Telset.id, Jakarta – Sebanyak 116 perusahaan teknologi dari 26 negara mengirim surat petisi ke Perserikatan Bangsa Bangasa (PBB) yang berisi mengenai pelarangan senjata otonom yang mematikan, atau sering disebut sebagai robot pembunuh.
Bebebrapa sosok terkenal juga menandatangani surat petisi ini, seperti CEO Tesla Elon Musk dan Peneliti Google DeepMind, Mustafa Suleyman. Kedua figur ini memang dikenal sangat aktif berbicara mengenai perkembangan dunia AI (artificial intelligence).
[Baca juga: Takut Seperti Terminator, Elon Musk Minta Ada Regulasi AI]
Dalam petisinya, kelompok tersebut menyatakan bahwa pengembangan teknologi semacam itu akan mengantarkan ‘revolusi ketiga dalam peperangan’, yang bisa disamakan saat peneliti menemukan bubuk mesiu dan senjata nuklir.
“Setelah dikembangkan, (senjata otonom) akan memungkinkan konflik bersenjata berubah menjadi perang dalam skala yang lebih besar daripada sebelumnya, dan terkadang lebih cepat dari yang dapat dipahami manusia,” begitulah isi dari petisi tersebut, seperti dikutip dari laman The Verge.
“Ini adalah senjata teror, senjata yang teroris gunakan melawan populasi yang tidak bersalah, dan senjata yang dapat diretas untuk berperilaku dengan cara yang tidak diinginkan.”
[Baca juga: Elon Musk Lebih Takut AI Dari Pada Korea Utara]
Sebagian penandatananan petisi ini menyebut bahwa pengembangan teknologi ini sebagai membuka kotak pandora.
“Kami tidak punya waktu lama untuk bertindak. Begitu kotak Pandora ini dibuka, akan sulit ditutup,” kata mereka.
Kesepakatan ini diambil setelah keseluruhan perusahaan teknologi ini sebelum acara International Joint Conference on Artificial Intelligence (IJCAI) digelar pekan depan. Hal ini dimaksudkan bertepatan dengan dimulainya pembicaraan formal oleh PBB yang mengeksplorasi larangan tersebut.
Para ahli yang menandatangani surat tersebut mengatakan bahwa senjata otonom yang membunuh tanpa campur tangan manusia merupakan ‘salah secara moral’, dan penggunaannya harus dikendalikan berdasarkan Konvensi 1983 tentang Senjata Konvensional Tertentu (Convention on Certain Conventional Weapons, CCW).
“Ini bukan skenario hipotetis, tapi sangat nyata, kekhawatiran yang sangat mendesak membutuhkan tindakan segera,” kata Ryan Gariepy penandatangan, pendiri Clearpath Robotic.
Sejumlah negara saat ini mengembangkan senjata mematikan otonom, termasuk Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, dan Israel. Beberapa sistem telah dikerahkan, seperti menara perbatasan otonom yang dibangun oleh produsen senjata Korea Selatan, Dodaam Systems.
Menara tersebut dilengkapi dengan senapan mesin dan secara teknis mampu mengidentifikasi dan menembaki sasaran tanpa campur tangan manusia,yang biasanya mengotoritas setiap tembakan mematikan.
Selain Musk dan Mustafa, surat ini juga ditandatangani oleh ilmuwan Stephen Hawking, pendiri Apple Steve Wozniak, dan lainnya. [NC/HBS]