Pengamat: Kalah Bersaing, Indosat kok Teriak Monopoli

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Pernyataan petinggi Indosat yang mengajak para operator telekomunikasi lainnya untuk ikut memerangi Telkomsel dinilai sangat tidak etis. Indosat dianggap hanya membuat gaduh dengan menggiring opini publik.

Sebelumnya, President Director & CEO Indosat Ooredoo, Alexander Rusli mengajak para petinggi operator untuk ikut memerangi Telkomsel, karena dianggap terlalu mendominasi dan memonopoli pasar seluler di luar Jawa.

Orang nomor satu di Indosat itu juga mengatakan bahwa barrier interkoneksi sebaiknya dihilangkan dan operator diijinkan untuk berbagi jaringan aktif agar efisien.

[Baca juga: Indosat Tuding Ada Praktek Monopoli di Luar Jawa]

“Saya minta kepada bos operator lainnya untuk ikut bersuara, jangan cuma berani ngomporin di belakang saja. Jangan takut untuk bicara, ini demi kepentingan bersama. Ayo kita fight habis-habisan untuk kepentingan pelanggan,” ujar Alex dalam pernyataannya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala mengatakan bahwa seruan dari bos Indosat itu sangat tidak educated. Yang ada justru akan merusak tatanan industri yang sudah mulai baik.

Dia mengungkapkan, hal yang dilakukan Indosat terhadap Telkomsel tidak etis, karena posisi Indosat sudah tumpang tindih antara sebagai pemain atau regulator. Menurutnya, kampanye yang membandingkan secara langsung dengan kompetitor itu jelas salah di etika pariwara.

Menurut Kamilov, jangan sampai ada anggapan dominasi pasar oleh Telkomsel dianggap tidak natural, padahal mereka yang paling konsisten membangun jaringan di seluruh Indonesia.

“Soal isu monopoli, kalau memang ada sebaiknya lapor saja ke regulator. Kan di telekomunikasi ada BRTI dan persaingan usaha ada KPPU. Kenapa harus bikin gaduh di media massa. Ini seperti menggiring opini publik,” ujar Kamilov di Jakarta, Rabu (22/6/2016).

[Baca juga: Daripada Bikin Isu Monopoli Lebih Baik Perluas Layanan]

Ia berpendapat, justru yang perlu dipertanyakan adalah mengapa operator yang teriak-teriak monopoli dan menuntut keadilan, selama ini tidak membangun. Kemudian sekarang saat kalah bersaing malah minta subsidi ke kompetitornya lewat penurunan tarif interkoneksi.

Kamilov melihat aksi Indosat ini seperti ingin mengambil ikan tetapi malah bikin kolam menjadi keruh. Ia menilai tuduhan Indosat soal isu monopoli di luar Jawa tidak relevan, karena operator sama-sama punya lisensi seluler

Bahkan, menurut Kamilov, di beberapa wilayah Indosat justru masuk duluan. Bedanya yang satu (Telkomsel) terus membangun, sementara satunya (Indosat) sudah membangun tapi tidak dikembangkan, atau malah sebagian baru mulai dibangun.

“Yang baru masuk ingin ini mau ambil ikan, tetapi bikin air yang jernih menjadi keruh. Yang kasihan nanti pelanggan, karena saat operator bertempur, kualitas layanan akan menjadi  turun,” ujar mantan anggota komite BRTI itu.

[Baca juga: Dituding Monopoli, Telkomsel: Cuma Kami yang Mau ke Pelosok]

Ia berharap agar Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) dapat melihat masalah ini secara lebih jernih, dan menindak tegas pihak-pihak yang bermasalah dalam sengketa ini.

“Seharusnya pemerintah bisa lebih tegas dalam mengawasi dan menindak para operator yang tidak membangun jaringannya ke daerah di luar Jawa,” tegas Kamilov.

Pada kesempatan terpisah, pendapat senada diungkapkan oleh I Ketut Prihadi, anggota Komisioner BRTI, yang mengatakan posisi Telkomsel di luar Jawa bukanlah aksi monopoli. Karena menurutnya, semua operator diberi kesempatan yang sama untuk membangun jaringan dan menyediakan layanannya.

“Kalau hanya ada Telkomsel (di luar Jawa), sebenarnya itu bukan salah Telkomsel. Sekarang pertanyaannya adalah kenapa operator lain tidak mau membangun, apakah tidak mau atau tidak mampu?” ujar Ketut yang balik bertanya soal kewajiban operator dalam persyaratan Modern Licensing.

Ia mengimbau operator jangan hanya menawarkan tarif murah kepada pelanggan, tetapi juga dapat memperluas ekspansi jaringannya. Hal ini penting dilakukan, agar masyarakat di luar Jawa akan punya banyak pilihan di berbagai tempat.

[Baca juga: Sesepuh Telko Kecewa Lhat ‘Perang’ Indosat vs Telkomsel]

“Untuk membangun backbone seluler memang diperlukan campur tangan pemerintah atau BRTI, sehingga penyedia backbone fiber optik di luar Jawa dapat menawarkan harga sewa yang kompetitif terhadap operator seluler yang butuh backbone tersebut,” ujar Ketut. [HBS]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI