untuk tetap ada di bisnis hardware sampai bulan September. Tapi saya tetap harus realistis, saya tidak akan tetap di bisnis ini kalau terus merugi,” kata Chen seperti dikutip dari Reuters.
Chen mengungkapkan rencana BlackBerry akan merilis smartphone Android kelas menengah dengan harga lebih murah dari Priv masih belum berubah. Rencananya smartphone tersebut akan dirilis sebelum bulan September.
Sebelumnya, beberapa pihak telah menyarankan agar BlackBerry keluar saja dari bisnis handset dan lebih fokus ke bisnis software. Alasannya, keunggulan security yang selama ini menjadi “barang dagangan” BlackBerry sudah tidak relevan lagi.
“Saat ini sudah tidak ada keuntungan memilih BlackBerry dibandingkan Samsung atau Apple. Kasus FBI membuktikan bahwa security iPhone sudah cukup bagus,” kata Ken Dulaney, analis di Gartner Research belum lama ini. [HBS]